Harga Beras Terus Menanjak
Salah satu penyebab, Pemerintah naikkan harga pembelian (HPP) beras untuk stok Bulog
JAKARTA, NusaBali
Harga beras terpantau masih dalam tren naik. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, harga beras Kamis (29/9), naik Rp10 jadi Rp12.580 per kg untuk beras premium dan naik Rp20 jadi Rp11.040 per kg beras medium. Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, tren kenaikan harga beras berlangsung sejak Agustus 2022.
"Sebenarnya kenaikan harga beras sudah mulai Agustus lalu. Memang, nggak biasa, harga sudah naik di bulan Agustus. Ini dipicu kebijakan pemerintah sendiri. Ditambah, ada kondisi teknis di lapangan," kata Sutarto dalam Squawk Box CNBC Indonesia, seperti dilansir CNBCIndonesia.com, Kamis (29/9).
Kebijakan dimaksud, lanjut dia, pencairan bantuan pangan nontunai (BPNT) yang berlangsung serentak dan tidak melalui satu pintu penyaluran. Akibatnya, sulit dikontrol. Kedua, kata dia, pemerintah menaikkan harga pembelian (HPP) beras untuk pengadaan stok Perum Bulog. Akibat kenaikan sekitar Rp500 untuk beras, ujarnya, mendorong kenaikan harga beras di pasar.
"Pada saat bersamaan, sekarang sudah di musim panen kedua, yang biasanya harga memang akan naik secara musiman. Setelah musim panen kedua ini, pasokan akan turun sampai masuk musim panen raya pertama tahun depan," jelasnya.
Karena itu, lanjutnya, pada saat seperti ini, di mana pasokan lebih rendah dari permintaan, pemerintah lewat Bulog harus menggiatkan operasi pasar (OP).
Sutarto menambahkan, akibat kenaikan harga pembelian pemerintah, saat ini terjadi perebutan pasokan beras di lapangan.
"Ini tentu mendorong pembelian beras dengan harga yang lebih mahal. Padahal, seyogianya saat ini adalah pemerintah melepas cadangannya ke pasar. Untuk menutupi kekurangan di lapangan dan mencegah kenaikan inflasi," ujarnya.
"Faktor ketiga penyebab kenaikan harga saat ini adalah menyangkut kesiapan pemerintah. Menyangkut faktor teknis di lapangan. Tampaknya, rendemen tahun ini alami sedikit penurunan. Mungkin karena masalah pupuk. Jadi, meski iklim bagus, luas lahan tanam dan panen bertambah, tapi ada masalah pupuk," kata Sutarto.
Di sisi lain, Sutarto menambahkan, jika mengacu stok beras yang ada saat ini, masih dalam status aman hingga memasuki musim panen raya tahun depan.
"Pasokan masih mencukupi, dan kalau melihat data BPS, seharusnya masih surplus. Cuma memang tidak semua daerah di Indonesia bisa memenuhi untuk kebutuhannya sendiri. Karena itu, perlu perbaikan logistik. Untuk mendukung kelancaran pasokan," kata Sutarti.
"Dari hitungan kami, masih ada ketersediaan sekitar 8-9 juta ton, cukup untuk sampai musim panen awal tahun depan. Jadi sebenarnya tidak perlu khawatir," katanya.
Sementara itu, Kabag Humas Bulog Tomi Wijaya mengungkapkan, pihaknya melakukan OP beras sepanjang tahun. "OP sudah dilakukan sepanjang tahun. Cuma, sekarang makin dimasifkan. Sekitar 350 ribu ton, sejak 1 Agustus 2022," kata Tomi kepada CNBC Indonesia, Kamis (29/9/2022).
Sementara itu, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga beras per 1 Agustus 2022 secara rata-rata nasional adalah Rp12.500 per kg premium dan Rp10.400 per kg beras medium. Ada kenaikan Rp200 atau 1,6% untuk beras premium per 28 September 2022, naik Rp300 atau 2,88% untuk beras medium.
Bank Indonesia memprediksi, pada pekan keempat September 2022 terjadi inflasi sekitar 1,10% secara bulanan. Komoditas penyumbang inflasi diantaranya beras dengan 0.02% secara bulanan. *
Harga beras terpantau masih dalam tren naik. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, harga beras Kamis (29/9), naik Rp10 jadi Rp12.580 per kg untuk beras premium dan naik Rp20 jadi Rp11.040 per kg beras medium. Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, tren kenaikan harga beras berlangsung sejak Agustus 2022.
"Sebenarnya kenaikan harga beras sudah mulai Agustus lalu. Memang, nggak biasa, harga sudah naik di bulan Agustus. Ini dipicu kebijakan pemerintah sendiri. Ditambah, ada kondisi teknis di lapangan," kata Sutarto dalam Squawk Box CNBC Indonesia, seperti dilansir CNBCIndonesia.com, Kamis (29/9).
Kebijakan dimaksud, lanjut dia, pencairan bantuan pangan nontunai (BPNT) yang berlangsung serentak dan tidak melalui satu pintu penyaluran. Akibatnya, sulit dikontrol. Kedua, kata dia, pemerintah menaikkan harga pembelian (HPP) beras untuk pengadaan stok Perum Bulog. Akibat kenaikan sekitar Rp500 untuk beras, ujarnya, mendorong kenaikan harga beras di pasar.
"Pada saat bersamaan, sekarang sudah di musim panen kedua, yang biasanya harga memang akan naik secara musiman. Setelah musim panen kedua ini, pasokan akan turun sampai masuk musim panen raya pertama tahun depan," jelasnya.
Karena itu, lanjutnya, pada saat seperti ini, di mana pasokan lebih rendah dari permintaan, pemerintah lewat Bulog harus menggiatkan operasi pasar (OP).
Sutarto menambahkan, akibat kenaikan harga pembelian pemerintah, saat ini terjadi perebutan pasokan beras di lapangan.
"Ini tentu mendorong pembelian beras dengan harga yang lebih mahal. Padahal, seyogianya saat ini adalah pemerintah melepas cadangannya ke pasar. Untuk menutupi kekurangan di lapangan dan mencegah kenaikan inflasi," ujarnya.
"Faktor ketiga penyebab kenaikan harga saat ini adalah menyangkut kesiapan pemerintah. Menyangkut faktor teknis di lapangan. Tampaknya, rendemen tahun ini alami sedikit penurunan. Mungkin karena masalah pupuk. Jadi, meski iklim bagus, luas lahan tanam dan panen bertambah, tapi ada masalah pupuk," kata Sutarto.
Di sisi lain, Sutarto menambahkan, jika mengacu stok beras yang ada saat ini, masih dalam status aman hingga memasuki musim panen raya tahun depan.
"Pasokan masih mencukupi, dan kalau melihat data BPS, seharusnya masih surplus. Cuma memang tidak semua daerah di Indonesia bisa memenuhi untuk kebutuhannya sendiri. Karena itu, perlu perbaikan logistik. Untuk mendukung kelancaran pasokan," kata Sutarti.
"Dari hitungan kami, masih ada ketersediaan sekitar 8-9 juta ton, cukup untuk sampai musim panen awal tahun depan. Jadi sebenarnya tidak perlu khawatir," katanya.
Sementara itu, Kabag Humas Bulog Tomi Wijaya mengungkapkan, pihaknya melakukan OP beras sepanjang tahun. "OP sudah dilakukan sepanjang tahun. Cuma, sekarang makin dimasifkan. Sekitar 350 ribu ton, sejak 1 Agustus 2022," kata Tomi kepada CNBC Indonesia, Kamis (29/9/2022).
Sementara itu, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga beras per 1 Agustus 2022 secara rata-rata nasional adalah Rp12.500 per kg premium dan Rp10.400 per kg beras medium. Ada kenaikan Rp200 atau 1,6% untuk beras premium per 28 September 2022, naik Rp300 atau 2,88% untuk beras medium.
Bank Indonesia memprediksi, pada pekan keempat September 2022 terjadi inflasi sekitar 1,10% secara bulanan. Komoditas penyumbang inflasi diantaranya beras dengan 0.02% secara bulanan. *
1
Komentar