5.000 Bibit Mangrove Ditanam di Tahura Ngurah Rai
Bali memiliki kawasan hutan mangrove seluas 3.000 hektare. Dari jumlah tersebut 44 persen atau 1.373,50 hektare ada di kawasan Tahura Ngurah Rai.
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 5.000 bibit pohon mangrove ditanam di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, di kawasan wilayah Desa Adat Kepaon, Desa Pemogan, Denpasar Selatan, Rabu (31/8). Penanaman tersebut bertujuan merehabilitasi hutan mangrove sekitar dan konservasi mangrove berkelanjutan. Hal tersebut karena pentingnya fungsi mangrove, terutama bagi lingkungan sekaligus dampak sosial ekonominya.
Penanaman bibit pohon mangrove diinisiasi Bakti Lingkungan Djarum Foundation melalui program Djarum Trees for Life.
Gubernur Bali Wayan Koster yang diwakili Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Pemprov Bali Gede Indra Dewa Putra mengapresiasi penanaman dan rehabilitasi hutan mangrove melalui kegiatan penanaman 5.000 bibit pohon mangrove tersebut.
Disampaikan Gubernur Koster, Bali memiliki kawasan hutan mangrove seluas 3.000 hektare. Dari jumlah tersebut 44 persen atau 1.373,50 hektare ada di kawasan Tahura Ngurah Rai.
Seiring berjalannya waktu, luas hutan mangrove tahura mengalami penurunan diakibatkan berbagai hal. Di antaranya ada konservasi kawasan hutan untuk berbagai kepentingan publik dan program nasional yang tidak terelakkan. Hal itu dikarenakan posisi kawasan Tahura Ngurah Rai yang strategis berada pada pusat pertumbuhan industri pariwisata, Sanur, Kuta, dan Nusa Dua.
Hutan mangrove, lanjut Gubernur Koster, memiliki fungsi yang sangat besar bagi lingkungan hidup. Di antaranya menjaga garis pantai tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari abrasi dan erosi. Tempat hidup biota laut dan ikan kecil berlindung dan mencari makan.
“Mangrove berperan besar dalam pengendalian perubahan iklim, karena mampu menyimpan dan menyerap karbon 4 sampai 5 kali lebih banyak dari hutan tropis di daratan,” ujar Gubernur Koster dalam sambutan yang dibacakan Gede Indra.
Ditegaskannya, pelestarian kawasan mangrove di Bali bukan hanya tanggung jawab Pemprov Bali. Namun menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat dan stakeholder. Upaya-upaya pelestarian hutan mangrove sejalan dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 24 Tahun 2020 tentang Perlindungan Sungai, Mata Air, Danau, dan Laut.
Vice President Director Djarum Foundation FX Supanji, mengemukakan penanaman pohon mangrove merupakan bagian dari tanggung jawab terhadap lingkungan. “Kita sampai, kapan pun tidak bisa melepaskan dan tetap tergantung pada lingkungan,” ujarnya.
Dia optimistis tingkat survive dari bibit mangrove yang ditanam di Tahura Ngurah Rai tersebut lebih tinggi dibandingkan di daerah lain. Diharapkan 80 persen dari mangrove yang ditanam akan bertahan. ”Apalagi bibit cukup meyakinkan,” imbuhnya.
Pemilihan Bali sebagai lokasi penanaman mangrove, menurut FX Supanji, juga terkait dengan keberadaan Bali sebagai daerah pariwisata, termasuk tahura mangrove-nya sudah sudah ada sejak lama. “Kita percaya penjagaan mangrove di Bali akan lebih terstruktur,” ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, hadir sebagai narasumber dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Inge Retnowati, akademisi dari IPB Bogor Soni Trison, dan Nana Mirdad selaku perwakilan generasi muda.
Penanaman bibit mangrove dilaksanakan bersama 150 mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Darling Squad, kalangan anak muda, stakeholder terkait, dan masyarakat sekitar. Kegiatan diawali bincang- bincang dan dialog terkait berbagai hal tentang mangrove, bertempat di Wantilan Pura Dalem Penataran Suwung, Desa Adat Kepaon. *k17
Penanaman bibit pohon mangrove diinisiasi Bakti Lingkungan Djarum Foundation melalui program Djarum Trees for Life.
Gubernur Bali Wayan Koster yang diwakili Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Pemprov Bali Gede Indra Dewa Putra mengapresiasi penanaman dan rehabilitasi hutan mangrove melalui kegiatan penanaman 5.000 bibit pohon mangrove tersebut.
Disampaikan Gubernur Koster, Bali memiliki kawasan hutan mangrove seluas 3.000 hektare. Dari jumlah tersebut 44 persen atau 1.373,50 hektare ada di kawasan Tahura Ngurah Rai.
Seiring berjalannya waktu, luas hutan mangrove tahura mengalami penurunan diakibatkan berbagai hal. Di antaranya ada konservasi kawasan hutan untuk berbagai kepentingan publik dan program nasional yang tidak terelakkan. Hal itu dikarenakan posisi kawasan Tahura Ngurah Rai yang strategis berada pada pusat pertumbuhan industri pariwisata, Sanur, Kuta, dan Nusa Dua.
Hutan mangrove, lanjut Gubernur Koster, memiliki fungsi yang sangat besar bagi lingkungan hidup. Di antaranya menjaga garis pantai tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari abrasi dan erosi. Tempat hidup biota laut dan ikan kecil berlindung dan mencari makan.
“Mangrove berperan besar dalam pengendalian perubahan iklim, karena mampu menyimpan dan menyerap karbon 4 sampai 5 kali lebih banyak dari hutan tropis di daratan,” ujar Gubernur Koster dalam sambutan yang dibacakan Gede Indra.
Ditegaskannya, pelestarian kawasan mangrove di Bali bukan hanya tanggung jawab Pemprov Bali. Namun menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat dan stakeholder. Upaya-upaya pelestarian hutan mangrove sejalan dengan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 24 Tahun 2020 tentang Perlindungan Sungai, Mata Air, Danau, dan Laut.
Vice President Director Djarum Foundation FX Supanji, mengemukakan penanaman pohon mangrove merupakan bagian dari tanggung jawab terhadap lingkungan. “Kita sampai, kapan pun tidak bisa melepaskan dan tetap tergantung pada lingkungan,” ujarnya.
Dia optimistis tingkat survive dari bibit mangrove yang ditanam di Tahura Ngurah Rai tersebut lebih tinggi dibandingkan di daerah lain. Diharapkan 80 persen dari mangrove yang ditanam akan bertahan. ”Apalagi bibit cukup meyakinkan,” imbuhnya.
Pemilihan Bali sebagai lokasi penanaman mangrove, menurut FX Supanji, juga terkait dengan keberadaan Bali sebagai daerah pariwisata, termasuk tahura mangrove-nya sudah sudah ada sejak lama. “Kita percaya penjagaan mangrove di Bali akan lebih terstruktur,” ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, hadir sebagai narasumber dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Inge Retnowati, akademisi dari IPB Bogor Soni Trison, dan Nana Mirdad selaku perwakilan generasi muda.
Penanaman bibit mangrove dilaksanakan bersama 150 mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Darling Squad, kalangan anak muda, stakeholder terkait, dan masyarakat sekitar. Kegiatan diawali bincang- bincang dan dialog terkait berbagai hal tentang mangrove, bertempat di Wantilan Pura Dalem Penataran Suwung, Desa Adat Kepaon. *k17
Komentar