Saluran Irigasi Induk Subak di Saba Bocor
GIANYAR, NusaBali
Saluran irigasi induk yang mengaliri Subak Pinda dan Subak Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, mengalami kebocoran.
Kondisi ini pun telah berlangsung lama.
Hal ini terungkap dalam sangkep (rapat) yang dilaksanakan oleh krama Subak Pinda, Minggu (18/9). Ratusan krama subak terdampak akibat kebocoran tersebut. Mengingat kondisi geografis lahan pertanian mereka berada dihilir. Sehingga dalam pembagian air tidak maksimal.
Upaya dari pekaseh subak telah dilakukan seperti pengajuan proposal. Namun hingga kini belum mendapat tanggapan. "Sudah melakukan pengajuan proposal perbaikan namun belum ada tanggapan," ujar Pekaseh Subak Pinda I Wayan Kenik, di hadapan krama subak.
Menurut Wayan Kenik, kondisi kebocoran ini sudah cukup lama. Akibat banyaknya kepiting yang melobangi saluran. Padahal kebocoran tersebut sudah pernah ditangani krama subak. "Sudah diperbaiki oleh subak, tapi bocor lagi, perlu bahan lebih untuk penguatan," ujarnya.
Akibat kebocoran tersebut, air yang harusnya mengalir ke Subak Pinda dan Banda malah jatuh ke subak lain. Seberapa besar pun air yang mengalir, sampai dihilir akan sangat kecil. "Ini keluhan krama subak sudah sejak lama," ujarnya.
Sejatinya, kata Wayan Kenik, untuk perbaikan tersebut tidak begitu rumit. Hanya saja memerlukan lansiran atau membawa bahan meterial tersebut cukup jauh. "Sampai saat ini belum ada kekeringan. Dampaknya saat masa tanam dan pembagian air menjadi lama karena aliran air kecil, banyak terbuang di tembuku induk di hulu," terangnya.
Dia berharap pemerintah bisa ikut menangani hal terebut. Sebab subak tanpa air tidak ada artinya. "Profesor pun diminta membantu tidak akan berhasil kalau tanpa air," ujarnya.
Dalam sekupan yang lebih besar, bahkan pihaknya bersama 19 pekaseh harus urunan dari kantong pribadi dalam memperbaiki aungan yang lokasinya di Bangunliman. Jika itu tidak ditangani, aliran air akan semakin kecil. "Kalau subak mengeluh saya harus berbuat," ujarnya.*nvi
Upaya dari pekaseh subak telah dilakukan seperti pengajuan proposal. Namun hingga kini belum mendapat tanggapan. "Sudah melakukan pengajuan proposal perbaikan namun belum ada tanggapan," ujar Pekaseh Subak Pinda I Wayan Kenik, di hadapan krama subak.
Menurut Wayan Kenik, kondisi kebocoran ini sudah cukup lama. Akibat banyaknya kepiting yang melobangi saluran. Padahal kebocoran tersebut sudah pernah ditangani krama subak. "Sudah diperbaiki oleh subak, tapi bocor lagi, perlu bahan lebih untuk penguatan," ujarnya.
Akibat kebocoran tersebut, air yang harusnya mengalir ke Subak Pinda dan Banda malah jatuh ke subak lain. Seberapa besar pun air yang mengalir, sampai dihilir akan sangat kecil. "Ini keluhan krama subak sudah sejak lama," ujarnya.
Sejatinya, kata Wayan Kenik, untuk perbaikan tersebut tidak begitu rumit. Hanya saja memerlukan lansiran atau membawa bahan meterial tersebut cukup jauh. "Sampai saat ini belum ada kekeringan. Dampaknya saat masa tanam dan pembagian air menjadi lama karena aliran air kecil, banyak terbuang di tembuku induk di hulu," terangnya.
Dia berharap pemerintah bisa ikut menangani hal terebut. Sebab subak tanpa air tidak ada artinya. "Profesor pun diminta membantu tidak akan berhasil kalau tanpa air," ujarnya.
Dalam sekupan yang lebih besar, bahkan pihaknya bersama 19 pekaseh harus urunan dari kantong pribadi dalam memperbaiki aungan yang lokasinya di Bangunliman. Jika itu tidak ditangani, aliran air akan semakin kecil. "Kalau subak mengeluh saya harus berbuat," ujarnya.*nvi
Komentar