Aksi Vandalisme Terjadi di Kawasan Pura di Desa Adat Sudaji, Sawan, Buleleng
Pelaku Belum Diketahui, Bendesa Berserah ke Krama
Pembersihan dengan mengecat kembali areal yang dicoret sudah dilakukan, namun juga perlu dilakukan pembersihan secara niskala karena terjadi di tempat suci.
SINGARAJA, NusaBali
Aksi vandalisme terjadi di areal Pura Desa Adat Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng. Foto-foto coretan hasil vandalisme itu beredar di media sosial. Dalam coretan itu tertulis 'Bendesa Memitre' (prajuru adat selingkuh) dan 'Bendesa Contoh, Memitre' (prajuru adat dicontoh, selingkuh). Hingga saat ini belum diketahui pasti siapa pelaku yang nekat melakukan aksi vandalisme tersebut.
Perbekel Sudaji, Ngurah Fajar Kurniawan membenarkan adanya aksi vandalisme itu. Kata dia, ada tiga titik coretan yang memang merujuk pada oknum prajuru adat di Desa Sudaji. "Ada tiga (coretan). Satu di tangga Pura Desa, satu di Pura Sang Kerti dan satu lagi di dinding rumah saya," ungkap Perbekel Ngurah Fajar saat dikonfirmasi, Rabu (12/10).
Dengan adanya aksi vandalisme di areal tempat suci, membuat pihak desa harus melakukan pembersihan. Perbekel Ngurah Fajar yang juga selaku Jro Mangku Gede menyatakan telah melakukan pembersihan dengan mengecat kembali areal yang dicoret. Namun, dia juga menyebutkan pembersihan secara niskala juga harus dilakukan.
"Coretan itu sekarang sudah dibersihkan. Tapi kan tidak cukup hanya mengecat saja. Itu wilayah suci, hendaknya dilakukan ritual juga, karena itu sudah masuk kondisi cuntaka," ujarnya. Ngurah Fajar juga mengakui aksi vandalisme itu sudah dua kali terjadi. Kejadian pertama juga merujuk pada oknum Bendesa. Saat itu beberapa unsur masyarakat melakukan vandalisme yang menginginkan oknum Bendesa turun jabatan. Kejadian itu pun telah disikapi dengan paruman adat.
Namun kini pihak desa masih menunggu situasi kondusif agar dapat dilakukan musyawarah ataupun paruman. Sementara itu Bendesa Adat Sudaji, Nyoman Sunuada menyebutkan coretan vandalisme itu baru diketahui oleh warga pada, Selasa (11/10) pagi di areal Pura Desa Adat Sudaji. Mengingat di pura tersebut sedang berlangsung upacara pujawali, sejumlah krama dan pecalang pun bergegas menghapus tulisan tersebut. "Sudah dihapus oleh krama karena di pura ada pujawali," katanya. Menurutnya, aksi vandalisme ini merupakan ulah oknum yang ingin melengserkan jabatannya sebagai Bendesa Adat Sudaji. Mengingat sejumlah krama beberapa waktu lalu juga sempat menuntut agar dia turun dari jabatannya.
Kendati aksi ini telah mencemarkan nama baiknya, Bendesa Sunuada mengaku tidak akan melaporkan aksi ini kepada polisi. Dia memilih untuk menyerahkan kejadian ini kepada krama. "Yang jelas saya tidak pernah melakukan perbuatan seperti yang dituduhkan dalam tulisan itu (memitra atau selingkuh). Saya tidak sempat lihat dan cek ke lokasi, katanya ada di empat titik sebagian besar areal pura. Nama saya dicoreng, tidak masalah. Saya serahkan saja ke masyarakat maunya seperti apa. Saya tidak mau menuduh orang, biar yang Maha Kuasa yang menghukum," katanya. *mz
Perbekel Sudaji, Ngurah Fajar Kurniawan membenarkan adanya aksi vandalisme itu. Kata dia, ada tiga titik coretan yang memang merujuk pada oknum prajuru adat di Desa Sudaji. "Ada tiga (coretan). Satu di tangga Pura Desa, satu di Pura Sang Kerti dan satu lagi di dinding rumah saya," ungkap Perbekel Ngurah Fajar saat dikonfirmasi, Rabu (12/10).
Dengan adanya aksi vandalisme di areal tempat suci, membuat pihak desa harus melakukan pembersihan. Perbekel Ngurah Fajar yang juga selaku Jro Mangku Gede menyatakan telah melakukan pembersihan dengan mengecat kembali areal yang dicoret. Namun, dia juga menyebutkan pembersihan secara niskala juga harus dilakukan.
"Coretan itu sekarang sudah dibersihkan. Tapi kan tidak cukup hanya mengecat saja. Itu wilayah suci, hendaknya dilakukan ritual juga, karena itu sudah masuk kondisi cuntaka," ujarnya. Ngurah Fajar juga mengakui aksi vandalisme itu sudah dua kali terjadi. Kejadian pertama juga merujuk pada oknum Bendesa. Saat itu beberapa unsur masyarakat melakukan vandalisme yang menginginkan oknum Bendesa turun jabatan. Kejadian itu pun telah disikapi dengan paruman adat.
Namun kini pihak desa masih menunggu situasi kondusif agar dapat dilakukan musyawarah ataupun paruman. Sementara itu Bendesa Adat Sudaji, Nyoman Sunuada menyebutkan coretan vandalisme itu baru diketahui oleh warga pada, Selasa (11/10) pagi di areal Pura Desa Adat Sudaji. Mengingat di pura tersebut sedang berlangsung upacara pujawali, sejumlah krama dan pecalang pun bergegas menghapus tulisan tersebut. "Sudah dihapus oleh krama karena di pura ada pujawali," katanya. Menurutnya, aksi vandalisme ini merupakan ulah oknum yang ingin melengserkan jabatannya sebagai Bendesa Adat Sudaji. Mengingat sejumlah krama beberapa waktu lalu juga sempat menuntut agar dia turun dari jabatannya.
Kendati aksi ini telah mencemarkan nama baiknya, Bendesa Sunuada mengaku tidak akan melaporkan aksi ini kepada polisi. Dia memilih untuk menyerahkan kejadian ini kepada krama. "Yang jelas saya tidak pernah melakukan perbuatan seperti yang dituduhkan dalam tulisan itu (memitra atau selingkuh). Saya tidak sempat lihat dan cek ke lokasi, katanya ada di empat titik sebagian besar areal pura. Nama saya dicoreng, tidak masalah. Saya serahkan saja ke masyarakat maunya seperti apa. Saya tidak mau menuduh orang, biar yang Maha Kuasa yang menghukum," katanya. *mz
Komentar