Petaka Pitch Invasion dan Gas Air Mata, Tragedi Sepakbola Terbesar di Dunia
JAKARTA, NusaBali
Sepakbola Indonesia berduka. Setidaknya 180 suporter Arema meninggal dunia setelah terjadi kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Kab. Malang, Sabtu (1/10) malam.
Suporter melakukan pitch invasion (menyerbu ke lapangan) setelah Arema kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya. Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak mengungkap kini sudah 174 orang meninggal. Menurut Emil, total ada 11 orang luka berat dan ada 298 orang lainnya luka ringan.
“Data BPPD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jatim pada jam 09.30 WIB tadi masih 158, tapi pas jam 10.30 tadi jadi 174," kata Emil Dardak, kepada detikJatim, Minggu (2/10).
Situasi yang tidak kondusif membuat petugas keamanan bertindak. Alhasil, kericuhan dan kepanikan terjadi, terutama di area tribune Stadion Kanjuruhan. Laporan Bola.com menyebutkan, banyak korban yang berjatuhan, baik karena sesak napas maupun karena terinjak-injak.
Ya, setiap ruang hingga pintu keluar stadion, banyak korban yang tergeletak, dan beberapa di antaranya tak lagi bernapas. Jumlah korban bisa terus bertambah karena masih banyak yang belum teridentifikasi.
Tragedi sepak bola akibat pitch invasion lalu polisi menembakkan gas air mata bukan kali pertama. Di dunia, ada tiga kejadian besar selain di Kanjuruhan.
Tragedi Estadio Nacional Peru. Ini tragedi paling kelam dalam sejarah sepakbola dunia. Terjadi pada 24 Mei 1964, dalam pertandingan Peru kontra Argentina. Peristiwa ini memakan korban 328 jiwa dan 500 lainnya luka-luka.
Hampir sama di Kanjuruhan, pitch invasion. Tapi, penyebab kerusuhan di Peru karena suporter kecewa dengan keputusan kontriversial wasit. Fans tuan rumah menyerbu lapangan setelah kecewa dengan keputusan wasit.
Polisi lalu menembakkan gas air mata ke arah suporter dan menyebabkan kerusuhan makin parah. Sebagian korban jiwa meninggal karena pendarahan internal, sesak napas, luka benturan.
Tragedi yang kedua terjadi di Ghana pada 5 Mei 2001 dalam laga klub lokal Hearts of Oak vs Asante Kotoko. Dari laporan BBC, saksi mata menyalahkan polisi karena memicu penyerbuan fatal dengan menembakkan gas air mata dalam upaya memadamkan kekerasan pada pertandingan tersebut.
Pertandingan tersisa sekitar lima menit ketika para suporter Kotoko, yang timnya kalah 1-2, mulai merobek kursi dari satu tribune dan melemparkannya ke lapangan.
Polisi menggunakan gas air mata dalam upaya untuk mengendalikan massa, tetapi ini menciptakan kepanikan massal dan menyebabkan penyerbuan. Korban mencapai 126 orang. *
Daftar Tragedi di Sepakbola
1. 24 Mei 1964, Estadio Nacional Disaster, Lima, Peru, 328 Orang Tewas.
2. 1 Oktober 2022, Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Indonesia, 174 Orang Tewas (ada kemungkinan bertambah).
3. 9 Mei 2001, Accra Sports Stadium Disaster, Accra, Ghana, 126 Orang Tewas.
4. 15 April 1989, Hillsborough Disaster, Sheffield, Inggris, 96 Orang Tewas.
5. 12 Maret 1988, Kathmandu Hailstorm Disaster, Kathmandu, Nepal, 93 Orang Tewas
6. 16 Oktober 1996, Mateo Flores National Disaster, Guatemala City, Guatemala, 80 Orang Tewas.
7. 1 Februari 2012, Port Said Staduim Riot, Port Said, Mesir, 70 Orang Tewas
8. 23 Juni 1968, Puerta 12, Estadion Monumental, Buenos Aires, Argentina, 71 Orang Tewas.
9. 2 Januari 1971, Second Ibrox Stadium DIsasterm Glasgow, Skotlandia, 66 Orang Tewas.
10. 20 Oktober 1982, Luzhniki DIsaster, Leni Stadium, Moskow, Uni Soviet, 66 Orang Tewas.
1
Komentar