2 Tahun Mandeg, Ekspor Tas Ate Jalan Lagi
DENPASAR, NusaBali
Tas anyaman ate atau tas ate buatan perajin Bali kembali ekspor setelah 2 tahun macet akibat pandemi Covid-19.
Para perajin maupun pebisnis tas anyaman ate pun mengaku senang. Memang belum banyak, namun permintaan, baik pembelian secara ritel dan partai besar untuk ekspor sudah mulai.
Luh Dani, perajin yang juga pebisnis tas ate asal Karangasem, menuturkan Kamis (29/9). “Ya, astungkara sudah mulai ada pesanan,” ucapnya di tempatusahanya di Jalan Raya Sukawati, jalur Celuk-Batubulan – Denpasar.
Dia menuturkan pada Agustus lalu, dia mendapat pesanan 400 pieces untuk ekspor. Sedang pada September ini, dia belum mendapat pesanan.
Padahal, pada 2020-2021, ketika pandemi Covid-19 memuncak, Luh Dani mengungkap tidak ada pengiriman atau ekspor sama sekali. Sedang sebelumnya tas ate dikirim ke beberapa negara Eropa. Diantaranya Spanyol, Prancis,Mauritius dan negara tujuan ekspor lainnya.
Dikatakan Luh Dani, tas ate dibuat perajin Karangasem, terutama di Desa Seraya, Kecamatan Kubu. Jenis- jenis tas ate, disesuaikan dengan fungsi. Ada tes kecil untuk wadah HP, ransel duduk, sundung tutup, tas kupu-kupu dan lainnya.
“Pembuatan sesuai pesanan,” ujar ditemani Ni Ketut Srianti, salah seorang karyawannya. Harga per biji sesuai ukuran dan bentuknya dari Rp 50.000 sampai Rp 350.000.
Selain ekspor, pasar ate banyak juga dijumpai di pasar dan dibeli wisatawan domestik maupun warga lokal. Bentuknya yang unik dan natural, salah satu daya tarik tas ate. Selain tahan lama.
Dari pantauan tas anyaman ate juga dikombinasikan dengan produk kerajinan lainnya, yakni kain endek. “Nggih ada kombinasi dengan kain,” tambah Srianti. *K17
Luh Dani, perajin yang juga pebisnis tas ate asal Karangasem, menuturkan Kamis (29/9). “Ya, astungkara sudah mulai ada pesanan,” ucapnya di tempatusahanya di Jalan Raya Sukawati, jalur Celuk-Batubulan – Denpasar.
Dia menuturkan pada Agustus lalu, dia mendapat pesanan 400 pieces untuk ekspor. Sedang pada September ini, dia belum mendapat pesanan.
Padahal, pada 2020-2021, ketika pandemi Covid-19 memuncak, Luh Dani mengungkap tidak ada pengiriman atau ekspor sama sekali. Sedang sebelumnya tas ate dikirim ke beberapa negara Eropa. Diantaranya Spanyol, Prancis,Mauritius dan negara tujuan ekspor lainnya.
Dikatakan Luh Dani, tas ate dibuat perajin Karangasem, terutama di Desa Seraya, Kecamatan Kubu. Jenis- jenis tas ate, disesuaikan dengan fungsi. Ada tes kecil untuk wadah HP, ransel duduk, sundung tutup, tas kupu-kupu dan lainnya.
“Pembuatan sesuai pesanan,” ujar ditemani Ni Ketut Srianti, salah seorang karyawannya. Harga per biji sesuai ukuran dan bentuknya dari Rp 50.000 sampai Rp 350.000.
Selain ekspor, pasar ate banyak juga dijumpai di pasar dan dibeli wisatawan domestik maupun warga lokal. Bentuknya yang unik dan natural, salah satu daya tarik tas ate. Selain tahan lama.
Dari pantauan tas anyaman ate juga dikombinasikan dengan produk kerajinan lainnya, yakni kain endek. “Nggih ada kombinasi dengan kain,” tambah Srianti. *K17
Komentar