Beranda Pustaka FSBJ IV, Permata Tersembunyi Para Pecinta Literasi Sastra
DENPASAR, NusaBali.com – Para pecinta literasi sastra wajib mampir ke tempat yang satu ini. Terletak di belakang Kalangan Ayodya, Gedung Perpustakaan Widya Kusuma dihidupkan kembali menjadi Beranda Pustaka sastra dan alihmedianya.
Belum banyak yang benar-benar mengetahui Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV yang diselenggarakan di Taman Budaya Bali Denpasar (Arts Centre) juga menyuguhkan literatur dalam bentuk dasarnya, yakni teks atau buku.
Sang Koordinator Beranda Pustaka, Vanesa Martida, 29, pun mengakui bahwa keberadaan Beranda Pustaka pada ajang seniman kontemporer di Bali ini belum begitu dikenal luas oleh masyarakat umum.
“Tempatnya memang tidak mudah karena ada di pojok, kalau Prof Dibia (Guru Besar ISI Denpasar) bilangnya ada di tempat paling suci karena di kaja kangin (timur laut). Tetapi setiap hari kami berusaha mengenalkan. Beruntung setiap hari Disdikpora Bali wajib mengirimkan siswa ke sini,” ungkap Vanesa ketika ditemui di Beranda Pustaka FSBJ IV, Sabtu (15/10/2022) sore.
Vanesa menerangkan letaknya yang berada di pojok timur laut Kompleks Arts Centre dan nihilnya acara yang dilakukan di lokasi tersebut pada ajang sebelumnya, baik itu Pesta Kesenian Bali (PKB) maupun FSBJ, membuat pengunjung kurang menyadari keberadaan oase literasi dan sastra ini.
Tantangan ini pun diakali Vanesa dan kawan-kawan dengan cara mencegat siswa yang mengunjungi FSBJ IV dari arah pintu keluar Arts Centre. Mereka kemudian diajak tur ke segmen Beranda Pustaka lainnya seperti pameran kartun di Studio Patung kemudian dikenalkan dengan Gedung Perpustakaan Widya Kusuma.
Sungguh disayangkan memang, padahal terdapat sedikitnya 42 penerbit yang memamerkan sedikitnya 4.000 jilid buku berbasis seni, sastra, dan humaniora. Penerbit yang berpartisipasi pun beragam, mulai dari penerbit besar seperti Gramedia dan Periplus, penerbit independen seperti Sekala Kecil, maupun penerbit lokal Bali seperti Percetakan Bali, termasuk pemenang sayembara sastra nasional dan peraih Bali Jani Nugraha tahun 2019-2021.
Tidak berhenti di sana, penerbit yang memamerkan buku mereka di Beranda Pustaka pun menawarkan promo menarik seperti semua buku dijual seharga Rp 20.000 dari Pustaka Larasan, Rp 40.000 dari Yayasan Lontar, penerbit yang menerjemahkan sastra Indonesia ke dalam Bahasa Inggris. Ada pula diskon mulai dari 20-40 persen. Keseluruhan buku yang dipamerkan bernilai total lebih dari Rp 100 juta.
Pada dasarnya, kata Vanesa, Beranda Pustaka ini digagas oleh Putri Suastini Koster sejak awal keberadaan FSBJ untuk mengenalkan generasi muda dengan semangat literasi. Meskipun tidak dapat dicekoki begitu saja, Vanesa memaklumi dengan mengenalkan mereka terhadap tempat yang sebelumnya ‘terbengkalai’ ini serta judul-judul buku saja terlebih dulu.
Meskipun semangat literasi dari masyarakat tengah lesu, Beranda Pustaka sudah cukup berhasil menjual buku hingga menyentuh angka Rp 1,3 juta pada Jumat (14/10/2022) kemarin.
Selain perpustakaan buku yang diramaikan karya-karya sastrawan, sejarawan, akademisi, dan seniman, Beranda Pustaka juga menawarkan alihmedia dari literatur tersebut. Respons muralis terhadap sajak puisi, pemutaran film biografi beberapa penulis maupun buku yang difilmkan melalui layar tancap, serta bedah buku hingga 22 Oktober 2022 mendatang merupakan bentuk alihmedianya.
“Dengan adanya pemutaran film kemudian mural respons dari sajak puisi ini diharapkan generasi muda dapat setidaknya berkunjung dan mengenal dulu judul-judul bukunya. Selain itu, ini juga untuk merespons preferensi pengunjung terhadap media sastra,” ujar Vanesa.
Dua pengunjung Beranda Pustaka yang ditemui NusaBali.com pun mengatakan tempat tersebut sebagai ‘hidden gem’ atau permata tersembunyi. Lantaran, menurut Yulia Pratiwi, 26, dan Etsa Pracintya, 26, tempat semacam bursa buku ini menyediakan koleksi yang menarik. Selain itu, terdapat pula potongan harga yang menggoda dan buku bekas dengan harga terjangkau.
“Sebagai mahasiswa S2 Linguistik, suka baca buku, dan pecinta sastra, tempat ini wajib banget dikunjungi,” kata Yulia yang juga mantan pewarta budaya ini.
Senada dengan Yulia, Etsa menyebut Beranda Pustaka sebagai tempat yang menarik lantaran terdapat pula buku karya terjemahan Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris. Koleksi ini, menurut Etsa, melebarkan target pasar untuk bukan saja orang Indonesia.
“Cuman, koleksinya memang perlu ditambah lagi,” ujar rekan sekampus Yulia ini.
Sementara itu, pemilihan Gedung Perpustakaan Widya Kusuma yang sudah lama tidak termanfaatkan ini datang langsung dari Putri Suastini Koster. Selama proses persiapan, koleksi menarik pun ditemukan Vanesa dan kawan-kawan dalam perpustakaan tua ini, yakni lontar, tapel (topeng), dan arsip Taman Budaya seperti foto kunjungan Ratu Elizabeth pada tahun 1974.
Ke depan, gedung perpustakaan tersebut akan dipugar untuk menyesuaikan selera generasi muda. Selain itu, perluasan dan inovasi terhadap pola pelaksanaan Beranda Pustaka pun akan digarap lebih jauh. *rat
Komentar