Mengajar sampai Raja Ampat, Berharap Bisa Miliki Museum Kerang
I Made Kanan Jaya, Pembuat Kerajinan Kerang dari Serangan, Denpasar Selatan
Bukan saja bentuknya yang unik, namun kerang juga memiliki keterkaitan dengan aktivitas sosial budaya dan ritual masyarakat atau komunitas tertentu.
DENPASAR,NusaBali
Berkat kepiawaiannya merangkai kerang menjadi produk handycraft dan barang seni, mengantarkan I Made Kanan Jaya,52, perajin kerang dari Banjar Kawan, Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar bepergian ke sejumlah daerah di Indonesia. Hal itu karena dia diundang memberi pelatihan, menularkan ilmu membuat kerajinan kerang kepada masyarakat atau komunitas perajin di daerah tersebut. Sedangkan yang memfasilitasi adalah pemerintah daerah setempat melalui OPD terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Daerah-daerah yang sudah didatangi Kanan Jaya, di antaranya Rote Endo NTT, Tanjung Balai Sumatera Utara/Sumut, Berau di Kalimantan Timur, Situbondo Jawa Timur hingga ke Raja Ampat Papua. “Diundang untuk mengajar memberi pelatihan membuat kerajinan berbahan kerang,” ujar Kanan Jaya saat ditemui, Jumat (30/8) lalu.
Kanan Jaya mengawali membuat kerajinan kerang sejak tahun 2007 silam. Hal dilakoninya setelah dia berhenti bekerja di sebuah bank perkreditan rakyat (BPR). Bank tempatnya bekerja tutup. “Saya kemudian kerja membantu kakak jualan dan menanam rumput laut,” kenangnya. Kata dia, kakaknya kebetulan melakukan ekspor produk-produk kerajinan dan punya tempat pameran di Bali Collection di kawasan ITDC Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Di sela-sela itulah dia mencoba merangkai limbah cangkang-cangkang kerang yang banyak di perairan Serangan. Awalnya dia membuat model penyu-penyuan. Hasil kerajinan penyu-penyuan dijadikan souvernir sehubungan dengan kegiatan ETI (Education Turtle Island) di Serangan. Setiap ada pelepasan penyu atau tukik, peserta mendapatkan souvernir penyu-penyuan.
Aktivitas Kanan Jaya membuat kerajinan kerang, mendapat dukungan dari Pemkot Denpasar. Bersama perajin lain yang tergabung dalam kelompok perajin kerang ‘King Saguna Jaya’ , Kanan Jaya memperoleh binaan, bagaimana meningkatkan keterampilan dan mutu produk serta bantuan bangunan sebagai tempat kegiatan, yakni Rumah Kerang Serangan. Kini kerajinan kerang buatan Kanan Jaya sudah berkembang. Tidak lagi hanya penyu-penyuan. Namun dalam bentuk karya yang lebih variatif dan menarik dan bernilai ekonomis. Diantaranya kap lampu, aneka keben, asesoris dan jenis perhiasan.
Keterampilannya merangkai kerang itulah membuat Kanan Jaya sering mendapat undangan dari luar daerah mengajar keterampilan membuat kerang. “Dari Tanjung Balai (Sumut) sampai ke Raja Ampat (Papua),” ucap dia merinci daerah atau kota lainnya tempat dia diundang memberi pelatihan. Menurutnya potensi kerang di Indonesia kaya alias melimpah. Selain memberi pelatihan ke luar daerah, Kanan Jaya juga memberi pelatihan di desanya di Serangan. Hal itu karena kadang-kadang ada rombongan peserta pelatihan yang meminta pelatihan di Bali. Diantaranya yang sudah pernah adalah rombongan dari Pare-pare, Sulawesi Selatan (Sulsel), Provinsi Banten dan Kabupaten Pasuruan (Jatim).
Di balik itu semua, Kanan Jaya memendam harapan suatu saat bisa memiliki museum kerang. Bukan saja memajang hasil kerajinan kerang, namun museum tersebut menjadi etalase dan media edukasi tentang kekayaan laut nusantara, khususnya aneka hayati untuk jenis kerang. “Sehingga generasi muda punya pengetahuan tentang dunia perkerangan,” ujarnya.
Kata dia, kerang itu ada 3 katagori, yakni pertama yang dilindungi karena langka, kedua yang bisa dibudidayakan dan ketiga adalah kerang limbah, baik karena mati secara alami maupun limbah dari kerang yang usai dikonsumsi. “Mudah-mudahan suatu saat ada yang membantu dan bisa terwujud (Museum Kerang, Red),” kata Kanan Jaya.
Dia pun menunjukkan ratusan koleksi kerang karyanya di Rumah Kerang Serangan. Koleksi itu diantaranya kerang kepala kambing, cokli, green mussel atau kerang hijau, bulih, kerang terompet, krejat, bakong, kerong remis, kerang tapuk nem dan yang lainnya. Diantaranya itu ada kerang yang umurnya puluhan bahkan sampai ratusan tahun. Untuk kerang usia ratusan tahun ini dihitung berdasarkan rata-rata pertumbuhannya per tahun dan masa atau besarnya saat ini.
Ada yang pertumbuhannya hanya 1 centimeter setiap tahun. “Selain kerang dari perairan Bali, juga ada berasal dari perairan lain di Indonesia seperti dari Papua,” ucap dia. Bukan saja bentuk yang unik, namun kerang juga memiliki keterkaitan dengan sosial budaya dan ritual masyarakat atau komunitas tertentu. Contohnya kerang bisa berfungsi sebagai sunggu (terompet) yang ditiup khusus pada ritual mecaru di Bali. Kerang cokli bermanfaat untuk usadha atau obat dan kerang tapuk nem bisa digunakan sebagai salah satu sarana untuk ngukup (meramu) tirta, yakni air suci agar aromanya lebih harum. “Karena itulah saya berharap museum kerang bisa terwujud nanti,” ucap Kanan Jaya. *k17
Daerah-daerah yang sudah didatangi Kanan Jaya, di antaranya Rote Endo NTT, Tanjung Balai Sumatera Utara/Sumut, Berau di Kalimantan Timur, Situbondo Jawa Timur hingga ke Raja Ampat Papua. “Diundang untuk mengajar memberi pelatihan membuat kerajinan berbahan kerang,” ujar Kanan Jaya saat ditemui, Jumat (30/8) lalu.
Kanan Jaya mengawali membuat kerajinan kerang sejak tahun 2007 silam. Hal dilakoninya setelah dia berhenti bekerja di sebuah bank perkreditan rakyat (BPR). Bank tempatnya bekerja tutup. “Saya kemudian kerja membantu kakak jualan dan menanam rumput laut,” kenangnya. Kata dia, kakaknya kebetulan melakukan ekspor produk-produk kerajinan dan punya tempat pameran di Bali Collection di kawasan ITDC Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Di sela-sela itulah dia mencoba merangkai limbah cangkang-cangkang kerang yang banyak di perairan Serangan. Awalnya dia membuat model penyu-penyuan. Hasil kerajinan penyu-penyuan dijadikan souvernir sehubungan dengan kegiatan ETI (Education Turtle Island) di Serangan. Setiap ada pelepasan penyu atau tukik, peserta mendapatkan souvernir penyu-penyuan.
Aktivitas Kanan Jaya membuat kerajinan kerang, mendapat dukungan dari Pemkot Denpasar. Bersama perajin lain yang tergabung dalam kelompok perajin kerang ‘King Saguna Jaya’ , Kanan Jaya memperoleh binaan, bagaimana meningkatkan keterampilan dan mutu produk serta bantuan bangunan sebagai tempat kegiatan, yakni Rumah Kerang Serangan. Kini kerajinan kerang buatan Kanan Jaya sudah berkembang. Tidak lagi hanya penyu-penyuan. Namun dalam bentuk karya yang lebih variatif dan menarik dan bernilai ekonomis. Diantaranya kap lampu, aneka keben, asesoris dan jenis perhiasan.
Keterampilannya merangkai kerang itulah membuat Kanan Jaya sering mendapat undangan dari luar daerah mengajar keterampilan membuat kerang. “Dari Tanjung Balai (Sumut) sampai ke Raja Ampat (Papua),” ucap dia merinci daerah atau kota lainnya tempat dia diundang memberi pelatihan. Menurutnya potensi kerang di Indonesia kaya alias melimpah. Selain memberi pelatihan ke luar daerah, Kanan Jaya juga memberi pelatihan di desanya di Serangan. Hal itu karena kadang-kadang ada rombongan peserta pelatihan yang meminta pelatihan di Bali. Diantaranya yang sudah pernah adalah rombongan dari Pare-pare, Sulawesi Selatan (Sulsel), Provinsi Banten dan Kabupaten Pasuruan (Jatim).
Di balik itu semua, Kanan Jaya memendam harapan suatu saat bisa memiliki museum kerang. Bukan saja memajang hasil kerajinan kerang, namun museum tersebut menjadi etalase dan media edukasi tentang kekayaan laut nusantara, khususnya aneka hayati untuk jenis kerang. “Sehingga generasi muda punya pengetahuan tentang dunia perkerangan,” ujarnya.
Kata dia, kerang itu ada 3 katagori, yakni pertama yang dilindungi karena langka, kedua yang bisa dibudidayakan dan ketiga adalah kerang limbah, baik karena mati secara alami maupun limbah dari kerang yang usai dikonsumsi. “Mudah-mudahan suatu saat ada yang membantu dan bisa terwujud (Museum Kerang, Red),” kata Kanan Jaya.
Dia pun menunjukkan ratusan koleksi kerang karyanya di Rumah Kerang Serangan. Koleksi itu diantaranya kerang kepala kambing, cokli, green mussel atau kerang hijau, bulih, kerang terompet, krejat, bakong, kerong remis, kerang tapuk nem dan yang lainnya. Diantaranya itu ada kerang yang umurnya puluhan bahkan sampai ratusan tahun. Untuk kerang usia ratusan tahun ini dihitung berdasarkan rata-rata pertumbuhannya per tahun dan masa atau besarnya saat ini.
Ada yang pertumbuhannya hanya 1 centimeter setiap tahun. “Selain kerang dari perairan Bali, juga ada berasal dari perairan lain di Indonesia seperti dari Papua,” ucap dia. Bukan saja bentuk yang unik, namun kerang juga memiliki keterkaitan dengan sosial budaya dan ritual masyarakat atau komunitas tertentu. Contohnya kerang bisa berfungsi sebagai sunggu (terompet) yang ditiup khusus pada ritual mecaru di Bali. Kerang cokli bermanfaat untuk usadha atau obat dan kerang tapuk nem bisa digunakan sebagai salah satu sarana untuk ngukup (meramu) tirta, yakni air suci agar aromanya lebih harum. “Karena itulah saya berharap museum kerang bisa terwujud nanti,” ucap Kanan Jaya. *k17
Komentar