Festival Tunas Bahasa Ibu, Upaya Revitalisasi Bahasa Bali
Digelar Daring Balai Bahasa Selama Sebulan
DENPASAR, NusaBali
Sebagai upaya menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa dan sastra daerah Bali terutama pada generasi muda, Balai Bahasa Provinsi Bali menggelar kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu.
Festival berlangsung secara daring dimulai pada 4 Oktober 2022 dan berakhir nanti pada 9 November 2022. Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali, Herawati menuturkan Festival Tunas Bahasa Bali merupakan puncak dari serangkaian kegiatan yang dilakukan Balai Bahasa Provinsi Bali tahun ini, dalam melaksanakan program revitalisasi bahasa daerah yang dicanangkan Kemendikbudristek.
Dia mengungkapkan, tahun ini Kemendikbudristek telah resmi meluncurkan program Merdeka Belajar episode ke-17, yakni revitalisasi bahasa daerah. Program revitalisasi bahasa daerah ini merupakan salah satu program pelindungan bahasa daerah yang bertujuan menggelorakan kembali penggunaan bahasa daerah dalam berbagai ranah kehidupan dan meningkatkan jumlah penutur muda bahasa daerah.
Herawati mengungkapkan, meskipun hasil kajian vitalitas (daya hidup) bahasa menunjukkan bahasa Bali masuk pada kategori aman, di mana jumlah penuturnya masih banyak dan masih dominan digunakan dalam masyarakat Bali, revitalisasi bahasa daerah Bali masih tetap menjadi hal penting yang harus dilakukan.
"Pewarisan bahasa dan sastra daerah mutlak dilakukan terutama kepada generasi muda agar mereka tidak tercerabut dari akar budaya bangsa yang begitu luhur," ujar Herawati saat memberi sambutan pada pembukaan festival secara daring, Selasa (4/10) pagi. Herawati mengatakan pada Festival Tunas Bahasa Ibu ini para siswa menampilkan hasil revitalisasi bahasa dan sastra Bali dalam bentuk lomba maupun unjuk kebolehan yang dilaksanakan secara daring dan luring.
Sebanyak total 252 siswa SD dan SMP perwakilan 9 kabupaten/kota di Bali menampilkan kemampuan berbahasa dan bersastra Bali pada 14 kategori lomba/kegiatan (7 lomba kategori SD dan 7 lomba kategori SMP). Masing-masing kabupaten/kota diwakili secara merata oleh 2 orang peserta pada setiap kategori.
Siswa SD perwakilan 9 kabupaten/kota akan menunjukkan kebolehan magending, matembang macepat, membaca puisi bahasa Bali, masatua Bali, menulis aksara Bali, membaca aksara Bali, dan macecimpedan. Sementara pada kategori SMP akan menunjukan kebolehan dalam bebanyolan (stand up comedy), nutur melalui media sosial TikTok, pidarta, foto dengan caption bahasa Bali, membuat puisi bahasa Bali, serta membaca dan menulis aksara Bali.
"Program yang dilaksanakan Balai Bahasa Provinsi Bali ini bertujuan mendukung pelestarian bahasa dan sastra daerah. Harapannya program-program kami bisa mendapatkan dukungan pemangku kepentingan di daerah untuk mewujudkan Trigatra Bangun Bahasa, yaitu utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing," tandas Herawati.
Sementara itu Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, Imam Budi Utomo yang membuka kegiatan festival, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap upaya Balai Bahasa Provinsi Bali melakukan revitalisasi bahasa daerah Bali. Ia mengatakan festival yang saat ini dilaksanakan merupakan bentuk perayaan atas upaya revitalisasi bahasa daerah yang sudah dilakukan sebelumnya.
"Kalau selama ini revitalisasi bahasa daerah dilakukan terhadap bahasa daerah yang terancam punah, saat ini konsepnya berbeda, revitalisasi bahasa daerah juga dilakukan pada bahasa daerah yang kondisinya aman. Siapa yang bisa memprediksi bahasa daerah yang saat ini aman, 10 tahun lagi, 20 tahun, 50 tahun, masih tetap aman?" ujar Imam.
Ia pun menegaskan, kegiatan revitalisasi bahasa daerah yang dilakukan Balai Bahasa bukan untuk menggantikan mata pelajaran muatan lokal di sekolah, melainkan sebagai tambahan (suplemen) dalam upaya bersama menjaga kelestarian bahasa daerah.
Lebih lanjut disampaikan beberapa indikator nantinya dapat dilihat sebagai keberhasilan program revitalisasi bahasa daerah. Pertama diajarkannya bahasa daerah (Bali) pada jenjang pendidikan mulai SD hingga SMP bahkan SMA/SMK/sederajat. Kedua bertambahnya guru yang mengajar muatan lokal bahasa daerah. Kemudian bertambahnya jumlah media yang menyiarkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan revitalisasi bahasa daerah. Dan indikator terakhir, ujar Imam, adalah bertambahnya jumlah media, baik media arus utama maupun media alternatif (media sosial) yang menggunakan bahasa daerah. "Kalau semakin banyak yang menggunakan bahasa Bali di media sosialnya, ini akan menjadi indikator bagi keberhasilan pelaksanaan revitalisasi bahasa Daerah," jelas Imam. *cr78
1
Komentar