Ingin Selamatkan Wajah Negeri, Pemuda Surabaya Rakit Mesin Pengolahan Sampah Plastik di Abiansemal
MANGUPURA, NusaBali.com – Dimas Bagus Wijanarko, pemuda asal Surabaya, Jawa Timur prihatin dengan permasalahan sampah plastik yang dihadapi negeri ini. Indonesia bahkan berpredikat sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia.
Sebagai kawasan pariwisata internasional, Bali menjadi wajah bagi Indonesia. Permasalahan yang terjadi di Pulau Dewata bisa menjadi gambaran umum bagi para wisatawan asing yang berlibur ke pulau kecil di sebelah timur provinsi asal Dimas ini. Alasan ini pulalah yang membuatnya menjadikan Bali, khususnya Kecamatan Abiansemal, Badung sebagai homebase.
“Awalnya saya dulu suka naik gunung. Terus, memindahkan sampah yang ditinggalkan pendaki nakal ke bawah. Tetapi saya gelisah, permasalahan ini tidak akan selesai karena setelah di bawa turun akhirnya dibuang juga di TPA,” ujar Dimas ketika ditemui usai sidang media Get The Fest di The Ambengan Tenten, Jalan Imam Bonjol Gang Rahayu nomor 16A Denpasar, Kamis (13/10/2022) sore.
Kemudian di tahun 2013, Dimas mulai memikirkan perlu adanya gerakan untuk menarik sampah plastik dan diolah dengan lebih baik. Kata Dimas di periode ini mulailah ia mengulik teknologi yang cocok untuk melakukan pengolahan sampah, terutama yang paling efektif dan tidak menghasilkan sampah lagi. Di antara teknologi yang ada, terpilihlah pirolisis.
Teknologi pirolisis, dikatakan pria lulusan Sekolah Teknik Mesin (STM) ini, secara sederhana serupa dengan mekanisme destilasi. Proses ini melibatkan proses memanaskan objek hingga menjadi cair kemudian menguap menjadi gas, kemudian diturunkan suhunya menjadi wujud cair dan menghasilkan bahan bakar.
Namun, rancangan yang pas dari mesin berteknologi pirolisis ini tidak serta merta didapatkan Dimas dan beberapa sahabat yang membantunya. Sampai akhirnya, di tahun 2015, rakitan mesin yang cukup sesuai mulai muncul ke permukaan.
“Sudah ada sekitar 13 purwarupa mesin berteknologi pirolisis ini yang saya pernah buat. Kemudian, saya berpikir bahwa sepertinya gerakan ini tidak bisa dilakukan sendiri,” ungkap Dimas.
Dengan pemikiran bahwa gerakan tarik plastik ini tidak dapat dilakukan secara soliter, pada tahun 2017 tercetuslah ide untuk membuat gerakan tarik sampah plastik atau ia sebut sebagai Get Plastic.
Selanjutnya, di tahun yang sama Get Plastic menjadi badan hukum dan dua tahun kemudian namanya dimatangkan lagi menjadi yayasan Get Plastic Foundation.
Ketika sudah menjadi Get Plastic Foundation, organisasi ini bahkan berhasil menjuarai kompetisi inovasi di ajang Social Innovation Fund di Jerman pada tahun 2019. Get Plastic berhasil menjadi organisasi terbaik dalam bidang inovasi lingkungan.
Hingga saat ini, Get Plastic sudah menyerap 5 ton sampah plastik rumah tangga dan UMKM.
Selain itu, di Bali sendiri yayasan yang bermarkas di Jalan Raya Gerih, Desa Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal dan berdekatan dengan Green School ini sudah melatih dan menyebarkan 7 alat rakitan mereka di Pulau Bali dan Nusa Penida. Selain di Bali, terdapat 21 titik di Indonesia yang sudah menggunakan alat rakitan Get Plastic.
Berdasarkan uji laboratorium dari Pertamina, olahan sampah plastik dari mesin rakitan Dimas dan kawan-kawan hampir mendekati BBM standar, di mana terdapat 33 parameter yang diujikan.
Dari sejumlah parameter tersebut, hanya lima parameter yang belum memenuhi syarat dan hal tersebut dikatakan wajar oleh Pertamina lantaran proses pengolahan yang masih pada skala rumahan.
Menurut Dimas, output yang dihasilkan sangat bervariasi. Terkadang bisa menghasilkan output yang satu banding satu atau 1 kilogram sampah plastik menghasilkan 1 liter bahan bakar. Namun, jika kurang optimal, 1 kilogram sampah plastik hanya dapat menghasilkan 900 mililiter bahan bakar.
Meskipun sudah cukup memberikan pengaruh terhadap mekanisme pengolahan sampah di Bali dan tanah air, Get Plastic masih terdiri dari tim kecil berjumlah 7 orang.
“Kami yayasan independen, tidak memiliki donatur, investor, ataupun yang lain. Kami hanya mampu membiaya operasional dari teman-teman sejumlah 7 orang yang bekerja,” tegas Dimas.
Selain menyediakan mesinnya, Get Plastic pun memberikan pelatihan dan pendampingan terhadap komunitas yang ingin mengolah sampah plastik mereka.
Dan rata-rata sebaran mesin Get Plastic berawal dari proses pendampingan kemudian pemandirian bagi pengolahan sampah plastik di lingkungan komunitas tersebut.
Dimas berharap ada gerakan dari bawah, dari masyarakat sendiri untuk mengubah keadaan permasalahan sampah di sekitar.
Ia tidak mengharuskan itu harus pirolisis rakitan yayasannya. Asalkan sudah ada gerakan yang ingin mengolah sampah plastik dan meminimalisasi pengaruh negatif penggunaan plastik, itu sudah cukup baik menjadi langkah awal. *rat
1
Komentar