Siswi SMK Terlindas Truk Dikubur, Kedua Orangtuanya Syok
Tanjakan Dikenal Rawan, Secara Niskala Pantang Dilewati Pasangan Pengantin
GIANYAR, NusaBali
Suasana duka menyelimuti kediaman mendiang Putu Listya Dewi,16, di Banjar Patolan, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Rabu (12/10) siang.
Jasad siswi SMKN 3 Sukawati jurusan Tata Boga ini dikubur di Setra Adat Patolan pada rahina Buda Umanis Dukut, Rabu kemarin pukul 15.00 Wita. Bendesa Adat Patolan, I Nyoman Asmara Jaya SAg menjelaskan sesuai dresta setempat, setiap krama yang meninggal dunia dipastikan dikubur. Pengabenan di desa adat ini digelar secara massal dalam kurun waktu setiap tiga (3) tahun sekali. Nyoman Asmara mengaku sangat kehilangan. Terlebih korban yang tewas mengenaskan dalam kecelakaan tragis di tanjakan Banjar Pinda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Selasa (11/10) pukul 13.30 Wita ini masih ada hubungan keluarga dengan Bendesa Nyoman Asmara. "Putu ini masih termasuk cucu saya. Tentu keluarga sangat syok dengan kejadian ini," ungkapnya.
Rasa kehilangan paling dirasakan oleh kedua orangtua korban, I Wayan Warsana dan Ni Komang Wardani. Keduanya tampak diam seribu bahasa. Bahkan ketika kerabatnya berdatangan untuk melayat, Komang Wardani hanya menatap kosong sembari menangis. Termasuk saat ditanyakan firasat mereka sebelum putri sulungnya mengalami kecelakaan, keduanya hanya geleng-geleng.
"Bapak ibunya masih sangat syok," ungkap Bendesa Nyoman Asmara. Kedua orangtua korban juga tak kuat menyaksikan prosesi memandikan jenazah sebelum diberangkatkan ke setra. Keduanya pilih diam di rumah kerabatnya di sebelah timur rumah duka. Dibujuk beberapa kali pun, keduanya tampak tidak tega melihat tubuh anaknya sudah kaku. Bendesa Nyoman Asmara juga sempat menanyai teman korban yang mengendarai sepeda motor Honda Vario nopol DK 5988 KAK Ni Wayan Ersha Yanti,16. "Cucu saya ini kadang-kadang saja boncengan. Menurut Ersha, dia sudah minta jalan pulang lewat Sakah (jalan raya, Red). Tapi Putu mengatakan lewat jalan pintas saja, biar singkat," ungkapnya. Hal itu pula bisa menjadi suatu pertanda akan kepergian Putu Listya secara tragis.
Bendesa Nyoman Asmara mengetahui kecelakaan tragis tersebut melalui media sosial. Kabar duka itupun semakin diperkuat oleh kedatangan sejumlah warga untuk memberikan kabar. "Ada berita di FB dan ada yang memberi tahu, Putu kecelakaan di Pinda, Saba," jelasnya. Saat itu juga, Nyoman Asmara mengkroscek informasi. "Saya dengar yang 1 dilarikan ke RSU Kasih Ibu Saba. Yang satu lagi itu masih di jalan. Dari sana saya sudah merasa aneh, kok masih di jalan? Dada saya sudah sesak, feeling saya ini pasti meninggal," ungkapnya.
Meski dengan perasaan tak karuan, Nyoman Asmara bergegas ke TKP. "Cucu saya itu saya lihat ditutupi danyuh (daun kelapa kering). Ada polisi di sana. Saya ambil, langsung baru dikirim ke RSUD Sanjiwani," terangnya.
Pemeriksaan luar jenazah, kata Nyoman Asmara berlangsung hingga pukul 21.00 Wita. Termasuk proses pemulangan jenazah. "Kami harus ke Polsek Blahbatuh dan Polres Gianyar meminta surat kepulangan jenazah. Pagi tadi kami urus surat Jasa Raharja," terangnya. Setelah itu, jenazah dibawa ke rumah duka.
Meski berat, Nyoman Asmara mewakili keluarga mengaku berusaha ikhlas. "Mungkin ini sudah takdir. Semuanya akan seperti itu, hanya duluan dan belakangan. Siapa yang mampu melawan kuasa Tuhan," ujarnya. Semasa hidup, Putu Listya dikenal ramah. Tidak pernah melawan orangtua. "Saya pernah ngajar dia waktu SD, anaknya pendiam tapi ramah dan sopan," ujarnya.
Selain meninggalkan kedua orangtua, Putu Listya meninggalkan seorang adik laki-laki yang masih duduk di kelas V Sekolah Dasar (SD). Sementara itu, dikonfirmasi terpisah Kasat Lantas Polres Gianyar AKP Ni Putu Wila Indrayani mengatakan sudah melakukan penahanan terhadap sopir truk maut bernopol S 8363 US, Wahyu Aji Suseno,24, asal Dusun Gedangrowo RT 01 RW 01, Desa Gedangrowo, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo, Jatim. "Ya ditahan," ujar Kasat Lantas AKP Ni Putu Wila Indrayani. AKP Wila yang saat dikonfirmasi masih dalam kegiatan di Polda Bali itu mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Sebab saat ini masih dalam pemeriksaan saksi-saksi. "Kasusnya masih dalam proses penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi. Perkembangan lebih lanjut nanti kami sampaikan," ujarnya.
Hasil penelusuran, menurut masyarakat sekitar bahwa TKP kecelakaan maut ini dikenal rawan. Secara niskala pula, diyakini jalur ini pantang dilalui oleh pasangan pengantin saat melangsungkan prosesi pawiwahan. Meski pengantin berasal dari dua desa bertetangga, iring-iringan mobil pengantin biasanya lewat jalur memutar ke jalan raya maupun Jalan Bypass IB Mantra. Sementara secara sekala, sopir truk yang mengetahui jalur turunan dan tanjakan ini pasti memilih untuk lewat jalur datar Jalan Bypass IB Mantra. "Biasanya, sopir truk besar yang tahu jalan ini, mereka tidak akan melintas ke sini. Biasanya dari arah Sukawati ke Desa Saba mereka melalui jalur Jalan Bypass Prof Ida Bagus Mantra. Kalau dilewati mobil box dan sepeda motor masih aman-aman saja," jelas I Wayan Sanjaya, salah satu warga Desa Saba.
Sepengetahuannya, dulu pernah ada truk bermuatan batu bata terperosok. "Kejadiannya itu sudah lama sekali," ujarnya. Berdasarkan pengalaman tersebut, Sanjaya yang juga tokoh pemuda Desa Saba ini meminta pada sopir truk besar agar menjadikan hal ini sebagai pelajaran. Selain itu, berdasarkan permintaan warga, supaya pihak terkait memasang rambu truk besar dilarang melintas di setiap ujung jalan ini.
"Mari kita jadikan peristiwa ini sebagai pelajaran, agar tidak terjadi kejadian serupa lagi," ujar Ketua Karang Taruna Desa Saba ini. Perbekel Saba, I Ketut Redhana mengatakan pasca terjadinya peristiwa kecelakaan tersebut, pihaknya memang berencana memasang plang larangan truk besar melintas untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan serupa. Namun dikarenakan ini merupakan perbatasan dua wilayah administrasi, pihaknya akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan desa tetangga.
"Jalur ini perbatasan Desa Sukawati dan Desa Saba, dari kami sendiri di Saba, memang ada rencana memasang plang. Tapi untuk yang di kawasan Sukawati, kami akan berkoodinasi dulu dengan kepala desanya. Intinya, ini demi kebaikan bersama. Terlebih lagi masih banyak jalur aman yang bisa dilalui truk besar untuk mengakses wilayah ini," ujarnya. *nvi
1
Komentar