Hasto: Mahasiswa Perlu Pelajari Semangat Soekarno
JAKARTA, NusaBali
Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, tidak ada politik praktis, yang ada adalah politik kebangsaan untuk komitmen bersama membangun Indonesia yang kuat.
Untuk itu, mahasiswa perlu mempelajari semangat para pendiri bangsa seperti Soekarno. Hal tersebut diungkapkan Hasto ketika memberikan kuliah umum dengan tema Geopolitik Soekarno di Universitas Halu Oleo, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa (6/9) petang. "Mahasiswa Indonesia perlu belajar dari semangat pendiri bangsa kita. Seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, M Yamin yang pernah memimpin ratusan doktor yang membikin pola Pembangunan Semesta Berencana," ujar Hasto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/9).
Hasto datang ke Sultra didampingi Ketua DPP PDIP Wiryanti Sukamdani. Hadir di acara itu Wakil Gubernur Sultra Lukman Abunawas, Bupati Muna La Ode Rusman Emba, dan Anggota DPR RI Fraksi PDIP dapil Sultra Hugua dan Andi Ridwan Wittiri dari dapil Sulsel.
Di hadapan para akademisi, Hasto menyebutkan, para pendiri bangsa memiliki imajinasi kemajuan Indonesia yang merdeka saat situasi sangat sulit. Bahkan, untuk melakukan rapat saja berada di tengah pengawasan tentara Jepang dan Sekutu pada saat itu. Namun, mereka mampu membuat gagasan, Indonesia lahir untuk jadi pemimpin di antara bangsa-bangsa di dunia. “Mereka berjuang di situasi relatif sulit. Kita sekarang belajar di masa yang jauh lebih baik. Infrastruktur pendidikan juga. Maka seharusnya kita lebih bisa menggelorakan semangat kemajuan yang sama,” tegas Hasto.
Hasto melanjutkan, dirinya ke kampus karena harus bicara Indonesia pada 50-100 tahun ke depan. “Bagaimana kita menjadi bangsa hebat itu, dimulai di kampus. Tak ada pemimpin yang tak dimulai dari kampus. Kampus jadi infrastruktur kemajuan paling penting,” kata Hasto.
Pernyataan Hasto didasarkan juga pada temuan riset disertasinya mengenai teori geopolitik Soekarno. Kata dia, faktor utama agar sebuah bangsa jadi pemimpin di dunia adalah kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Yang kedua adalah politik, yang didalamnya ada unsur terpenting yaitu diplomasi. “Dalam teori geopolitik Soekarno, terbukti faktor utama adalah iptek. Kita kejar Singapura dan negara tetangga lainnya, tak bisa dengan demo, harus dengan Iptek. Jalan kemajuan kita ada di kampus. Kedua adalah politik yang didalamya adalah diplomasi. Mahasiswa sekarang harus kuasai diplomasi, misal bisa berbahasa asing minimal dua," papar Hasto.
Untuk itu, mahasiswa tiada hari tanpa baca buku, belajar, inovasi dan lakukan riset demi kemajuan bangsa. Dalam kesempatan tersebut, Hasto menyampaikan pesan hangat dari Presiden Kelima RI yang juga Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Hasto menceritakan bagaimana cintanya Megawati dengan lingkungan hidup, flora dan fauna.
Menurut Hasto, terinspirasi dari kecintaan Megawati itu, dalam konteks geopolitik Soekarno, maka mahasiswa Halu Oleo harus mulai berimajinasi, mengembangkan potensi yang ada di sekitarnya. Apalagi Sultra adalah wilayah yang secara geografis dekat laut dan memiliki jutaan hektare hutan. "Indonesia kaya dengan flora dan fauna. Kalau seluruh universitas, khususnya Halu Oleo ini mengembangkan apa yang kita miliki, kembangkan laut dan isinya dengan Iptek, maka kita bisa menjadi negara yang betul-betul berdikari. Itu juga kata Bu Mega,” ucap Hasto.
Ratusan mahasiswa Halu Oleo hadir dipimpin Rektor Universitas Halu Oleo Muhammad Zamrun. Selain itu hadir juga sekitar 1000 mahasiswa secara daring. “Kebahagiaan bagi kami bisa menerima dan mendengarkan kuliah umum Mas Hasto di Halu Oleo,” kata Zamrun. *k22
Komentar