Lokasi Penenggelaman KRI Ki Hajar Dewantara Dikaji Ulang
SINGARAJA, NusaBali
Lokasi penenggelaman Kapal Republik Indonesia (KRI) Ki Hajar Dewantara milik TNI Angkatan Laut (TNI AL) di Laut Buleleng dikaji ulang.
Pemkab Buleleng bersama instansi terkait berencana akan melakukan survey teknis melibatkan ahli dalam sepekan ini.
Hal tersebut pun dibahas kembali pada rapat koordinasi rencana penenggelaman KRI Ki Hajar Dewantara di ruang rapat Lobby Kantor Bupati Buleleng, Senin (10/10). Rapat dipimpin langsung Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana dihadiri Pangkalan TNI-AL Benoa, Balai Pengelola Sumberdaya Peisisir dan Laut (BPSPL) dan sejumlah instansi Pemprov Bali dan Pemkab Buleleng yang terkait.
Sebelumnya kapal perang yang sudah tidak beroperasi sejak tahun 2017 lalu itu menurut kajian BPSPL Bali, titik lokasi penenggelaman yang dianggap paling representatif adalah di utara laut Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Namun belakangan ada usulan untuk ditenggelamkan di laut Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Penjabat Bupati Ketut Lihadnyana ditemui usai rapat mengatakan penentuan lokasi penenggelaman akan dikaji lebih detail kembali. Baik dari aspek sosial, historis dan teknis. Dalam sepekan ini tim dibantu warga Desa Bondalem yang sudah biasa menyelam, bersama ahli akan turun langsung ke laut melakukan survey secara detail. Mereka akan melihat kondisi riil di bawah laut sebelum penentuan titik lokasi.
“Kita diberi waktu satu minggu untuk menentukan titik penenggelaman. Lokasi yang ditetapkan nanti adalah kawasan, bukan titik A atau titik B. Harapannya nanti bisa diterima bersama dan jangan sampai peluang ini hilang. Mari bersama membangun Buleleng,” ucap Lihadnyana.
Sementara itu Wakil Sekretaris Bali Tourism Board (BTB) Fredy, mengatakan pengkajian secara mendetail penenggelaman KRI Ki Hajar Dewantara menurutnya tidak menjadi masalah. BTB pun mempercayakan sepenuhnya proses penentuan lokasi penenggelaman oleh para ahli dengan berbagai pertimbangannya.
“Kami dari awal menyampaikan destinasi baru dengan penenggelaman KRI ini melihat secara general Bali Utara bagian Timur. Apakah nanti di Pacung atau Bondalem tetap akan kami dukung. Bagaimanapun tujuannya adalah pemerataan pariwisata dan destinasi baru yang diperlukan di Bali Utara bagian timur,” tegas Fredy. *k23
Sebelumnya kapal perang yang sudah tidak beroperasi sejak tahun 2017 lalu itu menurut kajian BPSPL Bali, titik lokasi penenggelaman yang dianggap paling representatif adalah di utara laut Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Namun belakangan ada usulan untuk ditenggelamkan di laut Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Penjabat Bupati Ketut Lihadnyana ditemui usai rapat mengatakan penentuan lokasi penenggelaman akan dikaji lebih detail kembali. Baik dari aspek sosial, historis dan teknis. Dalam sepekan ini tim dibantu warga Desa Bondalem yang sudah biasa menyelam, bersama ahli akan turun langsung ke laut melakukan survey secara detail. Mereka akan melihat kondisi riil di bawah laut sebelum penentuan titik lokasi.
“Kita diberi waktu satu minggu untuk menentukan titik penenggelaman. Lokasi yang ditetapkan nanti adalah kawasan, bukan titik A atau titik B. Harapannya nanti bisa diterima bersama dan jangan sampai peluang ini hilang. Mari bersama membangun Buleleng,” ucap Lihadnyana.
Sementara itu Wakil Sekretaris Bali Tourism Board (BTB) Fredy, mengatakan pengkajian secara mendetail penenggelaman KRI Ki Hajar Dewantara menurutnya tidak menjadi masalah. BTB pun mempercayakan sepenuhnya proses penentuan lokasi penenggelaman oleh para ahli dengan berbagai pertimbangannya.
“Kami dari awal menyampaikan destinasi baru dengan penenggelaman KRI ini melihat secara general Bali Utara bagian Timur. Apakah nanti di Pacung atau Bondalem tetap akan kami dukung. Bagaimanapun tujuannya adalah pemerataan pariwisata dan destinasi baru yang diperlukan di Bali Utara bagian timur,” tegas Fredy. *k23
1
Komentar