Sampah di Desa Belum Tertangani
Keberadaan sampah yang belum tertangani secara maksimal masih banyak ditemukan di Buleleng.
DLHK Harapkan Desa Kelola Sampah Mandiri
SINGARAJA, NusaBali
Terutama di daerah pedesaan, bahkan masyarakat desa masih menggunakan sungai sebagai tempat pembuangan sampah. Seperti yang terlihat di sejumlah sungai perbatasan Bondalem dengan Julah di Kecamatan Tejakula, sungai perbatasan desa Tirtasari dengan Banyuseri di Kecamatan Banjar dan masih banyak daerah lainnya di Buleleng, yang tidak hanya menyebabkan polusi udara namun dapat berpotensi menyebabkan bencana.
Segala jenis sampah rumah tangga menumpuk begitu saja di pinggir sungai, sebagian kemudian dihanyutkan oleh air sungai ke daerah hilir. Maklum saja peristiwa banjir di daerah hilir masih sering dijumpai ketika hujan deras melanda. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Buleleng, Nyoman Genep ketika dikonfirmasi masalah tersebut pada Kamis (27/4) tidak memungkiri hal tersebut.
Padahal Pemkab Buleleng memiliki program pencananagan penanganan sampah yang mantap, hanya saja belum dapat diaplikasikan oleh seluruh masyarakatnya. Genep mengakui bahwa sampai saat ini pihaknya masih kewalahan untuk menangani masalah sampah. Karena keterbatasan armada dan tenaga belum mampu menjangkau semua desa yang ada di Buleleng sebanyak 149 desa dan kelurahan. Meski pihaknya kini memang melayani kerjasama pengangkutan sampah di sejumlah desa yang masih ada di kawasan kota.
Dengan situasi tersebut, pihaknya pun mengatakan dari dulu Pemkab Buleleng memang menganjurkan penanganan sampah di masing-masing desa dengan dimotori oleh Perbekel dikelola secara mandiri. Hal tersebut pun sudah sering disosiaisasikan secara langsung maupun tidak langsung oleh DLHK maupun langsung oleh Bupati Buleleng.
Masing-masing desa memiliki wewenang untuk menggunakan Anggaran Dana Desa (ADD) sesuai dengan kemampuannya pun pengelolaan sampah. baik membeli faslitis pendukung seperti bak komposter, pembangunan TPST termasuk bank sampah. selain juga Pemkab Buleleng secara bertahap akan membantu pemenuhan fasilitas seperti pembangunan bank sampah dan mobil pick up yang digunakan untuk operasional pengangkutan sampah dengan status hak pinjam pakai.
Hanya saja dari ratusan desa dan kelurahan yang ada di Buleleng harus berlomba untuk mendapatkan fasilitas yang jumlahnya masih sangat terbatas itu. “Tidak semua desa yang mengajukan lansgung dapat. Khusus bantuan mobil pick up kami berikan kepada desa yang sudha berkomitmen bagus dalam penanganan sampahnya. Seperti sudah punya TPST, sudah punya bank sampah,” kata dia.
Sampai saat ini di Buleleng sudah ada 27 Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) yang langsung mengolah sampahnya, baik untuk di daur ulang ataupun menjadi kompos. Sedangkan untuk bantuan mobil pick up tahun ini akan kembali dikucurkan sebanyak 19 unit kepada desa yang sudah dianggap layak. Sebelumnya di tahun 2016 sudah sempat tersalurkan 27 unit di 27 desa yang ada di Buleleng. *k23
Komentar