Polisi Geledah Kamar Kos Terduga Teroris di Denpasar
Ditangkap di Lumajang, Identitasnya Berasal dari Bali
DENPASAR, NusaBali
Densus 88 Anti Teror (AT) Polri mengamankan terduga teroris berinisial Fir,28, dan istrinya DYA di rumah kontrakannya di Dusun Banjarejo, Desa Sumbermujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur pada, Selasa (6/9).
Setelah ditelusuri dari kartu identitasnya ternyata Fir ternyata berasal atau beralamat asal di Bali. Tepatnya di Jalan Satelit, Denpasar Barat, Kota Denpasar. Sementara pasca penangkapan, polisi pun melakukan penggeledahan terhadap alamat Fir di Bali.
Kamar kos dari terduga teroris Fir yang berada di Jalan Satelit Nomor 40, Desa Dauh Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Barat ini digeledah kurang lebih 10 personel polisi, Rabu (7/9). Penggeledahan kamar kos itu dilakukan pasca penangkapan terhadap Fir oleh Densus 88 Anti Teror di Pertigaan Jalan Pancasila tepatnya sebelah Barat Masjid Al Ikhlas, RT 08 RW 01 Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (6/9) pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB.
Dari kamar kos ukuran kecil itu polisi menyita sejumlah barang bukti yang diduga kuat berkaitan dengan terorisme, yakni buku jihad, golok, dan anak panah. Selain mengamankan barang bukti di kamar kos yang sudah enam bulan ditinggal pergi oleh Fir bersama istri berinisial DYA dan dua anaknya, polisi juga menginterogasi Bas,65, dan SJ,59, yang merupakan ayah dan ibu dari Fir.
Salah seorang sumber warga di sekitar kos tempat tinggal Fir ditemui, Kamis (8/9) mengatakan dirinya mengenal terduga teroris itu sejak kecil. Setelah dewasa, Fir yang dulu teman bermain semasa kecil berubah menjadi tertutup dengan warga sekitar. Bahkan sumber tadi mengatakan tidak hanya tertutup, Fir juga mengikuti aliran keras. Diketahuinya, Fir pernah ikut demo Presidium Alumni 212 (PA 212) di Jakarta bersama ormas FPI beberapa tahun lalu sebelum ormas itu dibubarkan pemerintah.
"Dia teman main saya semasa kecil dahulu. Saya dapat informasi, dia (Firdaus) pernah kerja di Bima (NTB). Selain itu dia pernah ikut demo bersama PA 212 di Jakarta. Orangnya tertutup dengan tetangga," ungkap sumber tadi. Sementara SJ, ibu kandung dari Fir, ditemui di kamar kosnya yang bersebelahan dengan kamar kos dari Fir di Jalan Satelit Nomor 40, Denpasar Barat, Kamis (8/9) sore, mengaku tak menyangka kalau anak keduanya itu terlibat tindak pidana terorisme. Dirinya mengaku, sejak kecil sampai menikah dan dikaruniai dua orang anak tidak melihat ada keanehan di diri Fir.
Dirinya kaget mendapat kabar dari menantunya DYA tentang penangkapan Fir oleh Densus 88 Anti Teror. Selain itu, sekitar 10 orang polisi mendatangi kos tempat tinggal Fir di Jalan Satelit dan melakukan penggeledahan pada, Rabu (7/9). Dikatakan, polisi menyita golok, anak panah, dan buku jihad.
"Saya tidak melihat keanehan dari anak saya itu. Dari dahulu saya melihat selesai kerja Fir langsung pulang ke rumah. Saya tidak yakin anak saya seperti yang diduga sekarang," ungkap SJ dengan nada terbata-bata. SJ menceritakan, Fir bekerja pada satu perusahaan alat berat. Sebelum Fir berangkat ke Lumajang, Jawa Timur, Fir kerja di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sepengetahuannya di Bima Fir mengerjakan proyek irigasi, air minum, dan embung.
Setelah selesai kerja di Bima, Firdaus kembali dipercayakan oleh perusahaannya untuk bekerja di Lumajang. Di sana lulusan Teknik Sipil sebuah perguruan tinggi ini mengerjakan proyek 2.000 unit rumah. "Sebelum ke Lumajang enam bulan lalu, dia (Firdaus) sempat seminggu di Bali. Pas berangkat ke Lumajang, dia bawa istri dan anaknya," ungkap SJ.
SJ mengaku mengaku kaget setelah mendapat kabar dari menantunya, DYA ditangkap Densus 88. Pada saat ditangkap Fir bersama istri dan dua orang anak mereka sedang dalam perjalanan mengendarai sepeda motor. Tiba-tiba mereka dicegat polisi dan melakukan penahanan.
"Sebenarnya mereka (Fir bersama istri dan anaknya) hendak datang ke Bali minggu depan. Sampai saat ini saya tidak tahu di mana keberadaan anak saya itu. Sementara istri dan anaknya masih di Lumajang. Suami saya sedang dalam perjalanan ke Lumajang untuk menjemput mantu dan cucu," bebernya.
SJ mengatakan barang bukti golok dan anak panah yang disita polisi itu adalah alat yang sering digunakan Firdaus. Golok yang disita adalah golok yang sering digunakan untuk sembelih hewan kurban. Sementara anak panah dimiliki karena Fir katanya ahli panah. "Anak saya itu ahli panahan. Pernah ikut latihan pemanah. Selain itu ikut pemotongan hewan halal. Setiap hari raya kurban anak saya ikut motong hewan kurban. Sekarang nasibnya seperti ini, ya mungkin jalan hidupnya begitu. Saya kembalikan kepada Allah," tandasnya.
Kamar kos tempat tinggal dari Fir bersama istri dan anak-anaknya berada sekitar 100 meter arah selatan dari Jalan Satelit Desa Dauh Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Barat. Untuk masuk ke kamar kos bersama belasan kamar kos yang berjejer dari utara ke selatan itu melewati gang kecil. Gang itu hanya bisa diakses kendaraan roda dua.
Dikonfirmasi terpisah Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Satake Bayu Setianto enggan berkomentar terkait penangkapan terduga teroris kelahiran Bali itu. Perwira melati tiga di pundak itu mengatakan yang berwenang untuk mengeluarkan pernyataan adalah Divisi Humas Mabes Polri. Sementara untuk keamanan Bali, Kombes Satake Bayu mengatakan, Polda Bali meningkatkan kewaspadaan. "Terkait penangkapan itu nanti Mabes Polri yang kasih penjelasan. Sebagai bentuk kesiapsiagaan, Polda Bali meningkatkan pengamanan. Salah satunya berkomunikasi intens dengan Densus 88 yang ada di Bali," tandasnya.
Sementara Kepala Satgaswil Bali Densus 88 Anti Teror, Kombes Pol Ketut Widhiarto enggan berkomentar terkait penangkapan terduga teroris kelahiran Bali di Lumajang, Jawa Timur itu. Seperti apa kiprah lika-liku terduga dia enggan membocorkannya. Perwira melati tiga di pundak ini beralasan penangkapan itu dilakukan di Jawa Timur.
Dikatakannya, upaya dari kepolisian dalam hal ini Densus 88 untuk menekan tumbuhnya bibit radikal di Bali dengan berbagai pendekatan. Salah satunya adalah membangun kerjasama lintas sektoral dengan pemangku kepentingan terkait, seperti instansi pemerintah, Ormas, swasta dan seluruh elemen masyarakat.
"Selain itu kami juga melakukan sosialisasi lewat media massa. Melalui kontra naratif dan diskusi tentang penguatan wawasan kebangsaan agar terbangun rasa kebersamaan, toleransi dan saling menghomati perbedaan atas keyakinan yg dianut, perbedaan budaya-adat istiadat, suku dan berbagai keberagaman lainnya,” bebernya. Kombes Ketut Widhiarto mengaku selama ini sudah beberapa kali menangani permasalahan terorisme dengan mengedepankan pendekatan persuasif. Ada beberapa pentolan yang sudah telanjur salah jalan itu berhasil dirangkul untuk kembali setia pada NKRI dan Pancasila. *pol
1
Komentar