PHDI Sayangkan Vandalisme di Pura Desa Sudaji
SINGARAJA, NusaBali
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Buleleng menyayangkan aksi vandalisme di areal Pura Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng.
Perbuatan tersebut dinilai melecehkan tempat suci karena pura merupakan tempat peribadatan umat Hindu. Masyarakat pun diimbau untuk tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kesucian pura. Ketua PHDI Buleleng Gde Made Metera mengaku belum mengetahui adanya aksi vandalisme di areal pura Desa Sudaji. Namun ia cukup menyayangkan, pasalnya bagi umat Hindu pura merupakan tempat suci, tempat untuk memuja Ista Dewata yang mesti dijaga kesuciannya. Jika terjadi hal-hal yang tidak suci di Pura, maka akan mengganggu perasaan umat.
Terkait aksi vandalisme di pura tersebut, Metera menyerahkan kepada krama dan pemangku pura di desa setempat, untuk menindaklanjuti hal ini sesuai dengan dresta yang ada di Desa Adat Sudaji. "Kalau warga merasa Ista Dewata yang berstana di pura itu tidak berkenan dengan adanya tulisan seperti itu di pura, dan warga merasa perlu melakukan guru piduka, baik itu dilaksanakan," kata Metera, Kamis (13/10).
"Namun sekali lagi kembalikan ke dresta dan kenyamanan serta perasaan kesucian warga. Pangempon Pura, dalam hal ini karena Pura Desa, biasanya pangemponnya krama adat sudah tahu apa yang perlu dilakukan menurut dresta di desa adat yang bersangkutan agar perasaan kesucian warga tidak terganggu, tidak tercemari," jelasnya.
Pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat, untuk tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kesucian pura. "Sebagai warga Hindu dan sebagai Ketua PHDI Buleleng, saya mengimbau kepada segenap warga, siapapun itu untuk tidak membawa atau meletakkan, menulis hal-hal yang dipandang tidak suci di pura yang dapat mengganggu kesucian perasaan warga yang memuja di pura," beber dia.
Metera pun menyarankan krama desa adat atau pangempon pura desa bisa mencari pelaku aksi vandalisme itu untuk memberikan efek jera. "Mengenai tulisan itu, tentu perlu segera dihapus. Kalau warga merasa perlu dicaritahu siapa penulisnya, bisa dicaritahu agar tidak mengulangi lagi menulis seperti itu di pura," tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, aksi vandalisme terjadi di Pura Desa Adat Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng. Foto-foto coretan hasil vandal itu beredar di media sosial. Dalam coretan itu tertulis 'Bendesa Memitre' (prajuru adat selingkuh) dan 'Bendesa Contoh, Memitre' (prajuru adat dicontoh, selingkuh). Hingga saat ini belum diketahui pasti siapa pelaku yang nekat melakukan aksi vandalisme tersebut.
Perbekel Desa Sudaji, Ngurah Fajar Kurniawan menyebut jika tiga titik coretan memang merujuk pada oknum prajuru adat di desa Sudaji. "Ada tiga (coretan). Satu di tangga pura desa, satu di Pura Sang Kerti, dan satu lagi di dinding rumah saya," ungkapnya.
Dengan adanya aksi vandalisme di areal tempat suci, membuat pihak desa harus melakukan pembersihan. Perbekel Ngurah yang juga selaku Jro Mangku Gede menyatakan telah melakukan pembersihan dengan mengecat kembali areal yang tercoret. Namun, ia juga menyebutkan pembersihan secara niskala juga harus dilakukan.
Bendesa Adat Sudaji, Nyoman Sunuada menyebutkan, vandalisme itu baru diketahui oleh warga pada Selasa (11/10) pagi di areal Pura Desa Adat Sudaji. Mengingat di pura tersebut sedang berlangsung upacara pujawali, sejumlah krama dan pecalang pun bergegas menghapus tulisan tersebut. "Sudah dihapus oleh krama karena di pura ada pujawali," katanya.
Pihaknya pun menampik isi tudingan dalam isi coretan vandalisme tersebut. "Yang jelas saya tidak pernah melakukan perbuatan seperti yang dituduhkan dalam tulisan itu. Nama saya dicoreng, tidak masalah. Saya serahkan saja ke masyarakat maunya seperti apa. Saya tidak mau menuduh orang, biar yang mahakuasa yang menghukum," elak Sunuada. *mz
1
Komentar