Seririt Antisipasi Bencana Alam
Dibayangi ancaman gempa bumi dan tsunami, simulasi tanggap bencana dilakukan di Seririt agar meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga meminimalisir korban.
SINGARAJA, NusaBali
Tim gabungan yang dikomandoi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng yang mengandeng sejumlah instansi terkait seperti PMI, TNI/Polri, Dinas Kebakaran, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan masyarakat, Rabu (26/4) melakukan simulasi penanganan bencana gempa bumi dan tsunami di Lapangan Seririt.
Buleleng dengan letak topografinya dinyatakan sebagai daerah rawan bencana termasuk bencana gempa dan tsunami yang sempat meluluhlantakkan Buleleng sebanyak dua kali di masa silam. Dengan kenangan bencana yang terjadi di masa lampau, simulasi bencana kali ini pun diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tanggap bencana, sehingga dapat meminimalisir korban jiwa.
Seluruh kegiatan simulasi dimulai pada pukul 10.00 Wita setelah sirine alat pendeteksi tsunami dini atau Tsunami Early Warning System (TEWS), di lapangan Seririt berbunyi. Seluruh tim yang hadir dalam simulasi tersebut pun menjalankan tugasnya masing-masing. termasuk adegan penyelamatan diri masyarakat setempat yang diperankna oleh siswa. Diakhir simulasi juga terlihat penanganan korban bencana yang ditangani oleh PMI.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Made Subur yang ditemui di sela-sela simulasi mengatakan bahwa simulasi penaganan bencana yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia itu dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tanggap terhadap bencana. Ia pun menjelaskan Buleleng khususnya daerah Seririt merupakan daerah dengan potensi gempa bumi dan tsunami di Buleleng. Karena sebagian wilayahnya berada di atas lempeng bumi yang dapat bergeser kapan saja.
Ketragisan bencana yang pernah terjadi di Seririt diungkapkan Subur juga menyisakan masa lalu yang kelam. Yakni bencana gempa yang diikuti dengan tsunami pernah meluluh lantakkan Buleleng dua kali. Seperti pada tahun 1815, tercatat ada 10.532 korban jiwa yang disusul dengan bencana yang sama pada tahun 1976 dengan 500 orang lebih korban jiwa, termasuk kerugian ekonomi da lingkungan.
“Belajar dari sejarah itu, masyarakat saat ini harus lebih cerdas, terutama dalam menyelamatkan diri saat terjadi bencana. Apalagi saat ini sudah dipasang alat pendeteksi dini tsunami yang diharapkan dapat meminimalisir korban jiwa,” ujar dia.
Pihaknya pun mengatakan sejauh ini BPBD Buleleng dalam mengantisipasi bencana juga telah memasang sejumlah rambu evakuasi dan jalur evakuasi. Dalam kesempatan itu ia juga mengumumkan kepada masyarakat empat titik berkumpul seperti SDN 1 Bubunan, Kantor Perbekel Bubunan, Lapangan Seririt serta Pura Gede Pengastulan, sebagai tempat berkumpul jika suatu saat terjadi bencana.
Sementara itu Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra, yang juga hadir dalam simulasi tersebut mengatakan bahwa Buleleng sebagai daerah rawan bencana dengan topografinya juga memungkinkan terjadi sejumlah bencana. Seperti longsor, banjir bandang dan puting beliung yang pada Januari hingga Maret lalu sempat meluluh lantakkan sejumlah wilayah di Buleleng.
Dengan kondisi alam tersebut pihaknya pun berharap masyarakat tetap waspada, dan ikut berpastisipasi dalam deteksi dini dan pencegahan untuk meminimalisai bencana alam. Seperti tidak membuang sampah sembarangan dan alih fungsi lahan. “Bencana itu terjadi karena alam dan ulah manusia. Karenanya tidak hanya pemerintah yang harus melakukan pencegahan bencana tetapi juga wajib didukung oleh masyarakat,” kata dia.
Pihaknya pun mengaku sejauh ini sudah menentukan sejumlah titik rawan bencana yang meliputi Kecamatan Sawan, Kubutambahan dna Sukasada, sesuai dengan sejarah bencana yang terjadi. Sutjidra pun menyebut bencana yang menerjang Buleleng awal tahun lalu merupakan bencana yang mengakibatkan kerugian material terbesar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 2017, Buleleng harus menangani perbaikan kerusakan infrastruktur sebesar Rp 11 miliar yang diakibatkan karena bencana, baik banjir bandang, tanah longsor dan angin putting beliung. *k23
Buleleng dengan letak topografinya dinyatakan sebagai daerah rawan bencana termasuk bencana gempa dan tsunami yang sempat meluluhlantakkan Buleleng sebanyak dua kali di masa silam. Dengan kenangan bencana yang terjadi di masa lampau, simulasi bencana kali ini pun diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tanggap bencana, sehingga dapat meminimalisir korban jiwa.
Seluruh kegiatan simulasi dimulai pada pukul 10.00 Wita setelah sirine alat pendeteksi tsunami dini atau Tsunami Early Warning System (TEWS), di lapangan Seririt berbunyi. Seluruh tim yang hadir dalam simulasi tersebut pun menjalankan tugasnya masing-masing. termasuk adegan penyelamatan diri masyarakat setempat yang diperankna oleh siswa. Diakhir simulasi juga terlihat penanganan korban bencana yang ditangani oleh PMI.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Made Subur yang ditemui di sela-sela simulasi mengatakan bahwa simulasi penaganan bencana yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia itu dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tanggap terhadap bencana. Ia pun menjelaskan Buleleng khususnya daerah Seririt merupakan daerah dengan potensi gempa bumi dan tsunami di Buleleng. Karena sebagian wilayahnya berada di atas lempeng bumi yang dapat bergeser kapan saja.
Ketragisan bencana yang pernah terjadi di Seririt diungkapkan Subur juga menyisakan masa lalu yang kelam. Yakni bencana gempa yang diikuti dengan tsunami pernah meluluh lantakkan Buleleng dua kali. Seperti pada tahun 1815, tercatat ada 10.532 korban jiwa yang disusul dengan bencana yang sama pada tahun 1976 dengan 500 orang lebih korban jiwa, termasuk kerugian ekonomi da lingkungan.
“Belajar dari sejarah itu, masyarakat saat ini harus lebih cerdas, terutama dalam menyelamatkan diri saat terjadi bencana. Apalagi saat ini sudah dipasang alat pendeteksi dini tsunami yang diharapkan dapat meminimalisir korban jiwa,” ujar dia.
Pihaknya pun mengatakan sejauh ini BPBD Buleleng dalam mengantisipasi bencana juga telah memasang sejumlah rambu evakuasi dan jalur evakuasi. Dalam kesempatan itu ia juga mengumumkan kepada masyarakat empat titik berkumpul seperti SDN 1 Bubunan, Kantor Perbekel Bubunan, Lapangan Seririt serta Pura Gede Pengastulan, sebagai tempat berkumpul jika suatu saat terjadi bencana.
Sementara itu Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra, yang juga hadir dalam simulasi tersebut mengatakan bahwa Buleleng sebagai daerah rawan bencana dengan topografinya juga memungkinkan terjadi sejumlah bencana. Seperti longsor, banjir bandang dan puting beliung yang pada Januari hingga Maret lalu sempat meluluh lantakkan sejumlah wilayah di Buleleng.
Dengan kondisi alam tersebut pihaknya pun berharap masyarakat tetap waspada, dan ikut berpastisipasi dalam deteksi dini dan pencegahan untuk meminimalisai bencana alam. Seperti tidak membuang sampah sembarangan dan alih fungsi lahan. “Bencana itu terjadi karena alam dan ulah manusia. Karenanya tidak hanya pemerintah yang harus melakukan pencegahan bencana tetapi juga wajib didukung oleh masyarakat,” kata dia.
Pihaknya pun mengaku sejauh ini sudah menentukan sejumlah titik rawan bencana yang meliputi Kecamatan Sawan, Kubutambahan dna Sukasada, sesuai dengan sejarah bencana yang terjadi. Sutjidra pun menyebut bencana yang menerjang Buleleng awal tahun lalu merupakan bencana yang mengakibatkan kerugian material terbesar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 2017, Buleleng harus menangani perbaikan kerusakan infrastruktur sebesar Rp 11 miliar yang diakibatkan karena bencana, baik banjir bandang, tanah longsor dan angin putting beliung. *k23
Komentar