Menolak Punah, Dokar di Klungkung Jadi Sarana Transportasi Sekaligus Nostalgia
SEMARAPURA, NusaBali.com – Angkutan dokar yang mengalami masa kejayaan di era 1970an, sudah tergerus dengan kemajuan sarana transportasi modern. Namun di Kabupaten Klungkung, masih ada sedikitnya dua dokar yang menolak punah.
Dua kusir kuda yang masih bertahan untuk mencari muatan terlihat di depan Pasar Seni Kota Semarapura, Klungkung di Jalan Puputan No. 7 Desa Semarapura Kangin, Klungkung, Senin (5/9/2022) pagi.
Dua kusir tersebut adalah I Wayan Dunung,74, dan Nyoman Dania,63, yang berasal dari Kelurahan Semarapura Klod, Kota Semarapura Klungkung.
I Wayan Dunung yang telah beroperasi sejak tahun 1973 itu mengungkapkan keberadaan dokar di Klungkung saat ini berbeda saat era 1970 hingga 1990-an dimana dokar menjadi alat transportasi yang paling dicari.
“Dulu di tahun 1970-an dokar di Klungkung masih mencapai ratusan dokar. Bahkan di tahun 1993 dokar di Klungkung masih mencapai 40 dokar,” ujar pria yang akrab disapa Dunung.
Selaras dengan hal tersebut, fakta lain diungkapkan oleh rekan satu profesinya, Nyoman Dania saat ditemui di sela-sela ia menunggu penumpang.
“Kalah kita sekarang dengan keberadaan sepeda motor dan mobil. Jadi dokar saat ini sepi peminat. Paling hanya ibu-ibu yang rumahnya dekat saja yang menggunakan dokar,” jelas Nyoman Dania.
Soal pendapatan, selama ini Dunung dan Dania hanya mengandalkan penumpang dari kalangan ibu-ibu seusai berbelanja di Pasar Seni Kota Semarapura. Tarif yang dikenakannya pun bervariasi tergantung jarak lokasi yang ditempuh.
Untuk penumpang di areal Kota Semarapura hanya dikenakan Rp 5.000- Rp 7.000/penumpang dan Rp 10.000 untuk areal di Semarapura Kangin perbatasan Desa Akah.
Meski areal jangkauan sangat terbatas mengingat kondisi kuda yang sudah cukup tua, namun masih banyak warga sekitar Kota Semarapura yang gemar menggunakan dokar.
Seperti halnya warga Semarapura Tengah, Wayan Sarmi, 60, yang sangat fanatik menggunakan jasa transportasi ini untuk mengantarnya pulang dari pasar seusai berbelanja di Pasar Seni Kota Semarapura.
Dijumpai di tengah-tengah aktivitasnya menaruh barang-barang belanjaan, wanita yang akrab disapa Bu Ami ini mengaku jika ia senang menggunakan dokar di kala pulang dari pasar. Di samping ongkosnya murah, menggunakan dokar adalah alat transportasi favorit bersama ibunya dulu.
“Dulu kalau pulang dari pasar sama Ibu saya selalu pakai dokar. Selain seru saya bisa nostalgia lah,” ucapnya.
Bu Ami biasanya berlangganan dengan dokar yang dikemudikan oleh I Wayan Dunung. Untuk jarak tempuh dari Pasar Seni Kota Semarapura ke rumahnya di Semarapura Tengah dekat dengan SDN 1 Semarapura Tengah, Bu Ami hanya mengeluarkan Rp 5.000 saja.
Sementara itu, berbicara soal pendapatan, Dunung mengungkapkan tergantung dari berapa banyaknya penumpang. “Sehari rata-rata saya hanya dapat 7 sampai 10 penumpang saja dengan penghasilan rata-rata Rp 50.000/hari,” ujar Dunung.
Kata Dunung, penghasilan itu belum termasuk biaya pakan dari kuda kesayangannya yang saat ini telah menginjak usia 9 tahun. Dunung harus membeli satu kilogram pakan kuda berupa dedak seharga Rp 4.000-Rp 10.000 tiap harinya.
Selepas ia bekerja sebagai kusir, untuk meringankan biaya pakan, Dunung harus mencari rumput untuk tambahan pakan kudanya.
“Saya nyabit rumput di sawah dekat rumah saya di daerah Semarapura Klod. Jadi untuk rumput itu didapat secara gratis karena ambil sendiri di sawah. Kalau tidak dengan cara ini, uang yang saya dapatkan habis untuk beli pakan kuda saja,” tandasnya.
Lain halnya saat hari libur, Dunung biasanya akan panen di hari minggu. Penumpangnya pun akan banyak dari kalangan ibu-ibu pegawai yang mengajak anaknya sekadar berkeliling Kota Semarapura.
“Kalau hari Minggu bisa mencapai 40 orang penumpang. Biasanya hanya berkeliling di sekitar kota ke arah Lapangan Puputan Klungkung dan kembali lagi ke tempat saya mangkal di depan pasar,” ujarnya bercerita.
Dunung yang biasa mangkal sedari pukul 05.30-10.00 Wita selalu bersyukur dengan pendapatan yang tidak menentu setiap harinya. Dunung yakin rezeki pasti akan datang semasih ada kesempatan dan kemauan untuk terus berusaha. *ris
1
Komentar