Presslist 8 Trisma Hadirkan Kartunis Jango
Gelaran Presslist 8 SMAN 3 Denpasar menghadirkan kartunis Bali Jango Paramarta pada acara workshop dan lomba karikatur, Sabtu (22/4) kemarin.
DENPASAR, NusaBali
Ajang lomba yang diikuti sebanyak 27 peserta dari jenjang pendidikan SMP dan SMA se-Bali ini, Jango mengakui minat pelajar di Bali untuk belajar karikatur masih sangat minim. Padahal peluang kerja menjadi seorang kartunis profesional cukup besar tak hanya di lokal Bali, melainkan hingga ke ranah internasional.
Mengapa demikian, sebab sebuah gambar kartun atau karikatur yang baik bahkan terbukti mampu mewakili isi sebuah buku. Lebh-lebih memasuki era yang serba instan, orang akan lebih suka memaknai sebuah gambar ketimbang membaca tulisan beratus-ratus halaman.
Namun untuk menjadi kartunis professional, menurutnya diperlukan sebuah komitmen dan konsistensi. “Peluang jadi kartunis sangat besar, banyak potensi. Tapi biasanya di tengah jalan patah arang. Maka itudiperlukan kesungguhan hati,” jelasnya. Dikatakan Jango, modal awal menjadi seorang kartunis adalah suka membaca. Sebab untuk mengungkapkan fenomena yang sedang hangat dibicarakan masyarakat, seorang kartunis memerlukan wawasan yang luas.
Seorang kartunis pun tidak bisa asal sembarang menggambarkan sebuah fenomena. Perlu diperhatikan unsure etika yang menyangkut wawasan intelektual, memiliki nilai humoris, serta bernilai estetika. “Jika salah satunya tidak ada, maka gambar itu belum bisa disebut dengan karikatur, karena masih tahap ilustrasi,” jelasnya. * nvi
Ajang lomba yang diikuti sebanyak 27 peserta dari jenjang pendidikan SMP dan SMA se-Bali ini, Jango mengakui minat pelajar di Bali untuk belajar karikatur masih sangat minim. Padahal peluang kerja menjadi seorang kartunis profesional cukup besar tak hanya di lokal Bali, melainkan hingga ke ranah internasional.
Mengapa demikian, sebab sebuah gambar kartun atau karikatur yang baik bahkan terbukti mampu mewakili isi sebuah buku. Lebh-lebih memasuki era yang serba instan, orang akan lebih suka memaknai sebuah gambar ketimbang membaca tulisan beratus-ratus halaman.
Namun untuk menjadi kartunis professional, menurutnya diperlukan sebuah komitmen dan konsistensi. “Peluang jadi kartunis sangat besar, banyak potensi. Tapi biasanya di tengah jalan patah arang. Maka itudiperlukan kesungguhan hati,” jelasnya. Dikatakan Jango, modal awal menjadi seorang kartunis adalah suka membaca. Sebab untuk mengungkapkan fenomena yang sedang hangat dibicarakan masyarakat, seorang kartunis memerlukan wawasan yang luas.
Seorang kartunis pun tidak bisa asal sembarang menggambarkan sebuah fenomena. Perlu diperhatikan unsure etika yang menyangkut wawasan intelektual, memiliki nilai humoris, serta bernilai estetika. “Jika salah satunya tidak ada, maka gambar itu belum bisa disebut dengan karikatur, karena masih tahap ilustrasi,” jelasnya. * nvi
1
Komentar