Keren! TPS Eks Pasar Loak Gunung Agung Sekarang Jadi Kebun di Tengah Kota
DENPASAR, NusaBali.com – Siapa sangka Tempat Pembuangan Sampah (TPS) eks Pasar Loak Jalan Gunung Agung Denpasar yang penuh dengan tumpukan sampah kini bisa jadi oase di tengah hiruk-pikuk kota. Sebagian tempat itu disulap jadi pertanian rintisan untuk hortikultura.
Setelah pedagang loak dipindahkan ke Pasar Kreneng pada periode 2015-2016, lahan yang sudah diratakan dengan tanah di depan SMPN 4 Denpasar tersebut sempat diwacanakan menjadi lahan pembangunan Puskesmas Denpasar Barat, kantor camat, hingga sekretariat Perumda Pasar Sewakadarma.
Namun, pada tahun 2019, lahan tersebut difungsikan menjadi Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Kondisinya pun dikeluhkan warga karena menyebarkan bau menyengat, terlebih sampah-sampah tersebut menggunung dan mengakibatkan masalah sosial dan kesehatan di masyarakat.
Beruntung, sejak Agustus lalu, bagian selatan lahan yang berada di wilayah Kelurahan Pemecutan itu disulap menjadi lahan pertanian rintisan hortikultura seperti cabai, bawang merah, terong, labu, serai, pepaya, pisang, dan lainnya.
Menurut Lurah Pemecutan IB Agung Upawana Manuaba, 39, inovasi penggunaan lahan tersebut merupakan hasil audiensi dengan Pemerintah Kota Denpasar. Atas arahan Walikota Denpasar IGN Jaya Negara, lahan tersebut ditembok dari bahu jalan dan sebagian lahannya dimanfaatkan untuk pertanian perkotaan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari petugas pertanian di lapangan, Sabtu (3/9/2022), terdapat 14 kotak tanam berukuran 10 x 2 meter. Setiap kotak tanam yang dibatasi genting tersebut berisi 20 cm tanah biasa kemudian ditumpuk dengan 5 cm pupuk kompos hasil pencacahan sampah organik dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar.
Kata Muh Nur Misdi, 56, seorang petugas pertanian di lapangan, Pemerintah Kelurahan Pemecutan telah memfasilitasi mobil bak terbuka untuk mengangkut perkakas, alat, dan keperluan lainnya. Selain itu, disediakan pula motor roda tiga yang disebut Mocin untuk membawa air penyiram tanaman.
“Tidak perlu pupuk lagi karena sudah ada kompos, nanti tinggal disiram saja setiap hari. Kalau sudah agak besar, dirawat, disemprot, supaya tidak kena hama,” kata Misdi saat ditemui di lokasi pertanian, Sabtu pagi.
Selain itu, kata Suhadak, 49, rekan Misdi di lapangan, menyatakan bahwa ke depan motor Mocin tersebut mungkin tidak diperlukan lagi karena sudah disediakan sumur bor yang baru selesai Jumat (2/9/2022) kemarin.
Namun, baik Misdi dan Suhadak mengaku cukup terkendala dengan kondisi lahan yang berupa bekas bangunan cukup menyulitkan untuk digarap karena terdapat bekas fondasi beton di bawahnya.
Sementara bibit-bibit hortikultura tersebut saat ini dipasok oleh pemerintah kelurahan dan kecamatan, juga gotong-royong dari warga yang antusias dengan proyek tersebut. Ke depan, kata Agung Upawana, selain pertanian, akan ditambahkan kolam lele dan hidroponik sembari menunggu listrik dialirkan ke lokasi pertanian.
“Karena ini baru kami tanam, kami masih lihat nanti kondisinya seperti apa ke depan. Kalau memang prospek sekali, tentu akan kami buatkan model atau metode untuk pengelolaan nantinya,” jelas Agung Upawana Manuaba saat dihubungi, Sabtu siang.
Selain sebagai pilot project dan cambuk bagi warga sekitar Banjar Merta Yoga untuk mengelola pertanian perkotaan tersebut bersama-sama, lanjut Agung Upwana, pertanian itu juga difungsi sebagai media edukasi bagi warga bahwa dengan memilah sampah terutama sampah organik dari sampah non-organik dapat dijadikan pupuk kompos yang bermanfaat dan aman bagi lingkungan. *rat
1
Komentar