Putri Koster Dukung Film 'Tatu'
Karya Putra-Putri Terbaik Bali
Film ini juga dibintangi De Gadjah, Jun Bintang, Made Adnyana, Dewi Pradewi, dan IB Purwa Sidemen yang bermain peran dengan sangat apik dan natural.
DENPASAR, NusaBali
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Putri Suastini Koster berkesempatan menyaksikan penayangan perdana film 'Tatu' yang merupakan film karya putra-putri terbaik Bali, bertempat di Ruang Audiovisual, Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar, Sabtu (3/9).
Mengawali arahan singkatnya, Putri Koster menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kreativitas serta kesadaran dari para generasi muda untuk membangkitkan dunia perfilman khususnya di Bali dengan mengangkat tema-tema kehidupan di tengah masyarakat.
Untuk itu, pendamping orang nomor satu di Bali ini mengajak semua pihak baik itu pemerintah, para seniman, bersinergi untuk bersatu padu membangkitkan kembali dunia perfilman. Kita mulai dari anak muda Bali, pemainnya orang Bali, ditonton masyarakat Bali, sehingga dunia sinema semakin bergeliat.
Wanita yang akrab dipanggil Bunda Putri ini juga berharap agar para seniman tidak berhenti berkarya untuk menghasilkan garapan-garapan film berkualitas dengan mengangkat hal-hal kecil yang terjadi di masyarakat sekitar.
Dari Bali kita mulai angkat tema film yang mengandung kearifan lokal, dari Bali kita akan mengimbas ke Nusantara, sehingga perfilman bangkit. Kita jadikan Bali sebagai pusat industri perfilman Nusantara.
Tatu merupakan film yang sangat spesial mengingat film ini selain bernuansa Bali dan mengambil lokasi syuting di Desa Tenganan, Karangasem yang asri dan indah, film ini juga disutradarai oleh putra Bali Puja Astawa dan diperankan sekitar 40 orang pemain yang juga asli dari Bali.
Film yang mengangkat tema perjuangan seorang perempuan mempertahankan hidup dengan caranya, namun terhalang oleh sikap keras orangtuanya ini menghadirkan para seniman di antaranya De Gadjah, Jun Bintang, Made Adnyana, Dewi Pradewi, dan IB Purwa Sidemen yang bermain peran dengan sangat apik dan natural.
Sang sutradara Puja Astawa menyampaikan film 'Tatu' bergenre drama keluarga dengan menghadirkan nuansa Bali.
Ia mencoba menuangkan ide dalam sebuah garapan film yang dibuat oleh orang Bali dan dibuat di Bali.
Puja Astawa mengaku mencoba berusaha maksimal menggarap film dengan menghadirkan budaya Bali, serta pembuatan film ini benar-benar alami salah satunya tempat syuting sedikitpun tidak ada yang diseting.
"Hal ini kami ini menunjukkan kepada masyarakat luas inilah situasi kondisi kehidupan masyarakat Bali," sambungnya.
Ia pun mengajak masyarakat Bali mendukung produk lokal, karya lokal, anak lokal untuk perkembangan film Lokal di Bali.
Lebih dalam dijelaskan penggalan cerita film 'Tatu' yakni sosok perempuan yang bernama I Luh merupakan anak tunggal dari seorang ayah tanpa istri. I Luh menjalin kasih dengan Kadek seorang pria yang juga seorang dukun sakti dan merupakan salah satu keluarga dari musuh bebuyutan ayahnya. I Luh tidak pernah bermaksud mengecewakan ayahnya namun ia tengah berjuang melawan penyakitnya sendiri tanpa diketahui ayahnya.
"Pesan dari film ini bahwa hitam tak selalu pahit, putih pun belum tentu manis. Jangan terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu yang belum tentu benar. Karena yang baik belum tentu benar dan begitu juga sebaliknya," tutupnya. *cr78.
Mengawali arahan singkatnya, Putri Koster menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kreativitas serta kesadaran dari para generasi muda untuk membangkitkan dunia perfilman khususnya di Bali dengan mengangkat tema-tema kehidupan di tengah masyarakat.
Untuk itu, pendamping orang nomor satu di Bali ini mengajak semua pihak baik itu pemerintah, para seniman, bersinergi untuk bersatu padu membangkitkan kembali dunia perfilman. Kita mulai dari anak muda Bali, pemainnya orang Bali, ditonton masyarakat Bali, sehingga dunia sinema semakin bergeliat.
Wanita yang akrab dipanggil Bunda Putri ini juga berharap agar para seniman tidak berhenti berkarya untuk menghasilkan garapan-garapan film berkualitas dengan mengangkat hal-hal kecil yang terjadi di masyarakat sekitar.
Dari Bali kita mulai angkat tema film yang mengandung kearifan lokal, dari Bali kita akan mengimbas ke Nusantara, sehingga perfilman bangkit. Kita jadikan Bali sebagai pusat industri perfilman Nusantara.
Tatu merupakan film yang sangat spesial mengingat film ini selain bernuansa Bali dan mengambil lokasi syuting di Desa Tenganan, Karangasem yang asri dan indah, film ini juga disutradarai oleh putra Bali Puja Astawa dan diperankan sekitar 40 orang pemain yang juga asli dari Bali.
Film yang mengangkat tema perjuangan seorang perempuan mempertahankan hidup dengan caranya, namun terhalang oleh sikap keras orangtuanya ini menghadirkan para seniman di antaranya De Gadjah, Jun Bintang, Made Adnyana, Dewi Pradewi, dan IB Purwa Sidemen yang bermain peran dengan sangat apik dan natural.
Sang sutradara Puja Astawa menyampaikan film 'Tatu' bergenre drama keluarga dengan menghadirkan nuansa Bali.
Ia mencoba menuangkan ide dalam sebuah garapan film yang dibuat oleh orang Bali dan dibuat di Bali.
Puja Astawa mengaku mencoba berusaha maksimal menggarap film dengan menghadirkan budaya Bali, serta pembuatan film ini benar-benar alami salah satunya tempat syuting sedikitpun tidak ada yang diseting.
"Hal ini kami ini menunjukkan kepada masyarakat luas inilah situasi kondisi kehidupan masyarakat Bali," sambungnya.
Ia pun mengajak masyarakat Bali mendukung produk lokal, karya lokal, anak lokal untuk perkembangan film Lokal di Bali.
Lebih dalam dijelaskan penggalan cerita film 'Tatu' yakni sosok perempuan yang bernama I Luh merupakan anak tunggal dari seorang ayah tanpa istri. I Luh menjalin kasih dengan Kadek seorang pria yang juga seorang dukun sakti dan merupakan salah satu keluarga dari musuh bebuyutan ayahnya. I Luh tidak pernah bermaksud mengecewakan ayahnya namun ia tengah berjuang melawan penyakitnya sendiri tanpa diketahui ayahnya.
"Pesan dari film ini bahwa hitam tak selalu pahit, putih pun belum tentu manis. Jangan terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu yang belum tentu benar. Karena yang baik belum tentu benar dan begitu juga sebaliknya," tutupnya. *cr78.
1
Komentar