Anjing yang Gigit 8 Warga di Selat, Bangli Positif Rabies
Diskes Bali: Tahun Ini Rabies Renggut 12 Korban Jiwa
BANGLI, NusaBali
Delapan orang warga Banjar Selat Tengah, Desa Selat, Kecamatan Susut, Bangli menjadi korban gigitan anjing liar.
Anjing yang telah menggigit warga tersebut telah dieliminasi dan dilakukan uji lab. Hasil uji lab menunjukkan jika anjing tersebut positif rabies. Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bangli, I Nyoman Sudarma saat dikonfirmasi mengatakan petugas sebelumnya sudah mengambil sampel untuk diuji di Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar. Hasil uji sudah keluar dan dinyatakan anjing yang menggigit warga positif rabies. "Hasil uji keluar kemarin (Senin) sore, yang mana hasilnya positif," ungkap Sudarma, Selasa (27/9).
Pihaknya memastikan warga yang menjadi korban gigitan anjing tersebut sudah mendapat penanganan. Pasca digigit warga sudah mendapatkan vaksinasi anti rabies (VAR). Pihaknya meminta warga tidak khawatir dan mengikuti jadwal pemberian VAR selanjutnya. "Pemberian VAR sebanyak empat vial. Pemberian pertama dua vial, kemudian dilanjutkan dengan VAR kedua dan ketiga," jelasnya.
VAR kedua diberikan pada hari ke-7 dan VAR ketiga diberikan pada hari ke-21. Nyoman Sudarma mengimbau masyarakat yang memelihara anjing agar tidak melepasliarkan anjing tersebut. Anjing-anjing tersebut agar dipelihara dengan baik serta diberikan vaksin. "Anjing agar dikandangkan, jangan dilepasliarkan meski anjing sudah divaksin," ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Made Alit Parwata mengatakan pelaksanaan vaksinasi rabies terus berlanjut. Memang pelaksanaan difokuskan vaksinasi rabies difokuskan pada daerah yang masuk zona merah. Meski begitu, ketika ada kasus gigitan anjing yang dilaporkan maka akan ditindaklanjuti oleh petugas. "Jika ada temuan kasus, maka kami segera lakukan vaksinasi di wilayah tersebut," sebutnya.
Lonjakan kasus kematian akibat rabies melonjak sepanjang tahun 2022 ini. Ada 12 orang dilaporkan meninggal akibat virus yang menyerang sistem saraf manusia tersebut. Jika dibandingkan laporan tahun lalu dengan korban meninggal sebanyak 1 orang, jumlah tahun ini jauh meningkat.
Sementara data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Bali merinci 2 kematian terjadi berturut-turut pada bulan Februari hingga bulan Mei. Kemudian bulan Juni melonjak 3 orang dan bulan Juli dilaporkan 1 orang meninggal akibat virus rabies. Setelahnya kematian akibat rabies dilaporkan nihil.
Dua kabupaten jadi 'zona merah' rabies, yakni Buleleng dan Jembrana. Sepanjang 2022, 6 kematian akibat rabies dilaporkan di Kabupaten Buleleng dan 4 kematian di Kabupaten Jembrana. Sisanya masing-masing 1 orang dilaporkan di Kabupaten Bangli dan Karangasem
"Itu sudah beberapa bulan yang lalu. Setelah Juli tidak ada kematian lagi, walaupun masih ada gigitan anjing di kabupaten/kota," jelas Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali Dr dr I Nyoman Gede Anom MKes, kepada NusaBali, Selasa kemarin. Jumlah gigitan oleh anjing sebagai hewan pembawa rabies (HPR) memang masih cukup banyak dilaporkan di Bali. Sepanjang tahun ini hingga Agustus total sebanyak 24.490 kasus gigitan anjing yang merupakan HPR utama sejauh ini. Kabupaten Buleleng, Jembrana, Badung, dan Karangasem, menjadi empat besar kabupaten dengan kasus gigitan anjing terbanyak.
"Saat ini sudah aman karena vaksin VAR (vaksin anti rabies) sudah tersedia banyak," ujar dr Anom. Diskes Bali sendiri saat ini menyimpan VAR sebanyak 6.050 dosis di samping stok SAR (Serum Anti Rabies) sebanyak 65 dosis. Jumlah ini belum termasuk penyimpanan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Bali. Diketahui untuk setiap kali mengakses VAR, setiap orang akan mendapatkan empat kali suntikan/dosis dalam selang beberapa hari.
Terpisah, praktisi hewan kecil di Denpasar, drh Soeharsono DTVS PhD, melihat lonjakan kasus kematian akibat rabies tahun ini disebabkan vaksinasi HPR anjing yang tidak berjalan optimal selama pandemi. "Dampaknya baru kelihatan sekarang, selama pandemi pemberian vaksin (kepada HPR anjing) tidak bisa maksimal," ujar drh Soeharsono. *esa,cr78
1
Komentar