Perintis Drama Gong, AA Gde Payadnya Berpulang
Saat Pelebon akan Diiringi Seniman Mapayas Drama Gong
GIANYAR, NusaBali
Panglingsir Puri Ageng Abianbase yang tokoh perintis kesenian Drama Gong di Bali, Anak Agung Gede Payadnya,78, berpulang.
Pemeran Raja Muda ini menghembuskan napas terakhirnya pada, Kamis (22/9) pukul 11.45 Wita dalam perawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar. Ditemui di rumah duka adik almarhum, Anak Agung Gede Rai Sudadnya,73, mengungkapkan mendiang kakaknya ini diupacarai Makingsan ring Gni di Setra Adat Abianbase pada Sukra Pahing Ugu, Jumat (23/9) sore. Makingsan ring Gni dilakukan karena ada beberapa halangan sesuai dresta adat setempat.
"Ada semeton sedang melangsungkan pawiwahan, sehingga harus cari waktu yang tercepat. Tapi tidak bisa langsung palebon, karena belum lewat 3 hari ada yang ngaben. Sesuai dresta di sini, tidak boleh berturut-turut. Jadi nanti akan dicarikan dewasa ayu terdekat untuk palebon," jelasnya.
Saking terkesannya para pelaku seni dengan sosok Agung Payadnya, mereka berniat mempersembahkan kesenian saat palebon. Termasuk dari Gerakan Pramuka, akan melangsungkan suatu prosesi mengenang kiprah Agung Payadnya selaku Pandu Pembina Pramuka. "Mereka minta waktu saat palebon nanti untuk memberikan persembahan terakhir. Rencananya sejumlah seniman akan ngiring Ida ke setra dengan mapayas drama," ungkap Agung Rai Sudadnya.
Terkait meninggalnya Agung Payadnya, selain karena faktor usia, mendiang diketahui telah sakit sejak 2 tahun terakhir. "Sebelum pandemi sudah sakit tapi masih bisa beraktivitas. Mulai tidak bisa jalan sejak 6 bulan lalu. Kakinya terasa berat. Sudah berusaha berobat sana sini," jelas mantan Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Klungkung ini. Sakit lain yang diderita, yakni adanya bisul di sekitar pantat yang sudah diambil tindakan operasi beberapa kali.
"Lama sakit, beliau juga pikun sehingga ada dugaan kelainan saraf," jelasnya. Sekitar dua pekan lalu, Anak Agung Payadnya diajak periksa ke Dokter Spesialis Saraf RSU Kasih Ibu Saba. Namun diagnosa dokter berbeda. "Diperkirakan ada infeksi paru. Setelah cek darah, katanya terlalu banyak bakteri. Sehingga dibawa ke UGD RSUD Sanjiwani untuk penyembuhan," jelasnya. Tokoh legendaris yang dikenal sangat ramah, mengayomi dan jadi panutan banyak orang ini mulai dirawat, Kamis (15/9) lalu.
Saat penyembuhan itulah kondisi Anak Agung Payadnya semakin drop. Hingga akhirnya setelah sepekan dirawat, pemeran Jayaprana ini meninggal dunia pada, Kamis (22/9) pukul 11.45 Wita. Semasa hidup, suami dari Anak Agung Rai Candra dan Anak Agung Raka Sasih ini dikenal sebagai sosok pencetus kesenian drama klasik yang populer dengan nama Drama Gong Wijaya Kesuma era tahun 1966. Kiprah ayah dari Anak Agung Eka Ratna Dewi, Anak Agung Mas Dharma Wati, Anak Agung Sri Gamatri dan Anak Agung Gede Yoga Kusuma ini pun semakin eksis di era tahun 1980-an bersama Bintang Bali Timur.
"Pentasnya sudah ke mana-mana. Peran beliau juga cukup aktif sebagai pembina seni di Gianyar," jelasnya. Sayangnya estafet kesenian Drama Gong harus terputus. Keempat putra putri mendiang mengikuti jalur berkesenian namun tak seaktif Agung Payadnya. "Tiga anak perempuan Ida bisa menari, satu laki-laki megambel. Tapi yang memang meneruskan di dunia Drama Gong memang tidak ada," jelas Agung Sudadnya. *nvi
Komentar