Lulut Emas Muncul di Pekarangan Warga Kubontingguh
Lulut emas muncul di depan palinggih Surya di pekarangan rumah I Kadek Triwarka, 38, krama Banjar Kubontingguh, Desa Denbantas, Kecamatan Tabanan, Selasa (18/4).
TABANAN, NusaBali
Ulat kecil dengan kepala bintik hitam tubuh berwarna kuning yang jumlah mencapai seribuan ini muncul hingga dua kali di tempat yang sama. Menurut Lontar Tutur Lebur Gangsa, kemunculan lulut emas disebut Kalulut Baya. Triwarka pun berencana menanyakan kepada orang pintar makna kemunculan ulat tanah itu.
Triwarka menuturkan, lulut emas itu pertama kali dilihat muncul pukul 08.00 Wita. Pagi itu ia baru pulang dari jualan sayur di pasar. Saat duduk santai di bale daja, tanpa sengaja ia melihat lulut emas di depan palinggih Surya. Awalnya ia menyangka ranting pohon, begitu diperhatikan dengan seksama, ada pergerakan. “Saya turun dari bale daja dan melihat lebih dekat. Ternyata ulat berwarna kuning dalam jumlah banyak Saya telepon paman, dikatakan lulut emas,” ungkap Triwarka.
Dikatakan, lulut emas ini muncul dua kali di tempat yang sama dalam kurun waktu 15 menit. Pertama muncul sepanjang 30 centimeter. Kemunculan kedua sepanjang 25 centimeter. “Saya cek tanah di depan palinggih tidak ada lubang. Saya geli melihat ulat itu karena jumlahnya ribuan,” tutur Triwarka. Tak berselang lama, bibi Triwarka datang dan lulut emas itu disemprot dengan racun serangga dan solar. Sebelum disemprot, lulut emas itu diupacarai dengan menghaturkan segehan mancawarna dan canangsari.
Setelah dibakar, lulut rmas itu dibungkus dengan kertas minyak dan dibakar di perempatan, tak jauh dari rumah Triwarka. “Saat bakar lulut emas, kami upacarai dengan segehan putih kuning dan canangsari,” imbuhnya. Triwarkan menuturkan, lulut emas juga pernah muncul di pekarangan rumahnya saat dia masih di bangku SMP, sekira tahun 1997. Saat itu lulut muncul dekat dapur. Pasca kemunculan lulut itu, orangtuanya menggelar pacaruan. “Nanti saya juga menggelar pacaruan, sebelum itu saya nunasang (minta petunjuk) ke sulinggih,” tandas ayah dua anak ini. * d
Triwarka menuturkan, lulut emas itu pertama kali dilihat muncul pukul 08.00 Wita. Pagi itu ia baru pulang dari jualan sayur di pasar. Saat duduk santai di bale daja, tanpa sengaja ia melihat lulut emas di depan palinggih Surya. Awalnya ia menyangka ranting pohon, begitu diperhatikan dengan seksama, ada pergerakan. “Saya turun dari bale daja dan melihat lebih dekat. Ternyata ulat berwarna kuning dalam jumlah banyak Saya telepon paman, dikatakan lulut emas,” ungkap Triwarka.
Dikatakan, lulut emas ini muncul dua kali di tempat yang sama dalam kurun waktu 15 menit. Pertama muncul sepanjang 30 centimeter. Kemunculan kedua sepanjang 25 centimeter. “Saya cek tanah di depan palinggih tidak ada lubang. Saya geli melihat ulat itu karena jumlahnya ribuan,” tutur Triwarka. Tak berselang lama, bibi Triwarka datang dan lulut emas itu disemprot dengan racun serangga dan solar. Sebelum disemprot, lulut emas itu diupacarai dengan menghaturkan segehan mancawarna dan canangsari.
Setelah dibakar, lulut rmas itu dibungkus dengan kertas minyak dan dibakar di perempatan, tak jauh dari rumah Triwarka. “Saat bakar lulut emas, kami upacarai dengan segehan putih kuning dan canangsari,” imbuhnya. Triwarkan menuturkan, lulut emas juga pernah muncul di pekarangan rumahnya saat dia masih di bangku SMP, sekira tahun 1997. Saat itu lulut muncul dekat dapur. Pasca kemunculan lulut itu, orangtuanya menggelar pacaruan. “Nanti saya juga menggelar pacaruan, sebelum itu saya nunasang (minta petunjuk) ke sulinggih,” tandas ayah dua anak ini. * d
Komentar