Air Laut Pasang, Hambat Penataan Pantai Samigita
Pengerjaan sempat dihentikan, sebab sejumlah material harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
MANGUPURA, NusaBali
Penataan Pantai Seminyak, Legian dan Kuta (Samigita) terus dilakukan oleh PT Tunas Jaya Sanur. Namun, berbagai faktor menghambat pengerjaan, salah satunya saat air laut pasang. Seperti yang terjadi belum lama ini di wilayah Pantai Seminyak. Para pekerja terpaksa menghentikan pengerjaan lantaran air laut naik yang menyebabkan sejumlah material dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Meski hanya berlangsung setengah hari, namun kondisi itu menghambat laju pengerjaan.
Project Manager Tunas Jaya Sanur Bianglala KSO I Nyoman Agus Sandika, mengatakan alam, yakni air laut naik atau pasang menjadi salah satu faktor kendala yang ditemui di lapangan. Karena tidak bisa diprediksi, kondisi itu sempat membuat proses pengerjaan, khususnya pedestrian pinggir Pantai Seminyak terhenti.
“Kalau kendala baru-baru ini saat air laut naik (di Pantai Seminyak). Ya, belum sepekan air laut tiba-tiba naik dan mengenai lokasi pengerjaan. Terpaksa kita hentikan sementara proses pengerjaan,” kata Sandika, Jumat (2/9).
Dijelaskan, air laut sempat naik pada Rabu (31/8) lalu. Saat itu, terjangan ombak yang muncul tiba-tiba sempat mengagetkan sejumlah pekerja yang sedang menata jalan pedestrian di pinggir pantai. Kondisi lokasi yang diterjang ombak itu relatif lebih rendah dibandingkan daerah lainnya. Kejadian itu muncul sejak pukul 11.00 Wita. “Jadi ombaknya tiba-tiba menerjang ke daratan. Kita tidak bisa berbuat apa selain menunggu kondisi kondusif. Proses pengerjaan hanya berlangsung setengah hari saja. Namun saat ini kondisinya sudah berangsur normal,” kata Sandika.
Masih menurut Sandika, pengerjaan jalan setapak itu sebenarnya dilakukan sepanjang Pantai Legian hingga Seminyak. Namun area yang terdampak gelombang tinggi itu hanya berada di Pantai Double Six ke utara. Sebab posisi jalan di sana relatif lebih rendah dibandingkan yang lain. Beruntung saat kejadian tidak ada material proyek yang terseret ombak. Sebab material maupun peralatan yang dipergunakan memiliki bobot yang tidak mudah terseret ombak. Namun, ada sejumlah material yang tetap harus dievakuasi oleh para pekerja ke tempat lebih aman.
“Gelombang tinggi itu justru lebih berdampak pada pedagang pantai. Sebab posisi mereka ada di bibir pantai, dan aset barang dagangannya kebanyakan berupa barang yang mudah terseret ombak,” jelas Sandika.
Dia berharap, ke depan tidak ada lagi halangan di lapangan, sehingga proses pengerjaan bisa dilakukan dengan maksimal. “Ya harapannya tidak ada lagi kendala seperti itu. Tapi, balik lagi ke faktor alam, itu yang kita tidak ketahui. Kita hanya berharap supaya aman saja,” harapnya. *dar
Project Manager Tunas Jaya Sanur Bianglala KSO I Nyoman Agus Sandika, mengatakan alam, yakni air laut naik atau pasang menjadi salah satu faktor kendala yang ditemui di lapangan. Karena tidak bisa diprediksi, kondisi itu sempat membuat proses pengerjaan, khususnya pedestrian pinggir Pantai Seminyak terhenti.
“Kalau kendala baru-baru ini saat air laut naik (di Pantai Seminyak). Ya, belum sepekan air laut tiba-tiba naik dan mengenai lokasi pengerjaan. Terpaksa kita hentikan sementara proses pengerjaan,” kata Sandika, Jumat (2/9).
Dijelaskan, air laut sempat naik pada Rabu (31/8) lalu. Saat itu, terjangan ombak yang muncul tiba-tiba sempat mengagetkan sejumlah pekerja yang sedang menata jalan pedestrian di pinggir pantai. Kondisi lokasi yang diterjang ombak itu relatif lebih rendah dibandingkan daerah lainnya. Kejadian itu muncul sejak pukul 11.00 Wita. “Jadi ombaknya tiba-tiba menerjang ke daratan. Kita tidak bisa berbuat apa selain menunggu kondisi kondusif. Proses pengerjaan hanya berlangsung setengah hari saja. Namun saat ini kondisinya sudah berangsur normal,” kata Sandika.
Masih menurut Sandika, pengerjaan jalan setapak itu sebenarnya dilakukan sepanjang Pantai Legian hingga Seminyak. Namun area yang terdampak gelombang tinggi itu hanya berada di Pantai Double Six ke utara. Sebab posisi jalan di sana relatif lebih rendah dibandingkan yang lain. Beruntung saat kejadian tidak ada material proyek yang terseret ombak. Sebab material maupun peralatan yang dipergunakan memiliki bobot yang tidak mudah terseret ombak. Namun, ada sejumlah material yang tetap harus dievakuasi oleh para pekerja ke tempat lebih aman.
“Gelombang tinggi itu justru lebih berdampak pada pedagang pantai. Sebab posisi mereka ada di bibir pantai, dan aset barang dagangannya kebanyakan berupa barang yang mudah terseret ombak,” jelas Sandika.
Dia berharap, ke depan tidak ada lagi halangan di lapangan, sehingga proses pengerjaan bisa dilakukan dengan maksimal. “Ya harapannya tidak ada lagi kendala seperti itu. Tapi, balik lagi ke faktor alam, itu yang kita tidak ketahui. Kita hanya berharap supaya aman saja,” harapnya. *dar
Komentar