Para Korban Kanjuruhan Butuh Recovery 1 Bulan
Anggota TGIPF sebut detik-detik penonton meregang nyawa mengerikan sekali
JAKARTA, NusaBali
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan mengungkap kondisi korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan 131 orang. Anggota TGIPF Tragedi Kanjuruhan, Nugroho Setiawan, mengatakan efek dari zat yang terkandung dalam gas air mata yang ditembakkan polisi, luka para korban memerlukan waktu paling cepat satu bulan untuk sembuh.
"Tim juga menghubungi korban, melihat korban, bahkan sempat menyaksikan perubahan fenomena trauma lukanya dari menghitam, kemudian memerah dan menurut dokter itu recovery-nya paling cepat adalah satu bulan. Jadi efek dari zat yang terkandung di gas air mata itu sangat luar biasa. Ini juga patut dipertimbangkan untuk crowd control di masa depan," kata Nugroho, seperti dikutip dari akun YouTube Kemenko Polhukam, seperti dilansir detikcom, Minggu (9/10).
TGIPF juga telah berbicara dengan tim steward dan Komando Distrik Militer (Kodim) TNI di Malang. Melalui pertemuan itu dan juga rekaman CCTV, TGIPF Tragedi Kanjuruhan mendapatkan informasi mengenai aksi penyelamatan terhadap korban di Stadion Kanjuruhan saat itu.
"Kemudian juga tadi bicara dengan beberapa pihak termasuk tim steward yang sudah bertugas kemarin dan juga melakukan penyelamatan pada akhirnya, termasuk unsur TNI dalam hal ini Kodim. Tadi juga diterima Kasdim dan beliau menjelaskan beserta pasukan yang di-BKO-kan saat itu, apa yang mereka lakukan, termasuk yang kami dapati di CCTV maupun fakta-fakta bahwa evakuasi korban itu dilakukan oleh tim steward dan TNI dalam hal ini sampai dengan pukul 03.00 pagi," papar dia.
Nugroho juga mengungkap momen mematikan di pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Dia mengungkapkan bahwa detik-detik penonton tertumpuk dan meregang nyawa di pintu itu terekam kamera CCTV. "Sempat melihat rekaman CCTV kejadian khususnya di pintu 13. Mengerikan sekali," kata Nugroho.
Nugroho mengatakan saat tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang terjadi, pintu 13 itu terbuka namun sangat kecil. Saat itu, kata dia, penonton laga Arema FC vs Persebaya berebut keluar dari pintu tersebut.
Nugroho melanjutkan, dalam situasi itu, sebagian penonton yang mencoba keluar ada yang sudah jatuh pingsan. Akibatnya, mereka pun terinjak-injak hingga tewas.
"Situasinya adalah orang itu berebut keluar, sementara sebagian sudah jatuh pingsan, terhimpit, terinjak karena efek dari gas air mata. Jadi ya miris sekali. Saya melihat detik-detik beberapa penonton yang tertumpuk dan meregang nyawa terekam sekali di CCTV," tutur Nugroho.
Nugroho mengatakan, dari temuan sementara memperlihatkan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tidak layak untuk menggelar pertandingan dengan risiko tinggi (high risk), seperti laga antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022 lalu.
"Kesimpulannya sementara bahwa stadion ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk match. Mungkin kalau itu medium atau low risk masih bisa," kata Nugroho dikutip dari Kompas.com. *
"Tim juga menghubungi korban, melihat korban, bahkan sempat menyaksikan perubahan fenomena trauma lukanya dari menghitam, kemudian memerah dan menurut dokter itu recovery-nya paling cepat adalah satu bulan. Jadi efek dari zat yang terkandung di gas air mata itu sangat luar biasa. Ini juga patut dipertimbangkan untuk crowd control di masa depan," kata Nugroho, seperti dikutip dari akun YouTube Kemenko Polhukam, seperti dilansir detikcom, Minggu (9/10).
TGIPF juga telah berbicara dengan tim steward dan Komando Distrik Militer (Kodim) TNI di Malang. Melalui pertemuan itu dan juga rekaman CCTV, TGIPF Tragedi Kanjuruhan mendapatkan informasi mengenai aksi penyelamatan terhadap korban di Stadion Kanjuruhan saat itu.
"Kemudian juga tadi bicara dengan beberapa pihak termasuk tim steward yang sudah bertugas kemarin dan juga melakukan penyelamatan pada akhirnya, termasuk unsur TNI dalam hal ini Kodim. Tadi juga diterima Kasdim dan beliau menjelaskan beserta pasukan yang di-BKO-kan saat itu, apa yang mereka lakukan, termasuk yang kami dapati di CCTV maupun fakta-fakta bahwa evakuasi korban itu dilakukan oleh tim steward dan TNI dalam hal ini sampai dengan pukul 03.00 pagi," papar dia.
Nugroho juga mengungkap momen mematikan di pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Dia mengungkapkan bahwa detik-detik penonton tertumpuk dan meregang nyawa di pintu itu terekam kamera CCTV. "Sempat melihat rekaman CCTV kejadian khususnya di pintu 13. Mengerikan sekali," kata Nugroho.
Nugroho mengatakan saat tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang terjadi, pintu 13 itu terbuka namun sangat kecil. Saat itu, kata dia, penonton laga Arema FC vs Persebaya berebut keluar dari pintu tersebut.
Nugroho melanjutkan, dalam situasi itu, sebagian penonton yang mencoba keluar ada yang sudah jatuh pingsan. Akibatnya, mereka pun terinjak-injak hingga tewas.
"Situasinya adalah orang itu berebut keluar, sementara sebagian sudah jatuh pingsan, terhimpit, terinjak karena efek dari gas air mata. Jadi ya miris sekali. Saya melihat detik-detik beberapa penonton yang tertumpuk dan meregang nyawa terekam sekali di CCTV," tutur Nugroho.
Nugroho mengatakan, dari temuan sementara memperlihatkan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tidak layak untuk menggelar pertandingan dengan risiko tinggi (high risk), seperti laga antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022 lalu.
"Kesimpulannya sementara bahwa stadion ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk match. Mungkin kalau itu medium atau low risk masih bisa," kata Nugroho dikutip dari Kompas.com. *
1
Komentar