Pilkada Gianyar Mengarah Head to Head
Terkait atas pengeroyokan itu, PDIP menduga ada pihak lain di luar fraksi yang berkepentingan untuk memainkan perebutan AKD DPRD Gianyar.
Buntut Pengeroyokan Terhadap PDIP Saat Rolling AKD
GIANYAR, NusaBali
Konspirasi pengeroyokan oleh enam partai terhadap Fraksi PDIP saat perebutan AKD (alat kelengkapan dewan) di DPRD Gianyar, Selasa (25/4) lalu dibaca sebagai
skenario besar partai non PDIP. Intinya, skenario enam partai ini (Golkar, Demokrat, Gerindra, Hanura, NasDem, dan PKPI) akan berlanjut untuk merebut kemenangan pada Pilkada Gianyar, Juni 2018 melawan PDIP. Dampaknya, akan terjadi tarung head to head Pilkada Gianyar nanti antara pasangan calon usungan PDIP versus pasangan calon koalisi non PDIP.
Wakil Ketua Bidang Politik, Hukum dan Keamanan DPC PDIP Gianyar, Ketut Sumadi di Gianyar, Rabu (26/4) mengakui jika menyimak pengeroyokan pada PDIP di DPRD Gianyar, itu akan mengarah pada Pilkada Gianyar nanti dengan pertarungan paket head to head (Paket dari PDIP dan paket partai koalisi).
“Tapi bagi kami, skenario pengeroyokan ini hanya sebuah tantangan kecil dalam politik. Ini pun bukan ancaman,” tegas Sumadi. Ketua Fraksi PDIP di DPRD Gianyar ini menilai pengeroyokan itu hanya sebatas tantangan ke depan bagi partainya, dan bukan ancaman. Karena keberadaan PDIP di Gianyar sangat solid untuk Pilkada 2018 nanti. “Namun kami para kader PDIP harus all out berjuang untuk memenangkan Pilkada Gianyar 2018 dan Pileg 2019,” tegasnya.
Sumadi menambahkan, sebelum dikeroyok, pihaknya selaku pimpinan fraksi telah berusaha menjalin relasi dan berkomitmen dengan pimpinan fraksi gabungan (Hanura dan NasDem). Lobi-lobi juga dilakukan antar pimpinan partai. Bahkan, sejam sebelum pemilihan AKD itu, pihaknya sempat berembuk dengan para pimpinan fraksi di DPRD Gianyar. Toh, hasilnya tak sesuai harapan. “Ternyata mereka (Fraksi Gabungan) berbelok semua. Kami pun kaget,” ujarnya.
Sumadi mengakui, meskipun telah menjalin komitmen dengan Fraksi Gabungan, dirinya belum berani menyatakan kompensasi atas komitmen politik agar Fraksi PDIP bisa meraih jabatan AKD tersebut. Atas pengeroyokan itu, ia menduga ada pihak lain di luar fraksi yang berkepentingan untuk memainkan perebutan AKD itu. “Apa sebabnya kami dikeroyok, inilah yang saya tidak tahu,” jelas kader PDIP asal Desa Sukawati, Gianyar ini.
Sumadi menegaskan, jika koalisi partai ke depan seperti ini, maka PDIP harus makin bekerja keras untuk memenangkan paket calon baik untuk Pilkada Gianyar dan Pilgub Bali. Pandangan Sumadi ini mengacu hasil Pilkada Gianyar 2008. Saat itu, PDIP babak belur karena jagoannya, Paket Bayu (AA Gde Agung Bharata-Putu Yudany Thema) kalah dengan Paket AS (Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace- Dewa Made Sutana).
Paket AS didukung KRG (Koalisi Rakyat Gianyar) terdiri dari sedikitnya 10 parpol. Yakni, Partai Golkar, Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB), Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK), Partai PNI Marhaenisme, Partai Demokrat, Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Pelopor, Partai Demokrasi dan Kebangsaan (PDK), Partai Demokrasi Pembaruan, dan lainnya.
Sumadi mengaku belum melaporkan pengeroyokan itu kepada Ketua DPC PDIP Gianyar Made Mahayastra, karena belum sempat bertemu ketua.
Sementara mantan Ketua DPC Demokrat Gianyar I Ketut Jata mengakui, pada Pilkada Gianyar 2008, dirinya ikut membentuk KRG untuk memenangkan Paket AS. Akibatnya, Paket Bayu dari PDIP kalah melawan Paket AS yang diusung KRG. Namun saat Pilkada Gianyar 2013, Demokrat Gianyar bersama PDIP mengusung Paket Bagus (AA Gde Agung Bharata-Made Mahayastra). Koalisi ini bisa dilakukan meskipun hubungan DPP PDIP dan DPP Demokrat tak harmonis di Jakarta.
Jata pun membaca koalisi enam partai (Golkar, Demokrat, Gerindra, Hanura, Nasdem, dan PKPI) yang mengeroyok PDIP saat ini sebagai gerakan awal untuk mengeroyok PDIP untuk Pilkada Gianyar 2018 nanti. “Benar. PDIP bisa merebut AKD di DPRD Gianyar karena untuk kelanjutan dari koalisi PDIP-Demokrat. Saya Ketua DPC Demokrat saat itu,” jelasnya.
Hal serupa diungkapkan Ketua DPD Partai Golkar Gianyar, Made Dauh Wijana saat dihubungi, Kamis (27/4). Dia terang-terangan menyatakan pengeroyokan PDIP saat perebutan jabatan AKD di Dewan itu adalah format awal menuju koalisi partai untuk Pilkada Gianyar. Politisi asal Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar ini menegaskan, dirinya menangkap sinyal kuat pimpinan enam partai itu berpandangan sama untuk memenangkan Pilkada Gianyar nanti. “Hasil lobi-lobi kami dengan para pimpinan partai ini, nadanya akan merancang KRG plus. Plusnya, tambahan dari partai baru yang belum punya kursi di DPRD, namun punya basis massa,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, PDIP sejak awal April 2016 menyosialisasikan Paket Aman atau pasangan Cabup Made Mahayastra yang Wakil Bupati Gianyar dengan Cawabup AA Gde Mayun yang adik Bupati AA Gde Agung Bharata, dari PDIP. * lsa
GIANYAR, NusaBali
Konspirasi pengeroyokan oleh enam partai terhadap Fraksi PDIP saat perebutan AKD (alat kelengkapan dewan) di DPRD Gianyar, Selasa (25/4) lalu dibaca sebagai
skenario besar partai non PDIP. Intinya, skenario enam partai ini (Golkar, Demokrat, Gerindra, Hanura, NasDem, dan PKPI) akan berlanjut untuk merebut kemenangan pada Pilkada Gianyar, Juni 2018 melawan PDIP. Dampaknya, akan terjadi tarung head to head Pilkada Gianyar nanti antara pasangan calon usungan PDIP versus pasangan calon koalisi non PDIP.
Wakil Ketua Bidang Politik, Hukum dan Keamanan DPC PDIP Gianyar, Ketut Sumadi di Gianyar, Rabu (26/4) mengakui jika menyimak pengeroyokan pada PDIP di DPRD Gianyar, itu akan mengarah pada Pilkada Gianyar nanti dengan pertarungan paket head to head (Paket dari PDIP dan paket partai koalisi).
“Tapi bagi kami, skenario pengeroyokan ini hanya sebuah tantangan kecil dalam politik. Ini pun bukan ancaman,” tegas Sumadi. Ketua Fraksi PDIP di DPRD Gianyar ini menilai pengeroyokan itu hanya sebatas tantangan ke depan bagi partainya, dan bukan ancaman. Karena keberadaan PDIP di Gianyar sangat solid untuk Pilkada 2018 nanti. “Namun kami para kader PDIP harus all out berjuang untuk memenangkan Pilkada Gianyar 2018 dan Pileg 2019,” tegasnya.
Sumadi menambahkan, sebelum dikeroyok, pihaknya selaku pimpinan fraksi telah berusaha menjalin relasi dan berkomitmen dengan pimpinan fraksi gabungan (Hanura dan NasDem). Lobi-lobi juga dilakukan antar pimpinan partai. Bahkan, sejam sebelum pemilihan AKD itu, pihaknya sempat berembuk dengan para pimpinan fraksi di DPRD Gianyar. Toh, hasilnya tak sesuai harapan. “Ternyata mereka (Fraksi Gabungan) berbelok semua. Kami pun kaget,” ujarnya.
Sumadi mengakui, meskipun telah menjalin komitmen dengan Fraksi Gabungan, dirinya belum berani menyatakan kompensasi atas komitmen politik agar Fraksi PDIP bisa meraih jabatan AKD tersebut. Atas pengeroyokan itu, ia menduga ada pihak lain di luar fraksi yang berkepentingan untuk memainkan perebutan AKD itu. “Apa sebabnya kami dikeroyok, inilah yang saya tidak tahu,” jelas kader PDIP asal Desa Sukawati, Gianyar ini.
Sumadi menegaskan, jika koalisi partai ke depan seperti ini, maka PDIP harus makin bekerja keras untuk memenangkan paket calon baik untuk Pilkada Gianyar dan Pilgub Bali. Pandangan Sumadi ini mengacu hasil Pilkada Gianyar 2008. Saat itu, PDIP babak belur karena jagoannya, Paket Bayu (AA Gde Agung Bharata-Putu Yudany Thema) kalah dengan Paket AS (Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace- Dewa Made Sutana).
Paket AS didukung KRG (Koalisi Rakyat Gianyar) terdiri dari sedikitnya 10 parpol. Yakni, Partai Golkar, Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB), Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK), Partai PNI Marhaenisme, Partai Demokrat, Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Pelopor, Partai Demokrasi dan Kebangsaan (PDK), Partai Demokrasi Pembaruan, dan lainnya.
Sumadi mengaku belum melaporkan pengeroyokan itu kepada Ketua DPC PDIP Gianyar Made Mahayastra, karena belum sempat bertemu ketua.
Sementara mantan Ketua DPC Demokrat Gianyar I Ketut Jata mengakui, pada Pilkada Gianyar 2008, dirinya ikut membentuk KRG untuk memenangkan Paket AS. Akibatnya, Paket Bayu dari PDIP kalah melawan Paket AS yang diusung KRG. Namun saat Pilkada Gianyar 2013, Demokrat Gianyar bersama PDIP mengusung Paket Bagus (AA Gde Agung Bharata-Made Mahayastra). Koalisi ini bisa dilakukan meskipun hubungan DPP PDIP dan DPP Demokrat tak harmonis di Jakarta.
Jata pun membaca koalisi enam partai (Golkar, Demokrat, Gerindra, Hanura, Nasdem, dan PKPI) yang mengeroyok PDIP saat ini sebagai gerakan awal untuk mengeroyok PDIP untuk Pilkada Gianyar 2018 nanti. “Benar. PDIP bisa merebut AKD di DPRD Gianyar karena untuk kelanjutan dari koalisi PDIP-Demokrat. Saya Ketua DPC Demokrat saat itu,” jelasnya.
Hal serupa diungkapkan Ketua DPD Partai Golkar Gianyar, Made Dauh Wijana saat dihubungi, Kamis (27/4). Dia terang-terangan menyatakan pengeroyokan PDIP saat perebutan jabatan AKD di Dewan itu adalah format awal menuju koalisi partai untuk Pilkada Gianyar. Politisi asal Desa/Kecamatan Tegallalang, Gianyar ini menegaskan, dirinya menangkap sinyal kuat pimpinan enam partai itu berpandangan sama untuk memenangkan Pilkada Gianyar nanti. “Hasil lobi-lobi kami dengan para pimpinan partai ini, nadanya akan merancang KRG plus. Plusnya, tambahan dari partai baru yang belum punya kursi di DPRD, namun punya basis massa,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, PDIP sejak awal April 2016 menyosialisasikan Paket Aman atau pasangan Cabup Made Mahayastra yang Wakil Bupati Gianyar dengan Cawabup AA Gde Mayun yang adik Bupati AA Gde Agung Bharata, dari PDIP. * lsa
Komentar