BVA Bali Minta 'Kompensasi' ke Pemerintah
Dampak dari kenaikan harga BBM, usaha akomodasi dipastikan membengkak
DENPASAR,NusaBali
Bali Villa Association (BVA) meminta pemerintah memberi 'kompensasi' kepada usaha pariwisata, terkait kenaikkan harga BBM yang berdampak pada membengkaknya biaya operasional usaha akomodasi.
Kompensasi dimaksud bukan dalam bentuk uang, tetapi kebijakan yang dapat menarik wisatawan datang ke Bali. Karena dengan wisatawan yang melimpah diyakini sektor pariwisata, khususnya usaha akomodasi masih bisa bertahan. Jika kunjungan wisatawan stagnan atau malah surut, usaha pariwisata satu persatu kembali terancam kolaps.
Ketua Bali Villa Association (BVA) Putu Gede Hendrawan mengatakan Rabu(7/9). Dikatakan pengusaha, dalam hal ini usaha akomodasi vila di Bali bisa memahami alasan dan tujuan pemerintah menaikkan harga BBM untuk menyelamatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Kita tentu mengerti itu, " ujar praktisi pariwisata yang akrab disapa Jro Hendrawan. Dan dia meyakini tujuan pemerintah tentu positif.
Namun demikian kata Jro Hendrawan, kenyataan lain juga tak bisa dipungkiri bahwa akibat kenaikkan harga BBM dipastikan akan berdampak pada peningkatan biaya operasional usaha jasa wisata.
Hal itu karena produk-produk, baik berupa barang dan jasa dari rekanan, suplier maupun vendor dari pengusaha diyakini juga akan naik. "Kan memang saling terkait," ujar pria asal Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Badung ini.
Saat ini dampak masif dari kenaikkan harga BBM seperti belum terasa. Itu karena pengumuman kenaikkan harga BBM oleh pemerintah baru beberapa hari. "Namun dalam beberapa waktu ke depan pasti sangat terasa," ucap Putu Gede Hendrawan.
Keadaannya sangat dilematis bagi usaha wisata. Kalau harga atau tarif tak diangkat, biaya operasional sudah bengkak. Kemudian terpaksa kalau harus diangkat juga berat karena kunjungan wisatawan atau konsumen masih minim.
Kemudian daya belinya tentu terdampak juga (menurun) akibat kenaikkan harga BBM.
"Ini hal yang kami khawatirkan. Padahal pariwisata istilah Bali-nya baru 'klebit-klebit'(baru siuman pasca kolaps)," ujarnya.
Agar sama-sama jalan, Ketua BVA Bali meminta agar pemerintah bisa mendatangkan wisatawan baik wisman maupun wisdom ke Bali. Di antaranya dengan sebisa mungkin menambah penerbangan langsung ke Bali, seperti saat sebelum pandemi.
“Kalau sekarang baru 24 maskapai, agar lebih banyak lagi ke depannya,” ujar dia. Tentu termasuk penurunan harga tiket pesawat, baik domestik maupun manca negara, selain stimulant lainnya. "Sementara, itu solusi yang kami lihat, " kata Putu Gede Hendrawan.
Logikanya sederhana saja, jika wisatawan berkunjung ke Bali semakin ramai, pendapatan dari sektor ini meningkat. Hal ini kata Jro Hendra akan membantu menanggulangi pembengkakan biaya yang merupakan 'turunan' dari naikknya harga BBM.
"Jika kunjungan stagnan, apalagi menurun, sedang harga produk wisata naik, tentu mengkhawatirkan, " kata Jro Hendrawan. Bisa jadi usaha wisata yang sudah menggeliat mandeg atau ekstremnya kolaps lagi, kalau tarif naik," ucapnya.
BVA Bali kata Putu Gede Hendrawan, akan segera rapat menyikapi perkembangan terkait kenaikkan BBM. "Nanti komite(pengurus) rapat segera untuk penyamaan pandangan. Dan membahas langkah -langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi sikon, " kata dia.
Terutama untuk perhitungan, pasca bulan September ini. Karena jika BBM naik, imbas akan terasa sekali sesudahnya. *k17
Bali Villa Association (BVA) meminta pemerintah memberi 'kompensasi' kepada usaha pariwisata, terkait kenaikkan harga BBM yang berdampak pada membengkaknya biaya operasional usaha akomodasi.
Kompensasi dimaksud bukan dalam bentuk uang, tetapi kebijakan yang dapat menarik wisatawan datang ke Bali. Karena dengan wisatawan yang melimpah diyakini sektor pariwisata, khususnya usaha akomodasi masih bisa bertahan. Jika kunjungan wisatawan stagnan atau malah surut, usaha pariwisata satu persatu kembali terancam kolaps.
Ketua Bali Villa Association (BVA) Putu Gede Hendrawan mengatakan Rabu(7/9). Dikatakan pengusaha, dalam hal ini usaha akomodasi vila di Bali bisa memahami alasan dan tujuan pemerintah menaikkan harga BBM untuk menyelamatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Kita tentu mengerti itu, " ujar praktisi pariwisata yang akrab disapa Jro Hendrawan. Dan dia meyakini tujuan pemerintah tentu positif.
Namun demikian kata Jro Hendrawan, kenyataan lain juga tak bisa dipungkiri bahwa akibat kenaikkan harga BBM dipastikan akan berdampak pada peningkatan biaya operasional usaha jasa wisata.
Hal itu karena produk-produk, baik berupa barang dan jasa dari rekanan, suplier maupun vendor dari pengusaha diyakini juga akan naik. "Kan memang saling terkait," ujar pria asal Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Badung ini.
Saat ini dampak masif dari kenaikkan harga BBM seperti belum terasa. Itu karena pengumuman kenaikkan harga BBM oleh pemerintah baru beberapa hari. "Namun dalam beberapa waktu ke depan pasti sangat terasa," ucap Putu Gede Hendrawan.
Keadaannya sangat dilematis bagi usaha wisata. Kalau harga atau tarif tak diangkat, biaya operasional sudah bengkak. Kemudian terpaksa kalau harus diangkat juga berat karena kunjungan wisatawan atau konsumen masih minim.
Kemudian daya belinya tentu terdampak juga (menurun) akibat kenaikkan harga BBM.
"Ini hal yang kami khawatirkan. Padahal pariwisata istilah Bali-nya baru 'klebit-klebit'(baru siuman pasca kolaps)," ujarnya.
Agar sama-sama jalan, Ketua BVA Bali meminta agar pemerintah bisa mendatangkan wisatawan baik wisman maupun wisdom ke Bali. Di antaranya dengan sebisa mungkin menambah penerbangan langsung ke Bali, seperti saat sebelum pandemi.
“Kalau sekarang baru 24 maskapai, agar lebih banyak lagi ke depannya,” ujar dia. Tentu termasuk penurunan harga tiket pesawat, baik domestik maupun manca negara, selain stimulant lainnya. "Sementara, itu solusi yang kami lihat, " kata Putu Gede Hendrawan.
Logikanya sederhana saja, jika wisatawan berkunjung ke Bali semakin ramai, pendapatan dari sektor ini meningkat. Hal ini kata Jro Hendra akan membantu menanggulangi pembengkakan biaya yang merupakan 'turunan' dari naikknya harga BBM.
"Jika kunjungan stagnan, apalagi menurun, sedang harga produk wisata naik, tentu mengkhawatirkan, " kata Jro Hendrawan. Bisa jadi usaha wisata yang sudah menggeliat mandeg atau ekstremnya kolaps lagi, kalau tarif naik," ucapnya.
BVA Bali kata Putu Gede Hendrawan, akan segera rapat menyikapi perkembangan terkait kenaikkan BBM. "Nanti komite(pengurus) rapat segera untuk penyamaan pandangan. Dan membahas langkah -langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi sikon, " kata dia.
Terutama untuk perhitungan, pasca bulan September ini. Karena jika BBM naik, imbas akan terasa sekali sesudahnya. *k17
Komentar