KRI Ki Hajar Dewantara Milik TNI Angkatan Laut Akan Ditenggelamkan di Laut Buleleng
Dirancang Jadi Destinasi Wisata Bahari Baru di Bali Utara
Bali Tourism Board (BTB) juga berencana akan membangun museum kapal yang dapat menjadi sumber informasi sejarah menarik untuk disampaikan kepada wisatawan.
SINGARAJA, NusaBali
Kapal Republik Indonesia (KRI) Ki Hajar Dewantara milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) akan ditenggelamkan di laut Buleleng. Kapal perang bersejarah yang sejak tahun 2017 tidak lagi beroperasi akan dirancang menjadi destinasi wisata bawah laut baru di Bali Utara. KRI Ki Hajar Dewantara saat ini masih berada di Komando Armada II TNI Angkatan Laut di Surabaya, Jawa Timur.
Pemkab Buleleng bersama Pemprov Bali dan Bali Tourism Board (BTB) sedang mematangkan rencana penenggelaman kapal dengan berat 1,85 ton ini, Selasa (27/9). Di ruang rapat Lobby Kantor Bupati Buleleng, tripartit kini sedang mengurus permohonan hibah kapal kepada Kementerian maupun Kepala Staf TNI AL.
Penjabat Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana usai rapat menjelaskan rapat mengundang seluruh pihak yang akan terlibat. Dia menyebut sisi aspek teknis penenggelaman sudah disepakati. Kapal perang bersejarah itu sudah diputuskan akan ditenggelamkan di perairan Buleleng tepat di sebelah utara Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
“Nanti akan dikelola secara tripartit. Karena perairan kewenangan provinsi, kapal nanti dihibahkan jadi milik Pemkab Buleleng dan pengelolaannya nanti dari BTB. Tripartit ini nanti menjadi pijakan pengelolaan destinasi baru di Bali Utara,” ucap Lihadnyana.
Menurutnya, perairan Pacung dipilih dari dua lokasi alternatif yang ditawarkan selain di perairan utara Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Perairan Pacung dipilih atas rekomendasi Balai Pengelola Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL). Pertimbangannya selain menyiapkan perairan yang representatif, juga harus menyatu dengan daratan. Sebab dalam pengelolaan ke depan, di darat juga akan dibangun sarana prasarana penunjang, berupa museum.
“Lahan di darat harus terhubung langsung dengan perairan lokasi penenggelaman. Lahan di darat harus milik desa adat atau pemerintah,” imbuh penjabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Saat ini Pemkab Buleleng sedang mengejar proses Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tripartit dan permohonan hibah kapal. Seluruh proses administrasi ini ditargetkan tuntas minggu depan. Setelah itu BTB yang akan memfasilitasi biaya restorasi, pengangkutan kapal hingga penenggelaman akan berproses.
Selain sebagai destinasi baru di Bali Utara, wisata bawah laut ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi ke Pemkab Buleleng dan Pemprov Bali. “Harapan dengan adanya destinasi baru ini ada keseimbangan pengembangan pariwisata di Bali Selatan dengan Utara. Karena kapal ini satu-satunya tentu akan menjadi unik. Kontribusi yang kami harapkan pekerjanya ya dari Buleleng,” tegas Lihadnyana yang juga masih menjabat Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Bali ini.
Sementara itu Wakil Sekretaris BTB, Fredy optimis KRI Ki Hajar Dewantara yang akan ditenggelamkan di kedalaman 20-40 meter di bawah laut menjadi destinasi wisata bahari terbaik di Bali. Dalam proyek pengembangan destinasi baru ini disebutnya akan melibatkan masyarakat untuk bersama menjaga tempat dan daya dukung lingkungan sekitarnya. “Proyek ini tidak hanya penenggelaman kapal, ada ekosistem dari sisi penginapan, tempat makan, dan wisata bahari lainnya yang akan melibatkan masyarakat,” jelas Fredy.
BTB juga berencana akan membangun museum kapal yang dapat menjadi sumber informasi sejarah menarik untuk disampaikan kepada wisatawan. Salah satu sasaran pasarnya, yakni wisatawan Eropa dan Asia. “Gol kami hanya memastikan Bali Utara bagian timur harus punya ikon wisata. Ini sedang berproses, harapannya akhir tahun sudah bisa mulai berproses pembersihan kapal dan penenggelamannya,” kata Fredy. *k23
Pemkab Buleleng bersama Pemprov Bali dan Bali Tourism Board (BTB) sedang mematangkan rencana penenggelaman kapal dengan berat 1,85 ton ini, Selasa (27/9). Di ruang rapat Lobby Kantor Bupati Buleleng, tripartit kini sedang mengurus permohonan hibah kapal kepada Kementerian maupun Kepala Staf TNI AL.
Penjabat Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana usai rapat menjelaskan rapat mengundang seluruh pihak yang akan terlibat. Dia menyebut sisi aspek teknis penenggelaman sudah disepakati. Kapal perang bersejarah itu sudah diputuskan akan ditenggelamkan di perairan Buleleng tepat di sebelah utara Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
“Nanti akan dikelola secara tripartit. Karena perairan kewenangan provinsi, kapal nanti dihibahkan jadi milik Pemkab Buleleng dan pengelolaannya nanti dari BTB. Tripartit ini nanti menjadi pijakan pengelolaan destinasi baru di Bali Utara,” ucap Lihadnyana.
Menurutnya, perairan Pacung dipilih dari dua lokasi alternatif yang ditawarkan selain di perairan utara Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Perairan Pacung dipilih atas rekomendasi Balai Pengelola Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL). Pertimbangannya selain menyiapkan perairan yang representatif, juga harus menyatu dengan daratan. Sebab dalam pengelolaan ke depan, di darat juga akan dibangun sarana prasarana penunjang, berupa museum.
“Lahan di darat harus terhubung langsung dengan perairan lokasi penenggelaman. Lahan di darat harus milik desa adat atau pemerintah,” imbuh penjabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Saat ini Pemkab Buleleng sedang mengejar proses Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tripartit dan permohonan hibah kapal. Seluruh proses administrasi ini ditargetkan tuntas minggu depan. Setelah itu BTB yang akan memfasilitasi biaya restorasi, pengangkutan kapal hingga penenggelaman akan berproses.
Selain sebagai destinasi baru di Bali Utara, wisata bawah laut ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi ke Pemkab Buleleng dan Pemprov Bali. “Harapan dengan adanya destinasi baru ini ada keseimbangan pengembangan pariwisata di Bali Selatan dengan Utara. Karena kapal ini satu-satunya tentu akan menjadi unik. Kontribusi yang kami harapkan pekerjanya ya dari Buleleng,” tegas Lihadnyana yang juga masih menjabat Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Bali ini.
Sementara itu Wakil Sekretaris BTB, Fredy optimis KRI Ki Hajar Dewantara yang akan ditenggelamkan di kedalaman 20-40 meter di bawah laut menjadi destinasi wisata bahari terbaik di Bali. Dalam proyek pengembangan destinasi baru ini disebutnya akan melibatkan masyarakat untuk bersama menjaga tempat dan daya dukung lingkungan sekitarnya. “Proyek ini tidak hanya penenggelaman kapal, ada ekosistem dari sisi penginapan, tempat makan, dan wisata bahari lainnya yang akan melibatkan masyarakat,” jelas Fredy.
BTB juga berencana akan membangun museum kapal yang dapat menjadi sumber informasi sejarah menarik untuk disampaikan kepada wisatawan. Salah satu sasaran pasarnya, yakni wisatawan Eropa dan Asia. “Gol kami hanya memastikan Bali Utara bagian timur harus punya ikon wisata. Ini sedang berproses, harapannya akhir tahun sudah bisa mulai berproses pembersihan kapal dan penenggelamannya,” kata Fredy. *k23
Komentar