Enam Desa Terapkan Pertanian Cerdas Ramah Lingkungan
GIANYAR, NusaBali
Enam desa menjadi percontohan proyek pertanian cerdas ramah lingkungan di Kabupaten Gianyar.
Lahan percontohan pertanian cerdas seluas 6,8 hektare tersebar di Desa Temesi dan Desa Tulikup Kecamatan Gianyar; Desa Pejeng dan Desa Tampaksiring Kecamatan Tampaksiring, Desa Sayan Kecamatan Ubud, dan Desa Taro Kecamatan Tegallalang.
Kadis Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Gianyar I Gusti Ayu Dewi Hariani menjelaskan, pertanian cerdas (Circular Economy Development in Organic Agriculture) diinisiasi oleh Marcellinus Mandira Budi Utomo dari BRIN, Levina Pieter dari BRIN, dan Hermitianta Prasetya Putra dari Yayasan Bumi Sasmaya. Pertanian ini mengurangi penggunaan pupuk kimia untuk mendukung transisi petani menuju pertanian organik.
Gusti Ayu Dewi Hariani mengatakan, pemanfaatan pupuk organik dan praktik pertanian ramah lingkungan sudah dilakukan. “Terakhir kami mohon carikan pasar. Jika tidak ada pasar, petani akan kembali ke pertanian konvensional,” ungkapnya. Sementara Ketua Yayasan Bumi Sasmaya yang menjalankan program Merah Putih Hijau, Agastya Yatra menjelaskan, proyek pertanian cerdas didukung pendanaan dari program Australia Grant Scheme (AGS), program Merah Putih Hijau, dan program ketahanan pangan di masing-masing desa.
Agastya menjelaskan, setiap 1 hektare lahan percontohan mendapatkan kompos sebanyak 4 ton dengan didukung agen hayati dan pestisida nabati. Setelah mengikuti pelatihan, sebanyak 26 petani peserta proyek pertanian cerdas mendapatkan pendampingan. Proyek pertanian cerdas melibatkan P4S Kalpataru yang dipimpin oleh I Ketut Punia. “Dengan potensi hasil panen yang sangat baik, bukan tidak mungkin Gianyar bisa menjadi kabupaten percontohan untuk pertanian organik,” jelas Agastya.
Desa yang telah menerapkan pertanian cerdas ramah lingkungan hingga memasuki musim panen yakni Desa Temesi, Kecamatan Gianyar. Dari tes pengubinan, lahan percontohan pertanian cerdas di Subak Temesi menghasilkan gabah kering panen sebanyak 4,5 kg per 1/16 are atau diperkirakan setara 7,2 ton/hektare. Tes pengubinan oleh tim BPP Kecamatan Gianyar dipimpin I Made Geben disaksikan Kadis Ketahanan Pangan Kabupaten Gianyar dan perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar.
Hasil pengubinan ini bisa diperkirakan bobot panen termasuk tinggi dan tingkat padi bernas mencapai 96%. Meskipun baru musim tanam pertama, budidaya padi dengan teknik pertanian ramah lingkungan sudah baik dan masih dapat ditingkatkan dengan optimalisasi jarak tanam. Menurut Made Geben, dari tes pengubinan yang dilakukan, terdapat rata-rata 98 rumpun dalam 1/16 are dengan jumlah ideal 121 rumpun. Masing-masing rumpun terdapat 20 anakan tiap tanaman padi dari jumlah ideal 23 anakan.
Petani Subak Temesi, I Made Sutaba, 68, menjelaskan pertanian ramah lingkungan yang diterapkan menghasilkan 230 biji gabah per malai dari jumlah ideal 280 biji gabah per malai. Di musim pertama praktik pertanian ramah lingkungan ini, Made Sutaba melakukan pengurangan pemakaian Urea hingga 80%. “Saya hanya menggunakan Urea sebanyak 10 Kg untuk lahan 25 are, jauh berkurang dari jumlah yang dianjurkan sebanyak 200 kg/hektare. Di musim berikutnya, kemungkinan saya akan berhenti menggunakan pupuk kimia,” jelasnya. Made Sutaba juga menerapkan penggunaan agen hayati serta pestisida nabati.
Perbekel Desa Temesi I Ketut Branayoga menyampaikan terima kasih kepada yayasan yang telah menjadikan satu hektare lahan di Desa Temesi sebagai percontohan pertanian ramah lingkungan. Harapannya, pertanian organik di Desa Temesi bisa berkembang.*nvi
1
Komentar