Pemangku Kepentingan Wellness Tourism Gagas 'Ethnowellness Nusantara', Akan Latih 10.000 Terapis Spa Bali
DENPASAR, NusaBali.com - Sejumlah lembaga dan komunitas terkait wellness tourism (wisata kesehatan) di Indonesia melakukan penandatangan nota kesepakatan untuk mengembangkan wellness tourism dengan konsep 'Ethnowellness Nusantara'.
Penandatanganan dilakukan di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Niti Mandala, Denpasar, Jumat (7/10/2022).
Pemangku kepentingan terdiri dari Indonesia Wellness Spa Professional Association (IWSPA), Wellness and Healthcare Enterpreneur Association (WHEA), Indonesia Wellness Master Association (IWMA), Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN), International Association of Medical Regulatory Authorities (IAMRA), dan Konsil Kedokteran Indonesia secara bersama-sama akan bahu-membahu membangkitkan kembali wellness tourism di Indonesia.
"Tujuan diadakannya acara ini adalah menetapkan titik awal kebangkitan kembali wellness tourism, di mana Bali dipilih sebagai 'pilot project' dari 'wellness tourism' di Indonesia secara keseluruhan," terang Ketua Umum WHEA Agnes Lourda Hutagalung pada acara bertajuk 'IWSPA Reborn - Empowering Ethnowellness Nusantara' tersebut.
Bali memang menjadi lokasi pertama untuk melaksanakan program ini. Tahun depan rencananya 10.000 orang terapis spa di Pulau Dewata akan mendapatkan pelatihan secara gratis mengenai Ethnowellness Nusantara. Program ini nantinya juga menyasar para pemijat yang ada di pantai-pantai di Bali.
Ethnowellness Nusantara sendiri dapat diartikan sebagai langkah yang terintegrasi dan berkelanjutan dari berbagai pemangku kepentingan di bidang wellness di Indonesia yang akan mengangkat warisan leluhur dari berbagai etnik yang ada di Indonesia yang terkait dengan bidang wellness secara menyeluruh.
Langkah-langkah yang akan diambil dimulai dengan melakukan training and certification secara masif sehingga terapis di Bali sebagai pilot project mendapatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, serta kecintaan pada Ethnowellness Nusantara, sekaligus membekali terapis dengan kemampuan yang mumpuni untuk mengikuti sertifikasi.
Hal itu mengingat selama dua tahun lebih masa pandemi, mayoritas, jika tidak keseluruhan, sertifikat yang dipegang para terapis telah memasuki masa kedaluwarsa.
Sertifikasi dan resertifikasi ini akan mendukung para terapis dan lembaga usaha yang ada untuk dapat kembali bekerja dan beroperasi sesuai dengan standar yang dibutuhkan, serta memampukan keseluruhan wellness tourism yang ada di Indonesia untuk bangkit lebih cepat dan bangkit lebih kuat.
"Program training yang dilakukan akan mengajarkan keseluruhan materi terkait wellness, dengan modul dan kurikulum yang dirancang khusus dan lengkap, bahkan lebih lengkap dari berbagai sertifikasi yang sudah ada, sehingga sertifikasi Ethnowellness Nusantara ini dapat menjadi patokan standar untuk semua terapis yang ada," ungkap Agnes.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun dalam kesempatan tersebut menyampaikan wellness tourism merupakan sesuatu yang potensial untuk perkembangan pariwisata Bali.
Menurut data yang dimiliki Dinas Pariwisata Bali saat ini terdapat 969 spa yang terdaftar di Bali. "Bali destinasi spa the best in the world," kata Cok Pemayun.
Untuk itu menyambut baik rencana adanya pelatihan Ethnowellness Nusantara kepada 10.000 terapis spa yang ada di Pulau Dewata. *cr78
Komentar