Badung Bentuk Satgas Penanganan Rabies
Antisipasi Muncul Kasus Rebies Jelang KTT G20
Vaksinasi rabies khusus di Kuta Selatan sudah mencapai 10.000 hingga 13.000 HPR
MANGUPURA, NusaBali
Pencegahan kasus rabies jadi perhatian serius pemerintah Kabupaten Badung jelang KTT G20. Dinas Pertanian dan Pangan bahkan berencana membentuk Satgas Penanganan Rabies, supaya bisa mengambil langkah-langkah taktis mencegah penyebaran kasus rabies di Gumi Keris. “Untuk pencegahan kasus rabies, kami di Badung membentuk Satgas Penanganan Rabies,” kata Wakil Bupati Badung Ketut Suiasa, belum lama ini.
Wabup asal Pecatu Kecamatan Kuta Selatan ini menjelaskan, Satgas Penanganan Rabies dibentuk salah satunya untuk mendata tempat penampungan hewan liar atau telantar (shelter), guna membantu pemerintah menekan penyebaran kasus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, dan monyet. Program ini akan difokuskan di wilayah Kuta Selatan dan objek-objek wisata yang menjadi venue dari perhelatan KTT G20. “Ini demi memudahkan melakukan monitoring terhadap hewan penular rabies (HPR),” kata Wabup Suiasa.
“Kami akan membuatkan schedule untuk melakukan pendataan. Ini akan melibatkan camat dan perangkat desa, khususnya di Kuta Selatan, karena G20 ini juga menjadi perhatian kita. Di Kecamatan Kuta Selatan kami sudah minta mengumpulkan pemelihara dan shelter,” imbuh Wabup Suiasa.
Sementara, Kabid Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Pangan Badung Gede Asrama, Kamis (29/9) mengatakan, terkait upaya yang harus dilakukan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan para delegasi KTT G20, akan meminta bantuan kepada komunitas penyayang binatang untuk memberikan tempat kepada anjing liar di shelter yang dimiliki. “Ini yang kita rapatkan dengan camat dan lurah/perbekel yang ada di Kuta Selatan, sekaligus pengelola tempat wisata yang akan menjadi venue G20,” katanya.
Selain itu, upaya vaksinasi rabies khususnya untuk di Kuta Selatan juga kini capaiannya sekitar 10.000 hingga 13.000 HPR. Kemudian vaksinasi ini akan bergerak terus ke seluruh kecamatan di Gumi Keris.
“Vaksinasi rabies ini akan difokuskan di daerah zona merah rabies. Setelah ada temuan kasus langsung kita lakukan pencegahan dengan vaksinasi rabies. Sekarang hasilnya keluar langsung kita vaksin, sehingga memutus siklus penularan,” jelas Gede Asrama.
Pihaknya mengakui, sempat ditemukan dua kasus gigitan hewan pembawa rabies di Kabupaten Badung. Kedua kasus tersebut berada di Kecamatan Kuta Selatan. Namun kasus ini sudah ditangani dengan cara euthanasia dan vaksinasi. “Dulu ada satu kasus di Desa Kutuh, Januari 2022, kemudian satu kasus Desa Ungasan pada Februari 2022. Tapi langsung kita respon, kita lakukan vaksinasi di seluruh Kuta Selatan, astungkara tidak ada lagi kasus rabies,” ucapnya.
Di sisi lain, Gede Asrama juga mengimbau seluruh masyarakat agar anjing yang sengaja diliarkan untuk sementara ditempatkan di dalam rumah. “Sementara untuk anjing yang ada pemiliknya, namun sengaja diliarkan, kami harapkan agar selama perhelatan G20 dapat dikandangkan atau diikat, ini demi mengantisipasi hal yang tidak diinginkan,” katanya. *ind
Pencegahan kasus rabies jadi perhatian serius pemerintah Kabupaten Badung jelang KTT G20. Dinas Pertanian dan Pangan bahkan berencana membentuk Satgas Penanganan Rabies, supaya bisa mengambil langkah-langkah taktis mencegah penyebaran kasus rabies di Gumi Keris. “Untuk pencegahan kasus rabies, kami di Badung membentuk Satgas Penanganan Rabies,” kata Wakil Bupati Badung Ketut Suiasa, belum lama ini.
Wabup asal Pecatu Kecamatan Kuta Selatan ini menjelaskan, Satgas Penanganan Rabies dibentuk salah satunya untuk mendata tempat penampungan hewan liar atau telantar (shelter), guna membantu pemerintah menekan penyebaran kasus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, dan monyet. Program ini akan difokuskan di wilayah Kuta Selatan dan objek-objek wisata yang menjadi venue dari perhelatan KTT G20. “Ini demi memudahkan melakukan monitoring terhadap hewan penular rabies (HPR),” kata Wabup Suiasa.
“Kami akan membuatkan schedule untuk melakukan pendataan. Ini akan melibatkan camat dan perangkat desa, khususnya di Kuta Selatan, karena G20 ini juga menjadi perhatian kita. Di Kecamatan Kuta Selatan kami sudah minta mengumpulkan pemelihara dan shelter,” imbuh Wabup Suiasa.
Sementara, Kabid Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Pangan Badung Gede Asrama, Kamis (29/9) mengatakan, terkait upaya yang harus dilakukan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan para delegasi KTT G20, akan meminta bantuan kepada komunitas penyayang binatang untuk memberikan tempat kepada anjing liar di shelter yang dimiliki. “Ini yang kita rapatkan dengan camat dan lurah/perbekel yang ada di Kuta Selatan, sekaligus pengelola tempat wisata yang akan menjadi venue G20,” katanya.
Selain itu, upaya vaksinasi rabies khususnya untuk di Kuta Selatan juga kini capaiannya sekitar 10.000 hingga 13.000 HPR. Kemudian vaksinasi ini akan bergerak terus ke seluruh kecamatan di Gumi Keris.
“Vaksinasi rabies ini akan difokuskan di daerah zona merah rabies. Setelah ada temuan kasus langsung kita lakukan pencegahan dengan vaksinasi rabies. Sekarang hasilnya keluar langsung kita vaksin, sehingga memutus siklus penularan,” jelas Gede Asrama.
Pihaknya mengakui, sempat ditemukan dua kasus gigitan hewan pembawa rabies di Kabupaten Badung. Kedua kasus tersebut berada di Kecamatan Kuta Selatan. Namun kasus ini sudah ditangani dengan cara euthanasia dan vaksinasi. “Dulu ada satu kasus di Desa Kutuh, Januari 2022, kemudian satu kasus Desa Ungasan pada Februari 2022. Tapi langsung kita respon, kita lakukan vaksinasi di seluruh Kuta Selatan, astungkara tidak ada lagi kasus rabies,” ucapnya.
Di sisi lain, Gede Asrama juga mengimbau seluruh masyarakat agar anjing yang sengaja diliarkan untuk sementara ditempatkan di dalam rumah. “Sementara untuk anjing yang ada pemiliknya, namun sengaja diliarkan, kami harapkan agar selama perhelatan G20 dapat dikandangkan atau diikat, ini demi mengantisipasi hal yang tidak diinginkan,” katanya. *ind
1
Komentar