Ratusan Rumah Terdampak Banjir, Akses Jalan di Desa Kalianget Juga Terputus
Dari pendataan sementara yang dilakukan Kecamatan, sebanyak 189 rumah warga di Desa Sulanyah, Desa Tangguwisia, Desa Kalisada dan Kelurahan Seririt, sempat terendam banjir.
SINGARAJA, NusaBali
Hujan deras pada Selasa (11/10), yang memicu banjir hebat di Kelurahan Seririt, ternyata tidak hanya sempat merendam 189 rumah warga di 3 desa dan 1 kelurahan. Sejumlah kerusakan akibat bencana juga terlaporkan, mulai dari tembok amblas, tanah longsor, hingga akses jalan terputus di Banjar Dinas Padmasari, Desa Kalianget, Kecamatan Seririt, Buleleng.
Pantauan NusaBali di lokasi, akses jalan di Banjar Dinas Padmasari ditutup sementara. Beberapa warga yang tinggal di sekitar sana masih memaksakan melintas menggunakan sepeda motor, dengan meniti pinggir jalan yang masih utuh dan aman untuk dilalui.
Warga setempat memberikan tanda sebuah plang upacara adat dengan bentangan balok kayu. Akses jalan penghubung banjar ini rusak parah karena tergerus air hujan. Jalan berlubang cukup dalam dan melintang sehingga sangat berbahaya jika dilalui kendaraan. Kerusakan jalan yang cukup parah itu sepanjang 20 meter.
Warga sekitar Jro Mangku Ketut Telaga yang rumahnya hanya 10 meter dari lokasi jalan rusak, Rabu (12/10) kemarin mengatakan, debit air hujan yang mengalir dari hulu sangat keras. Sehingga menggerus aspal jalan yang sebelumnya sudah terkelupas di beberapa titik.
“Jalan ini sebelumnya memang sudah rusak terkelupas sedikit-sedikit. Tetapi kemarin karena air besar sekali dari atas, jalan jadi begitu, sementara tidak bisa dilalui,” kata nenek yang masih fasih berbahasa Indonesia ini. Menurutnya jalan itu merupakan jalan alternatif. Selain penghubung antar banjar, juga bisa tembus ke Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng.
Sementara itu, Camat Seririt I Gusti Putu Ngurah Mastika ditemui di ruang kerjanya Rabu siang mengatakan, bencana banjir yang terjadi Selasa (11/10) sore hingga petang merupakan banjir terbesar. Dari pendataan sementara yang dilakukan Kecamatan, sebanyak 189 rumah warga di Desa Sulanyah, Desa Tangguwisia, Desa Kalisada dan Kelurahan Seririt, sempat terendam banjir.
Selain dampak banjir juga ada tanah longsor di 4 titik yakni di Desa Pangkung Paruk, Ularan, Lokapaksa dan Ringdikit, menimpa rumah dengan kerusakan ringan. Di Desa Petemon, juga dilaporkan senderan jalan jebol. “Ini baru data sementara yang sudah masuk, tim kami beberapa masih ada di lapangan, memang debit air hujan kemarin sangat besar,” kata Mastika.
Dia menyebut, banjir terparah yang terjadi di Kecamatan Seririt lima tahun terakhir ini, penyebab utamanya karena saluran air mengalami pendangkalan dan terhalang oleh sampah dan kayu-kayu besar. Sehingga air yang mengalir dari hulu tidak dapat mengalir maksimal.
“Analiasa kami bersama BPBD dan juga Balai Jalan, jembatan di atas saluran air ini dinaikkan, sehingga air bisa mengalir lebih lancar. Kalau saluran drainasenya itu masih baru sekitar 2 tahunan tetapi sudah mengalami pendangkalan cukup tinggi juga,” imbuh dia.
Dari sejumlah titik yang terdampak, banjir terparah terjadi di Desa Sulanyah, Bubunan, Tangguwisia dan Kelurahan Seririt. Sebab 4 wilayah ini berlokasi di hilir Kecamatan Seririt, sehingga menjadi muara aliran air dari hulu. Selain itu penduduk di empat desa ini juga sangat padat, sehingga menjadi salah satu pemicu banjir.
“Ke depan kalau memungkinkan selain menaikkan ketinggian jembatan di Tangguwisia itu, juga perlu dilakukan normalisasi sungai di Kecamatan Seririt terutama yang di perkotaan karena sudah banyak pendangkalan. Selain itu juga kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai juga perlu digugah kembali,” papar pejabat asal Kelurahan Penataran, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.*k23
Pantauan NusaBali di lokasi, akses jalan di Banjar Dinas Padmasari ditutup sementara. Beberapa warga yang tinggal di sekitar sana masih memaksakan melintas menggunakan sepeda motor, dengan meniti pinggir jalan yang masih utuh dan aman untuk dilalui.
Warga setempat memberikan tanda sebuah plang upacara adat dengan bentangan balok kayu. Akses jalan penghubung banjar ini rusak parah karena tergerus air hujan. Jalan berlubang cukup dalam dan melintang sehingga sangat berbahaya jika dilalui kendaraan. Kerusakan jalan yang cukup parah itu sepanjang 20 meter.
Warga sekitar Jro Mangku Ketut Telaga yang rumahnya hanya 10 meter dari lokasi jalan rusak, Rabu (12/10) kemarin mengatakan, debit air hujan yang mengalir dari hulu sangat keras. Sehingga menggerus aspal jalan yang sebelumnya sudah terkelupas di beberapa titik.
“Jalan ini sebelumnya memang sudah rusak terkelupas sedikit-sedikit. Tetapi kemarin karena air besar sekali dari atas, jalan jadi begitu, sementara tidak bisa dilalui,” kata nenek yang masih fasih berbahasa Indonesia ini. Menurutnya jalan itu merupakan jalan alternatif. Selain penghubung antar banjar, juga bisa tembus ke Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng.
Sementara itu, Camat Seririt I Gusti Putu Ngurah Mastika ditemui di ruang kerjanya Rabu siang mengatakan, bencana banjir yang terjadi Selasa (11/10) sore hingga petang merupakan banjir terbesar. Dari pendataan sementara yang dilakukan Kecamatan, sebanyak 189 rumah warga di Desa Sulanyah, Desa Tangguwisia, Desa Kalisada dan Kelurahan Seririt, sempat terendam banjir.
Selain dampak banjir juga ada tanah longsor di 4 titik yakni di Desa Pangkung Paruk, Ularan, Lokapaksa dan Ringdikit, menimpa rumah dengan kerusakan ringan. Di Desa Petemon, juga dilaporkan senderan jalan jebol. “Ini baru data sementara yang sudah masuk, tim kami beberapa masih ada di lapangan, memang debit air hujan kemarin sangat besar,” kata Mastika.
Dia menyebut, banjir terparah yang terjadi di Kecamatan Seririt lima tahun terakhir ini, penyebab utamanya karena saluran air mengalami pendangkalan dan terhalang oleh sampah dan kayu-kayu besar. Sehingga air yang mengalir dari hulu tidak dapat mengalir maksimal.
“Analiasa kami bersama BPBD dan juga Balai Jalan, jembatan di atas saluran air ini dinaikkan, sehingga air bisa mengalir lebih lancar. Kalau saluran drainasenya itu masih baru sekitar 2 tahunan tetapi sudah mengalami pendangkalan cukup tinggi juga,” imbuh dia.
Dari sejumlah titik yang terdampak, banjir terparah terjadi di Desa Sulanyah, Bubunan, Tangguwisia dan Kelurahan Seririt. Sebab 4 wilayah ini berlokasi di hilir Kecamatan Seririt, sehingga menjadi muara aliran air dari hulu. Selain itu penduduk di empat desa ini juga sangat padat, sehingga menjadi salah satu pemicu banjir.
“Ke depan kalau memungkinkan selain menaikkan ketinggian jembatan di Tangguwisia itu, juga perlu dilakukan normalisasi sungai di Kecamatan Seririt terutama yang di perkotaan karena sudah banyak pendangkalan. Selain itu juga kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai juga perlu digugah kembali,” papar pejabat asal Kelurahan Penataran, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.*k23
Komentar