Kendaraan Angkutan Gratis di Tabanan Diparkir
Ada 9 unit kendaraan yang diparkir di Dishub Tabanan, karena tidak ada alokasi anggaran operasional. Kendaraan tersebut semula difungsikan melayani murid SMP secara gratis.
TABANAN, NusaBali
Sebanyak 9 unit angkutan siswa yang dikenal dengan sebutan Angkutan Trans Serasi tak beroperasi. Dari 9 unit itu, empat kendaraan merupakan bantuan pusat. Karena tak beroperasi, seluruh kendaraan itu diparkir di Kantor Dinas Perhubungan Tabanan.
Pantauan di lapangan, kendaraan-kendaraan tersebut terparkir rapi. Angkutan ini tak beroperasi karena Pemkab Tabanan tak lagi mengalokasikan anggaran untuk angkutan gratis siswa seperti sebelumnya.
Sekretaris Dinas Perhubungan Tabanan Ni Luh Mahadi Santi Dewi seizin Plt Dinas Perhubungan Tabanan I Made Harta Wiguna, mengatakan kendaraan tak beroperasi karena tidak ada lagi angkutan gratis. Sehingga bus yang terparkir itu biasanya dipinjam masyarakat ataupun instansi lain jika hendak melakukan kegiatan. “Kami kasih pinjam masyarakat, untuk BBM ditanggung yang meminjam, sementara sopir kami sediakan,” kata Mahadi, Rabu (7/9).
Sebelum terparkir rapi, sembilan kendaraan ini digunakan untuk mengangkut siswa SMP di pedesaan. Seperti di wilayah Kecamatan Baturiti, Pupuan, hingga Kecamatan Marga. “Kendaraan ini digunakan sejak tahun 2019,” ucap Mahadi.
Dia menambahkan, sembilan unit kendaraan tersebut, empat kendaraan jenis bus besar adalah bantuan hibah Kementerian Perhubungan. Sementara lima kendaraan atau bus mini dianggarkan dari APBD Tabanan. “Hibah dari pusat sekitar tahun 2015, saat ini tengah diurus untuk bisa menjadi barang milik daerah,” tandas Mahadi.
Mengenai angkutan untuk murid SMP, sebelumnya diberitakan, Dinas Perhubungan Tabanan masih mengkaji kenaikan tarif angkutan desa (angdes) dan angkutan kota (angkot) pasca naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
Untuk saat ini tarif angkot dan angdes yang masih dimanfaatkan untuk melayani murid SMP ke dan dari sekolah menerapkan upah sebelum BBM naik. Yakni angkutan yang beroperasi di kota, satu orang siswa membayar Rp 6.000 (pergi – pulang), dan di kawasan Kecamatan Baturiti Rp 5.000. Besaran tarif ini sesuai dengan kesepakatan orangtua siswa dan pramudi, karena saat ini Pemkab Tabanan tidak menganggarkan angkutan gratis akibat dampak pandemi Covid-19.
Plt Kepala Dinas Perhubungan Tabanan sekaligus Asisten 3 Setda Tabanan I Made Agus Harta Wiguna, mengatakan pada prinsipnya memang dilakukan penyesuaian seiring dengan kenaikan harga BBM, sebab salah satu penghitung kenaikan tarif adalah harga BBM. “Namun kami masih meminta waktu untuk hal itu, karena ada sejumlah acuan yang dihitung,” kata Harta Wiguna, Selasa (6/9).
Acuan yang dimaksud adalah, menghitung BOK (biaya operasi kendaraan), standar biaya, jarak tempuh, hingga harga kendaraan. “Selain itu kami juga masih perlu berkoordinasi dengan Organda (organisasi angkutan darat) selaku pengayom pramudi angkot dan angdes di Tabanan,” imbuh Harta Wiguna. *des
Pantauan di lapangan, kendaraan-kendaraan tersebut terparkir rapi. Angkutan ini tak beroperasi karena Pemkab Tabanan tak lagi mengalokasikan anggaran untuk angkutan gratis siswa seperti sebelumnya.
Sekretaris Dinas Perhubungan Tabanan Ni Luh Mahadi Santi Dewi seizin Plt Dinas Perhubungan Tabanan I Made Harta Wiguna, mengatakan kendaraan tak beroperasi karena tidak ada lagi angkutan gratis. Sehingga bus yang terparkir itu biasanya dipinjam masyarakat ataupun instansi lain jika hendak melakukan kegiatan. “Kami kasih pinjam masyarakat, untuk BBM ditanggung yang meminjam, sementara sopir kami sediakan,” kata Mahadi, Rabu (7/9).
Sebelum terparkir rapi, sembilan kendaraan ini digunakan untuk mengangkut siswa SMP di pedesaan. Seperti di wilayah Kecamatan Baturiti, Pupuan, hingga Kecamatan Marga. “Kendaraan ini digunakan sejak tahun 2019,” ucap Mahadi.
Dia menambahkan, sembilan unit kendaraan tersebut, empat kendaraan jenis bus besar adalah bantuan hibah Kementerian Perhubungan. Sementara lima kendaraan atau bus mini dianggarkan dari APBD Tabanan. “Hibah dari pusat sekitar tahun 2015, saat ini tengah diurus untuk bisa menjadi barang milik daerah,” tandas Mahadi.
Mengenai angkutan untuk murid SMP, sebelumnya diberitakan, Dinas Perhubungan Tabanan masih mengkaji kenaikan tarif angkutan desa (angdes) dan angkutan kota (angkot) pasca naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).
Untuk saat ini tarif angkot dan angdes yang masih dimanfaatkan untuk melayani murid SMP ke dan dari sekolah menerapkan upah sebelum BBM naik. Yakni angkutan yang beroperasi di kota, satu orang siswa membayar Rp 6.000 (pergi – pulang), dan di kawasan Kecamatan Baturiti Rp 5.000. Besaran tarif ini sesuai dengan kesepakatan orangtua siswa dan pramudi, karena saat ini Pemkab Tabanan tidak menganggarkan angkutan gratis akibat dampak pandemi Covid-19.
Plt Kepala Dinas Perhubungan Tabanan sekaligus Asisten 3 Setda Tabanan I Made Agus Harta Wiguna, mengatakan pada prinsipnya memang dilakukan penyesuaian seiring dengan kenaikan harga BBM, sebab salah satu penghitung kenaikan tarif adalah harga BBM. “Namun kami masih meminta waktu untuk hal itu, karena ada sejumlah acuan yang dihitung,” kata Harta Wiguna, Selasa (6/9).
Acuan yang dimaksud adalah, menghitung BOK (biaya operasi kendaraan), standar biaya, jarak tempuh, hingga harga kendaraan. “Selain itu kami juga masih perlu berkoordinasi dengan Organda (organisasi angkutan darat) selaku pengayom pramudi angkot dan angdes di Tabanan,” imbuh Harta Wiguna. *des
1
Komentar