Neraca Perdagangan RI Surplus Rp 85,8 T
China masih mendominasi pasar ekspor Indonesia
JAKARTA, NusaBali
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$5,76 miliar (Rp 85,8 triliun) secara bulanan pada Agustus 2022. Realisasi itu lebih tinggi secara bulanan dari bulan sebelumnya yang sebesar US$4,23 miliar (Rp 63,02 triliun).
"Jadi neraca perdagangan mencatat surplus US$5,76 miliar. Neraca perdagangan sampai Agustus 2022 ini membukukan surplus selama 28 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," papar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto dalam konferensi pers, seperti dilansir CNNIndonesia,com, Kamis (15/8).
Setianto mengatakan surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$27,91 miliar atau naik 9,17 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$25,56 miliar. Sementara nilai impor cuma US$22,15 miliar atau naik 3,77 persen dari posisi sebelumnya yang sebesar US$21,35 miliar.
Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$1,71 miliar atau naik 25,59 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$1,37 miliar. Begitu juga dengan ekspor nonmigas terlihat naik 8,24 persen dari US$24,19 miliar menjadi US$26,19 miliar.
Berdasarkan sektor, ekspor migas naik 25,59 persen, pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 16,99 persen, industri pengolahan naik 13,49 persen, serta pertambangan turun 6,66 persen.
Berdasarkan kode HS, peningkatan ekspor terjadi di komoditas lemak dan minyak hewan, besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, kendaraan, serta nikel.
Di sisi lain, ekspor beberapa komoditas turun, seperti pulp dari kayu, karet dan barang dari karet, bijih logam, bahan kimia anorganik, serta bahan bakar mineral.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas meningkat ke China, India, Malaysia, Mesir, dan Inggris. Namun, ekspor terlihat turun ke lima negara, yakni Pakistan, Taiwan, Myanmar, Korea Selatan, dan Polandia.
"Penurunan ekspor terbesar ke Pakistan sebesar US$201 juta secara bulanan ini utamanya adalah komoditas lemak dan minyak hewan nabati, kertas" ujar Setianto.
Sejauh ini, China masih mendominasi pasar ekspor RI senilai US$6,16 miliar. Lalu, ekspor ke Amerika Serikat (AS) sebesar US$2,51 miliar, India US$2,59 miliar, India US$2,47 miliar, dan Jepang US$2,15 miliar.
"Ekspor di ASEAN sebesar US$4,77 miliar atau pangsa pasarnya 18,22 persen. Ekspor ke Uni Eropa nilainya US$2,3 miliar atau pangsa pasarnya 8,79 persen," tutur Setianto.
Secara total, nilai ekspor mencapai US$194,6 miliar pada Januari-Agustus 2022. Nilainya tumbuh 35,42 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni US$143,7 miliar.
Dari sisi impor, impor migas mencapai US$3,7 miliar atau turun 16,92 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$4,4 miliar. Sebaliknya, impor non migas naik 9,23 persen dari US$16,89 miliar menjadi US$18,45 miliar.
Berdasarkan jenis barang, impor konsumsi naik 12,27 persen, bahan baku atau penolong naik 0,35 persen, dan barang modal naik 18,14 persen.
Lalu, beberapa produk yang impornya naik, antara lain mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, bahan bakar mineral, serealia, serta barang dari besi dan baja. Berdasarkan negara asal, impor meningkat dari China, Jerman, Malaysia, Australia, dan Kazakhstan. Namun, impor dari lima negara lainnya turun signifikan, yakni Singapura, Argentina, Thailand, Yordania, dan Qatar.
Pangsa impor Indonesia utamanya didominasi oleh China mencapai US$6,57 miliar atau setara 35,63 persen dari total impor Indonesia. Kemudian, diikuti oleh Jepang US$1,51 miliar dan Thailand US$940 juta. Secara total, nilai impor mencapai US$159,68 miliar pada Januari-Agustus 2022. Nilainya tumbuh 29,84 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni US$122,98 miliar. *
"Jadi neraca perdagangan mencatat surplus US$5,76 miliar. Neraca perdagangan sampai Agustus 2022 ini membukukan surplus selama 28 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," papar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto dalam konferensi pers, seperti dilansir CNNIndonesia,com, Kamis (15/8).
Setianto mengatakan surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$27,91 miliar atau naik 9,17 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$25,56 miliar. Sementara nilai impor cuma US$22,15 miliar atau naik 3,77 persen dari posisi sebelumnya yang sebesar US$21,35 miliar.
Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$1,71 miliar atau naik 25,59 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$1,37 miliar. Begitu juga dengan ekspor nonmigas terlihat naik 8,24 persen dari US$24,19 miliar menjadi US$26,19 miliar.
Berdasarkan sektor, ekspor migas naik 25,59 persen, pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 16,99 persen, industri pengolahan naik 13,49 persen, serta pertambangan turun 6,66 persen.
Berdasarkan kode HS, peningkatan ekspor terjadi di komoditas lemak dan minyak hewan, besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, kendaraan, serta nikel.
Di sisi lain, ekspor beberapa komoditas turun, seperti pulp dari kayu, karet dan barang dari karet, bijih logam, bahan kimia anorganik, serta bahan bakar mineral.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas meningkat ke China, India, Malaysia, Mesir, dan Inggris. Namun, ekspor terlihat turun ke lima negara, yakni Pakistan, Taiwan, Myanmar, Korea Selatan, dan Polandia.
"Penurunan ekspor terbesar ke Pakistan sebesar US$201 juta secara bulanan ini utamanya adalah komoditas lemak dan minyak hewan nabati, kertas" ujar Setianto.
Sejauh ini, China masih mendominasi pasar ekspor RI senilai US$6,16 miliar. Lalu, ekspor ke Amerika Serikat (AS) sebesar US$2,51 miliar, India US$2,59 miliar, India US$2,47 miliar, dan Jepang US$2,15 miliar.
"Ekspor di ASEAN sebesar US$4,77 miliar atau pangsa pasarnya 18,22 persen. Ekspor ke Uni Eropa nilainya US$2,3 miliar atau pangsa pasarnya 8,79 persen," tutur Setianto.
Secara total, nilai ekspor mencapai US$194,6 miliar pada Januari-Agustus 2022. Nilainya tumbuh 35,42 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni US$143,7 miliar.
Dari sisi impor, impor migas mencapai US$3,7 miliar atau turun 16,92 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$4,4 miliar. Sebaliknya, impor non migas naik 9,23 persen dari US$16,89 miliar menjadi US$18,45 miliar.
Berdasarkan jenis barang, impor konsumsi naik 12,27 persen, bahan baku atau penolong naik 0,35 persen, dan barang modal naik 18,14 persen.
Lalu, beberapa produk yang impornya naik, antara lain mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, bahan bakar mineral, serealia, serta barang dari besi dan baja. Berdasarkan negara asal, impor meningkat dari China, Jerman, Malaysia, Australia, dan Kazakhstan. Namun, impor dari lima negara lainnya turun signifikan, yakni Singapura, Argentina, Thailand, Yordania, dan Qatar.
Pangsa impor Indonesia utamanya didominasi oleh China mencapai US$6,57 miliar atau setara 35,63 persen dari total impor Indonesia. Kemudian, diikuti oleh Jepang US$1,51 miliar dan Thailand US$940 juta. Secara total, nilai impor mencapai US$159,68 miliar pada Januari-Agustus 2022. Nilainya tumbuh 29,84 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni US$122,98 miliar. *
Komentar