Melegenda, AA Made Cakra Rekam Persoalan Masyarakat dalam Lagunya
Tribute to Maestro Alm AA Made Cakra 'To I Bungan Sandat' Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV 2022
Sebelum AA Made Cakra pertama kali melakukan rekaman musik pop Bali pada tahun 1976, bersama perusahaan rekaman Bali Record, belum ada penyanyi lagu Bali sebelumnya yang melakukan rekaman lagu.
DENPASAR, NusaBali
Pecinta lagu pop Bali pastinya tidak asing lagi dengan nama maestro lagu Bali Anak Agung Made Cakra. Lagu-lagu maestro musik kelahiran tahun 1929 ini enak didengar dan membekas dalam pikiran dan hati masyarakat Bali. Sebut saja lagu 'kusir dokar', 'sopir bemo' atau 'bungan sandat'. Apa yang menjadikannya demikian?
Pemerhati Seni Dr I Made Sujaya menuturkan jika dilihat lagu-lagu AA Made Cakra bukanlah sekadar hiburan belaka, tapi merupakan sebuah 'monumen kata-kata'. Sujaya mengatakan, transformasi budaya yang dialami masyarakat Bali direkam melalui lagu-lagu seorang AA Made Cakra. "Ada keistimewaan lagu-lagu Anak Agung Made Cakra secara tematik, temanya pasti tentang persoalan rakyat, yang dekat dengan kehidupan masyarakat, 'Kusir Dokar, 'Sopir Bemo', 'Jukut Plecing'. Itulah yang kemudian membuat lagu-lagu ini gampang diterima oleh masyarakat. Masyarakat bisa segera mengidentifikasi dirinya pada lagu-lagu itu," sebut Dr Sujaya dalam acara Tribute to Maestro alm AA Made Cakra 'To I Bungan Sandat' serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV 2022 di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center) Denpasar, Rabu (12/10).
"Secara sosiologis, masyarakat memang kalau sebuah karya seni misalnya mampu merepresentasikan persoalan-persoalan sosial mereka pasti akan membekas dalam diri mereka," lanjutnya.
Akademisi Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) ini menambahkan ada yang menarik dari fenomena AA Made Cakra yang lahir di Banjar Alangkajeng, Desa Pemecutan, Denpasar Barat. Menurut Sujaya AA Made Cakra bisa dikatakan merupakan representasi dari bangsawan Bali, tapi AA Made Cakra justru membuat lagu yang tema-temanya berasal dari 'luar istana'.
"Sebetulnya secara personal seorang Anak Agung Made Cakra melakukan transformasi dalam dirinya sendiri untuk bisa merepresentasikan persoalan-persoalan rakyat. Itu saya kira hal yang penting kita pelajari pada diri seorang maestro bernama Anak Agung Made Cakra," papar Sujaya. Dia menduga profesi tukang cukur yang sempat digeluti AA Made Cakra sebagai salah satu yang mengasah kepekaan seorang AA Made Cakra dengan persoalan-persoalan masyarakat pada umumnya.
Melalui pekerjaannya sebagai tukang cukur, AA Made Cakra, mungkin sering mendengar curhatan para konsumen mengenai kehidupan sehari-hari.
"Mungkin profesi ini membuat Anak Agung Made Cakra sangat dekat dengan persoalan-persoalan rakyat, merekam dinamika sosial," ujar Sujaya.
Sementara itu Akademisi Komang Darmayuda SSn MSi, dalam acara tersebut menyampaikan AA Made Cakra merupakan sosok fenomenal. Bukan tanpa alasan, tanpa pendidikan formal musik yang memadai, AA Made Cakra berhasil menciptakan lagu-lagu yang hingga puluhan tahun masih bisa eksis.
"Beliau memiliki musikalitas yang sangat bagus, walaupun beliau tidak pernah belajar kepada siapapun di era itu. Darah musik yang beliau miliki betul-betul luar biasa," sebut dosen musik ISI Denpasar ini. Dia menambahkan, salah satu alasan di balik melegendanya karya-karya lagu Bali AA Made Cakra karena dia berani menunjukkan orisinalitas dari karya-karya lagunya.
Darmayuda menuturkan, salah satu keunikan dari karya AA Made Cakra, yakni selalu menggunakan pola pelog maupun selendro dalam lagu-lagunya. Dalam setiap lagunya, AA Made Cakra selalu konsisten menggunakan tangga nada tersebut atau menggabungkan kedua tangga nada itu dalam sebuah lagunya.
"Beliau sangat konsisten menggunakan tangga nada pentatonik Bali dalam mencipta lagu-lagunya," sebut Darmayuda. Selain itu, Darmayuda mengungkapkan keunikan lagu-lagu ciptaan AA Made Cakra lainnya yaitu selalu menggunakan dua tempo. "Di awal menggunakan tempo lambat dan ketika masuk refrain menggunakan tempo yang cepat, kemudian kembali lagi ke tempo yang lambat," ungkapnya.
Sementara itu sutradara Tribute to Maestro alm AA Made Cakra 'To I Bungan Sandat' I Made Adnyana, menyampaikan kenapa AA Made Cakra layak disebut seorang maestro musik pop Bali. Menurutnya AA Made Cakra yang meninggal pada 1999 telah berhasil mengangkat harkat lagu pop Bali setara dengan musik-musik lainnya yang terlebih dahulu populer pada masyarakat Bali.
Sebelum AA Made Cakra pertama kali melakukan rekaman musik pop Bali pada tahun 1976, bersama perusahaan rekaman Bali Record, belum ada penyanyi lagu Bali sebelumnya yang melakukan rekaman lagu. Meskipun lagu pop Bali pada saat itu sudah cukup populer didengar oleh telinga masyarakat Bali melalui sejumlah pementasan secara langsung. "Untuk bidang apapun kita membutuhkan pionir. Anak Agung Made Cakra adalah seorang pionir dalam rekaman lagu pop Bali," kata Adnyana.
Jurnalis musik ini mengatakan, langkah berani yang dilakukan AA Made Cakra menginspirasi penyanyi-penyanyi lagu pop Bali lainnya untuk melakukan hal yang sama, merekam lagu-lagu mereka dalam pita kaset.
"Langkah yang diambil AA Made Cakra itu memotivasi dan membuat penyanyi yang lain berani. Oh ternyata bisa juga ya, artinya penyanyi pop Bali bisa juga ya laku dijual juga ya, itu pengaruhnya," tandas pria asal Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan ini. *cr78
Pemerhati Seni Dr I Made Sujaya menuturkan jika dilihat lagu-lagu AA Made Cakra bukanlah sekadar hiburan belaka, tapi merupakan sebuah 'monumen kata-kata'. Sujaya mengatakan, transformasi budaya yang dialami masyarakat Bali direkam melalui lagu-lagu seorang AA Made Cakra. "Ada keistimewaan lagu-lagu Anak Agung Made Cakra secara tematik, temanya pasti tentang persoalan rakyat, yang dekat dengan kehidupan masyarakat, 'Kusir Dokar, 'Sopir Bemo', 'Jukut Plecing'. Itulah yang kemudian membuat lagu-lagu ini gampang diterima oleh masyarakat. Masyarakat bisa segera mengidentifikasi dirinya pada lagu-lagu itu," sebut Dr Sujaya dalam acara Tribute to Maestro alm AA Made Cakra 'To I Bungan Sandat' serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV 2022 di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center) Denpasar, Rabu (12/10).
"Secara sosiologis, masyarakat memang kalau sebuah karya seni misalnya mampu merepresentasikan persoalan-persoalan sosial mereka pasti akan membekas dalam diri mereka," lanjutnya.
Akademisi Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) ini menambahkan ada yang menarik dari fenomena AA Made Cakra yang lahir di Banjar Alangkajeng, Desa Pemecutan, Denpasar Barat. Menurut Sujaya AA Made Cakra bisa dikatakan merupakan representasi dari bangsawan Bali, tapi AA Made Cakra justru membuat lagu yang tema-temanya berasal dari 'luar istana'.
"Sebetulnya secara personal seorang Anak Agung Made Cakra melakukan transformasi dalam dirinya sendiri untuk bisa merepresentasikan persoalan-persoalan rakyat. Itu saya kira hal yang penting kita pelajari pada diri seorang maestro bernama Anak Agung Made Cakra," papar Sujaya. Dia menduga profesi tukang cukur yang sempat digeluti AA Made Cakra sebagai salah satu yang mengasah kepekaan seorang AA Made Cakra dengan persoalan-persoalan masyarakat pada umumnya.
Melalui pekerjaannya sebagai tukang cukur, AA Made Cakra, mungkin sering mendengar curhatan para konsumen mengenai kehidupan sehari-hari.
"Mungkin profesi ini membuat Anak Agung Made Cakra sangat dekat dengan persoalan-persoalan rakyat, merekam dinamika sosial," ujar Sujaya.
Sementara itu Akademisi Komang Darmayuda SSn MSi, dalam acara tersebut menyampaikan AA Made Cakra merupakan sosok fenomenal. Bukan tanpa alasan, tanpa pendidikan formal musik yang memadai, AA Made Cakra berhasil menciptakan lagu-lagu yang hingga puluhan tahun masih bisa eksis.
"Beliau memiliki musikalitas yang sangat bagus, walaupun beliau tidak pernah belajar kepada siapapun di era itu. Darah musik yang beliau miliki betul-betul luar biasa," sebut dosen musik ISI Denpasar ini. Dia menambahkan, salah satu alasan di balik melegendanya karya-karya lagu Bali AA Made Cakra karena dia berani menunjukkan orisinalitas dari karya-karya lagunya.
Darmayuda menuturkan, salah satu keunikan dari karya AA Made Cakra, yakni selalu menggunakan pola pelog maupun selendro dalam lagu-lagunya. Dalam setiap lagunya, AA Made Cakra selalu konsisten menggunakan tangga nada tersebut atau menggabungkan kedua tangga nada itu dalam sebuah lagunya.
"Beliau sangat konsisten menggunakan tangga nada pentatonik Bali dalam mencipta lagu-lagunya," sebut Darmayuda. Selain itu, Darmayuda mengungkapkan keunikan lagu-lagu ciptaan AA Made Cakra lainnya yaitu selalu menggunakan dua tempo. "Di awal menggunakan tempo lambat dan ketika masuk refrain menggunakan tempo yang cepat, kemudian kembali lagi ke tempo yang lambat," ungkapnya.
Sementara itu sutradara Tribute to Maestro alm AA Made Cakra 'To I Bungan Sandat' I Made Adnyana, menyampaikan kenapa AA Made Cakra layak disebut seorang maestro musik pop Bali. Menurutnya AA Made Cakra yang meninggal pada 1999 telah berhasil mengangkat harkat lagu pop Bali setara dengan musik-musik lainnya yang terlebih dahulu populer pada masyarakat Bali.
Sebelum AA Made Cakra pertama kali melakukan rekaman musik pop Bali pada tahun 1976, bersama perusahaan rekaman Bali Record, belum ada penyanyi lagu Bali sebelumnya yang melakukan rekaman lagu. Meskipun lagu pop Bali pada saat itu sudah cukup populer didengar oleh telinga masyarakat Bali melalui sejumlah pementasan secara langsung. "Untuk bidang apapun kita membutuhkan pionir. Anak Agung Made Cakra adalah seorang pionir dalam rekaman lagu pop Bali," kata Adnyana.
Jurnalis musik ini mengatakan, langkah berani yang dilakukan AA Made Cakra menginspirasi penyanyi-penyanyi lagu pop Bali lainnya untuk melakukan hal yang sama, merekam lagu-lagu mereka dalam pita kaset.
"Langkah yang diambil AA Made Cakra itu memotivasi dan membuat penyanyi yang lain berani. Oh ternyata bisa juga ya, artinya penyanyi pop Bali bisa juga ya laku dijual juga ya, itu pengaruhnya," tandas pria asal Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan ini. *cr78
1
Komentar