Staf Perkimta Kota Denpasar Meninggal Tusuk Diri
Keluarga Ikhlas, Rekan Korban akan Urunan Suka Duka
MANGUPURA, NusaBali
Kepergian pegawai honorer
Dinas Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Kota Denpasar, I Wayan
Sardiasa,53, yang meninggal bersimbah darah di rumahnya di Banjar
Pekadelan, Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Badung, Sabtu (17/9)
menggegerkan masyarakat setempat
MANGUPURA, NusaBali
Kepergian pegawai honorer Dinas Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Kota Denpasar, I Wayan Sardiasa,53, yang meninggal bersimbah darah di rumahnya di Banjar Pekadelan, Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Badung, Sabtu (17/9) menggegerkan masyarakat setempat. Pasalnya, Sardiasa diduga nekat mengakhiri hidupnya dengan menusuk lehernya sendiri. Sehari pasca peristiwa tersebut, keluarga khususnya sang istri, Ni Wayan Ratmini,50, mengaku mengikhlaskan kepergian suaminya.
Ditemui di rumah duka, Minggu (18/9) terlihat beberapa pelayat dari warga sekitar yang tengah diterima pihak keluarga. Tak banyak yang bisa diceritakan oleh Ratmini. Dia mengaku sudah ikhlas dengan kepergian suaminya.
Ratmini mengungkapkan, suaminya belakangan sebelum peristiwa naas itu terjadi memang sedikit uring-uringan. Hanya saja, soal keterangan Ratmini sebelumnya bahwa kuat dugaan korban bunuh diri lantaran dipicu masalah keuangan, Ratmini enggan membahasnya lagi. "Mungkin informasinya sudah cukup (tidak lagi bahas masalah keuangan, Red). Yang jelas, saya sudah mengikhlaskan apa yang sudah terjadi," ungkapnya.
Ratmini melanjutkan, setelah peristiwa tragis itu, pihak keluarga langsung meluasang atau bertanya kepada orang pintar. Disebutkan, bahwa korban memang takdirnya tak lama hidup di dunia. "Dia (arwah korban) bilang kalau memang segitu saja usianya di dunia. Saat kejadian, katanya pikirannya benar-benar kosong. Sehingga tak sadar dengan apa yang dilakukan. Apapun itu, bagi saya mengikhlaskan adalah jalan terbaik. Saya hanya berharap dia dapat tempat yang baik di sana," kata Ratmini.
Disinggung mengenai rencana upacara terakhir untuk suaminya, Ratmini mengaku masih belum ditentukan waktu dan tempat pelaksanaannya. Terlebih lagi, saat meluasang itu, korban meminta untuk dimakamkan saja. "Awalnya kami berencana untuk dikremasi. Tapi ada permintaan dari dia agar dikubur saja. Inilah yang nanti kita akan rembugkan bersama keluarga," tutur wanita yang sehari-harinya kerja serabutan.
Sementara itu, ditanya soal adakah yang memberikan santunan, Ratmini mengaku tidak mengetahui secara pasti. Tapi dia mendengar, dari kantor suaminya bekerja akan memberikan santunan. Sedangkan dari Pemkab Badung, dia juga masih belum mendapat informasi apapun. "Saya tidak tahu pastinya. Apakah beneran dikasih atau tidak. Tapi yang saya dengar, katanya itu (santunan) untuk anak saya," pungkasnya, sembari menyebut dirinya hanya memiliki anak tunggal.
Dikonfirmasi terpisah, Kadis Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Badung, AA Ngurah Arimbawa mengatakan untuk program santunan kematian di Gumi Keris buat sementara masih ditiadakan karena situasi Covid-19. Sehingga untuk kasus kematian Sardiasa, saat ini tidak bisa mendapatkan santunan kematian. "Mohon maaf, semenjak Covid-19, santunan kematian ditiadakan. Sampai saat ini belum ada pembahasan lebih lanjut tentang hal tersebut," kata Ngurah Arimbawa via Whatsapp.
Terpisah Kabid Pertamanan Perkimta Kota Denpasar, Ida Ayu Widhiyanasari mengatakan terkait meninggalnya staf karena bunuh diri tersebut karena sudah tercover BPJS Ketenagakerjaan pihak keluarga sudah mendapatkan santunan dari sana. Khusus dari Perkimta, pihaknya hanya memberikan urunan suka duka.
Ditambah dengan biaya sekolah yang ditunggak akan dibayarkan langsung oleh dirinya secara pribadi. Sebab biaya yang ditunggak di sekolah anaknya sebesar Rp 600.000 selama 4 bulan. Dia mengatakan akan melayat ke rumah duka, Senin (19/9) hari ini.
"Kami tidak ada santunan khusus karena sudah tercover BPJS Ketenagakerjaan. Tetapi kami tetap ada suka duka dari teman-temen dari saya sendiri juga. Kalau untuk sekolah anaknya ternyata sudah nunggak 4 bulan sebesar Rp 600.000 saya akan berikan secara pribadi untuk dilunasi," jelasnya.
Widhiyanasari menambahkan, dari informasi pegawainya Sardiasa memang sempat terlihat bengong-bengong sejak 2 bulan lalu. Tetapi dia tidak mau cerita apa permasalahannya. "Sempat temannya yang melihat sering bengong sejak 2 bulan lalu. Kalau ngomong ada masalah kami pasti bantu karena semua di kantor kami itu terbuka saling bantu," ujarnya. Sebelumnya diberitakan salah seorang pegawai honorer yang bekerja di Dinas Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Kota Denpasar, I Wayan Sardiasa, 53, ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamar tidur di rumahnya di Jalan Campuna I, Gang Sandat IV, Banjar Pekadelan, Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Badung, Sabtu (17/9) sekitar pukul 08.00 Wita. Korban mengakhiri hidupnya dengan cara menusuk lehernya sendiri menggunakan pisau pemutik. *ind, mis
Ditemui di rumah duka, Minggu (18/9) terlihat beberapa pelayat dari warga sekitar yang tengah diterima pihak keluarga. Tak banyak yang bisa diceritakan oleh Ratmini. Dia mengaku sudah ikhlas dengan kepergian suaminya.
Ratmini mengungkapkan, suaminya belakangan sebelum peristiwa naas itu terjadi memang sedikit uring-uringan. Hanya saja, soal keterangan Ratmini sebelumnya bahwa kuat dugaan korban bunuh diri lantaran dipicu masalah keuangan, Ratmini enggan membahasnya lagi. "Mungkin informasinya sudah cukup (tidak lagi bahas masalah keuangan, Red). Yang jelas, saya sudah mengikhlaskan apa yang sudah terjadi," ungkapnya.
Ratmini melanjutkan, setelah peristiwa tragis itu, pihak keluarga langsung meluasang atau bertanya kepada orang pintar. Disebutkan, bahwa korban memang takdirnya tak lama hidup di dunia. "Dia (arwah korban) bilang kalau memang segitu saja usianya di dunia. Saat kejadian, katanya pikirannya benar-benar kosong. Sehingga tak sadar dengan apa yang dilakukan. Apapun itu, bagi saya mengikhlaskan adalah jalan terbaik. Saya hanya berharap dia dapat tempat yang baik di sana," kata Ratmini.
Disinggung mengenai rencana upacara terakhir untuk suaminya, Ratmini mengaku masih belum ditentukan waktu dan tempat pelaksanaannya. Terlebih lagi, saat meluasang itu, korban meminta untuk dimakamkan saja. "Awalnya kami berencana untuk dikremasi. Tapi ada permintaan dari dia agar dikubur saja. Inilah yang nanti kita akan rembugkan bersama keluarga," tutur wanita yang sehari-harinya kerja serabutan.
Sementara itu, ditanya soal adakah yang memberikan santunan, Ratmini mengaku tidak mengetahui secara pasti. Tapi dia mendengar, dari kantor suaminya bekerja akan memberikan santunan. Sedangkan dari Pemkab Badung, dia juga masih belum mendapat informasi apapun. "Saya tidak tahu pastinya. Apakah beneran dikasih atau tidak. Tapi yang saya dengar, katanya itu (santunan) untuk anak saya," pungkasnya, sembari menyebut dirinya hanya memiliki anak tunggal.
Dikonfirmasi terpisah, Kadis Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Badung, AA Ngurah Arimbawa mengatakan untuk program santunan kematian di Gumi Keris buat sementara masih ditiadakan karena situasi Covid-19. Sehingga untuk kasus kematian Sardiasa, saat ini tidak bisa mendapatkan santunan kematian. "Mohon maaf, semenjak Covid-19, santunan kematian ditiadakan. Sampai saat ini belum ada pembahasan lebih lanjut tentang hal tersebut," kata Ngurah Arimbawa via Whatsapp.
Terpisah Kabid Pertamanan Perkimta Kota Denpasar, Ida Ayu Widhiyanasari mengatakan terkait meninggalnya staf karena bunuh diri tersebut karena sudah tercover BPJS Ketenagakerjaan pihak keluarga sudah mendapatkan santunan dari sana. Khusus dari Perkimta, pihaknya hanya memberikan urunan suka duka.
Ditambah dengan biaya sekolah yang ditunggak akan dibayarkan langsung oleh dirinya secara pribadi. Sebab biaya yang ditunggak di sekolah anaknya sebesar Rp 600.000 selama 4 bulan. Dia mengatakan akan melayat ke rumah duka, Senin (19/9) hari ini.
"Kami tidak ada santunan khusus karena sudah tercover BPJS Ketenagakerjaan. Tetapi kami tetap ada suka duka dari teman-temen dari saya sendiri juga. Kalau untuk sekolah anaknya ternyata sudah nunggak 4 bulan sebesar Rp 600.000 saya akan berikan secara pribadi untuk dilunasi," jelasnya.
Widhiyanasari menambahkan, dari informasi pegawainya Sardiasa memang sempat terlihat bengong-bengong sejak 2 bulan lalu. Tetapi dia tidak mau cerita apa permasalahannya. "Sempat temannya yang melihat sering bengong sejak 2 bulan lalu. Kalau ngomong ada masalah kami pasti bantu karena semua di kantor kami itu terbuka saling bantu," ujarnya. Sebelumnya diberitakan salah seorang pegawai honorer yang bekerja di Dinas Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Kota Denpasar, I Wayan Sardiasa, 53, ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamar tidur di rumahnya di Jalan Campuna I, Gang Sandat IV, Banjar Pekadelan, Desa Sibanggede, Kecamatan Abiansemal, Badung, Sabtu (17/9) sekitar pukul 08.00 Wita. Korban mengakhiri hidupnya dengan cara menusuk lehernya sendiri menggunakan pisau pemutik. *ind, mis
Komentar