Yayasan Puri Kauhan Ubud Gelar Kompetisi Film Pendek Pemuliaan Air
GIANYAR, NusaBali
Yayasan Puri Kauhan Ubud berkolaborasi dengan Mini Kino mengadakan kompetisi ide cerita film pendek bertajuk ‘Purwa Carita Campuhan’.
Kegiatan ini terinspirasi dari Cerita Rakyat Bali dan memiliki pesan lingkungan dan pemuliaan air. Kompetisi diawali dengan Masterclass dari Produser Garin Nugroho di Art House Cinema Mash, Denpasar, Senin (29/8) sore. Kompetisi ini menggugah generasi muda untuk mengalihwahanakan cerita rakyat Bali menjadi film pendek. Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana menjelaskan Purwa Carita Campuhan ini merupakan bagian dari upaya konservasi pemuliaan air dan pelestarian alam lingkungan Bali. Kegiatan ini menjadi rangkaian kegiatan Sastra Saraswati Sewana yang digalakkan sejak tahun 2021 oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud tahun 2017. Gung Ari Dwipayana menjelaskan Purwa Carita Campuhan ini tidak sekadar kompetisi, melainkan ada edukasi dan pelatihan produksi film pendek. ‘’Kami memperkuat kemampuan peserta untuk melahirkan karya terbaik. Para juri juga luar biasa, ada Mas Garin Nugroho yang mau turun gunung lagi, kami daulat sebagai ketua dewan juri," jelasnya.
Bersama Garin Nugroho, sejumlah tokoh kenamaan juga akan memilah dan memilih karya film pendek terbaik. Di antaranya sastrawan, budayawan yang juga Bendesa Adat Ubud Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah, tokoh Puri Kauhan Ubud Anak Agung Gede Ariawan, aktivis lingkungan Robi Navicula, praktisi film Happy Salma dan Koordinator Penyuluh Bahasa Bali I Wayan Sudarmaja. "Peserta akan didampingi mulai dari presentasi ide sampai tahap produksi," jelas Gung Ari yang Koordinator Staff Khusus Presiden RI ini.
Jelasnya, cerita rakyat dipilih karena masyarakat Bali bicara budaya dan sistem keyakinan tidak saja merujuk pada teks atau lontar. Kalaupun ada, hanya dari kalangan tertentu saja. "Secara umum, masyarakat Bali zaman dulu merujuk pada mitologi cerita yang berkembang di masyarakat yang kemudian memunculkan kepercayaan," jelasnya. Gung Ari meyakini cerita rakyat banyak mengandung pesan luar biasa, khususnya terkait konservasi budaya. "Cerita tentang wenara wana di Ubud, misalnya. Kami waktu kecil dilarang memetik daun atau merusak tanaman, jika itu dilakukan bisa tersesat tidak tahu jalan pulang. Sehingga kami tidak berani merusak tanaman disana," ujarnya.
Cerita rakyat Bali lainnya juga diyakini sangat banyak berkembang zaman dulu. Yayasan Puri Kauhan Ubud, salah satunya mengangkat cerita tentang sungai menjadi pertunjukan seni ‘Nyapuh Tirah Campuhan’.
Selaku Ketua Dewan Juri Garin Nugroho mengatakan bahwa cerita rakyat telah menjadi inspirasi perfilman bahkan di seluruh dunia. "Film-film Hollywood misalnya, hampir 60 persen mengangkat nilai-nilai cerita rakyat," ungkapnya. Garin menyambut baik kolaborasi ini sehingga cerita rakyat Bali bisa dihidupkan kembali lewat film pendek berdurasi 7 sampai 15 menit. "Yang tak kalah menarik, 5 peserta terbaik akan mendapatkan subsidi pendanaan produksi film," ujarnya.
I Made Suarbawa perwakilan Mini Kino menambahkan, konsep mengangkat cerita rakyat Bali ini menarik. "Kompetisi ini menarik diawali master class, yang registrasi terakhir sudah 44 orang," ujarnya. Setelah master class yang disiarkan pula lewat media sosial, pendaftaran peserta akan dibuka awal September 2022. "Peserta isi formulir, tulis sebuah ide film pendek yang diangkat dari cerita rakyat tentang lingkungan. Harus ada referensinya, bukan cerita karangan," terangnya. Prosesnya akan dipilih sekitar 30 orang yang punya ide menarik kemudian diminta mempresentasikan cerita. "Dewan juri akan mendengarkan presentasi dan memilih 15 ide cerita, akan dipandu dibimbing untuk kerucutkan lagi jadi presentasi yang lebih kuat," terangnya. Peserta juga akan dipandu teknik menulis skenario dan setelah siap produksi baru bertemu juri selanjutnya. "Akan dipilih 5 orang yang menerima dana produksi. Ini akan jadi momentum, masyarakat paham gimana proses agar bisa memproduksi film," bebernya.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali I Wayan Suarmaja menjelaskan selama ini telah melakukan dokumentasi terkait cerita rakyat yang berkembang di masyarakat. "Dominan mitologi, terjadinya sebuah desa, tradisi, dan tidak tercatat. Hanya berkembang secara lisan. Ada 171 judul yang sudah kami kumpulkan, dengan narasumber dan cara penyampaian yang hanya berdasarkan ingatan narasumber," ungkapnya.*nvi,cr78
1
Komentar