Banjir Bandang Terjang Jembrana
Ratusan KK Ngungsi di Biluk Poh, Jalur Denpasar-Gilimanuk Lumpuh
Bupati Tamba mengaku penyebab banjir diduga karena efek pengawen (perambah hutan untuk kebun) di hulu, hal itu disinyalir dari kayu-kayu yang hanyut.
NEGARA, NusaBali
Banjir bandang menerjang rumah ratusan warga Lingkungan Biluk Poh Kangin, Kelurahan Tegal Cangkring dan Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Minggu (16/10) malam hingga Senin (17/10) dinihari. Banjir bandang akibat meluapnya Sungai Bilukpoh ini menghanyutkan sejumlah rumah, kendaraan, ternak hingga dua jembatan putus. Bahkan sebanyak 127 kepala keluarga (KK) terpaksa harus mengungsi karena rumah mereka diporakporandakan banjir. Parahnya lagi, banjir bandang membuat jalur utama Denpasar-Gilimanuk lumpuh akibat Jembatan Biluk Poh dipenuhi material banjir dan jembatan di jalur alternatif juga terputus.
Dari informasi yang dihimpun NusaBali, banjir bandang di dua wilayah yang dibatasi Jembatan Biluk Poh ini terjadi pada, Minggu malam pukul 23.30 Wita. Air yang meluap dari Sungai Biluk Poh tersebut, naik secara bertahap mulai sekitar pukul 20.00 Wita.
Saat peristiwa banjir itu, tidak ada hujan di wilayah setempat. Namun luapan air terjadi karena banjir dari wilayah hulu yang akhirnya meluap hingga menyapu rumah ratusan warga di dua wilayah tersebut. "Di sini tidak ada hujan. Cuma banjir dari gunung (hulu) dan airnya terus naik sedikit demi sedikit. Karena saluran sungai di bawah jembatan tertutup kayu, akhirnya air naik. Kayu-kayu juga sampai naik ke jembatan," ujar I Made Ruki,62, warga Lingkungan Biluk Poh Kangin yang rumahnya hancur akibat banjir bandang tersebut.
Saat terjadi banjir bandang yang meluap ke pemukiman warga, untungnya tidak sampai menyebabkan korban jiwa maupun korban luka. Sebab, sebelum air naik ke pemukiman warga, mereka sudah dievakuasi ataupun mengungsi ke sejumlah rumah kerabat yang lebih aman. Hanya saja banjir memporak-porandakan rumah ratusan warga. Termasuk menyapu sejumlah kendaraan dan perabotan rumah tangga yang belum sempat dievakuasi warga.
"Kalau kendaraan sebagian besar sudah diselamatkan. Tetapi ada juga yang belum sempat dievakuasi sehingga hanyut. Kalau perabotan-perabotan termasuk baju, sebagian besar juga kena banjir. Ternak warga juga banyak yang hanyut," ujar Ruki yang sebelum kejadian banjir meluap hanya sempat mengevakuasi kendaraan dan surat-surat berharga saja.
Ruki dan beberapa warga lainnya mengaku kejadian banjir bandang di Sungai Biluk Poh ini juga sudah merupakan kejadian yang ketiga kali. Kejadian banjir bandang pertama terjadi pada tahun 1998. Kemudian banjir bandang kedua pada bulan Desember tahun 2018 lalu. "Dari tiga kali kejadian, ini yang paling parah. Kalau yang dulu tahun 2018, paling rumah saya hanya tertimbun. Tetapi sekarang ini bangunan rumah saya sampai hancur. Bahkan bangunan dapur saya hilang disapu banjir," ucap Ruki. Sementara dari pendataan aparat Lingkungan Biluk Poh Kangin, total ada sebanyak 71 KK yang rumahnya diterjang banjir bandang sehingga harus mengungsi.
Dari 71 KK itu, sebanyak 40 KK mengungsi ke posko pengungsian yang disiapkan di bangunan Bale Tempek 5 Kertasari dan bangunan Bale Subak Telepus di lingkungan setempat. "Sisanya (31 KK) ada yang mengungsi ke rumah saudara dan kerabatnya," ujar Kepala Lingkungan (Kaling) Biluk Poh Kangin I Komang Swabawa, Senin kemarin.
Di posko pengungsian tersebut, juga dibangun dapur umum. Begitu juga dijadikan posko penerimaan bantuan terhadap para warga terdampak. "Untuk kebutuhan makan warga, sementara masih aman. Tadi sudah ada bantuan nasi dari Dinas Sosial, BPBD (Badan Penaggulangan Bencana Daerah), dan beberapa donatur. Mungkin untuk besok (hari ini) baru kita mulai pakai dapur umum," ujar Swabawa.
Sedangkan dari pendataan aparat Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan, ada sebanyak 56 KK yang terdampak. Di Banjar Anyar Kelod juga dibangun posko pengungsian yang sekaligus dijadikan dapur umum dan posko penerimaan bantuan. "Sementara belum ada yang mengungsi di posko pengungsian. Semua mengungsi ke rumah keluarga dan kerabatnya. Tetapi kami tetap buatkan posko," ujar Kelian Banjar Anyar Kelod I Kade Winastra, Senin kemarin.
Terkait bantuan pangan untuk para warga terdampak di Lingkungan Biluk Poh Kangin maupun Banjar Anyar Kelod, dipastikan masih cukup aman. Hanya saja ada beberapa kebutuhan mendesak yang diperlukan. Seperti bantuan pakaian layak pakai, pampers untuk bayi, selimut, matras, peralatan mandi dan beberapa kebutuhan dasar lainya.
Selain menerjang ratusan rumah warga, banjir bandang di Sungai Biluk Poh itu juga diketahui memutus dua jembatan yang ada di utara Jembatan Biluk Poh. Salah satunya adalah jembatan penghubung Banjar Penyaringan dengan Banjar Anyar Kaja di Desa Penyaringan yang landasan bagian ujung jembatan ambruk tersapu banjir. Kedua, jembatan gantung untuk jalur alternatif kendaran roda dua yang menghubungkan wilayah Banjar Penyaringan, Desa Penyaringan, diketahui ludes tersapu banjir.
Sontak putusnya dua jembatan itu, memutus jalur alternatif di wilayah setempat. Satu-satunya akses yang masih tersisa untuk menghubungkan Kelurahan Tegal Cangkring-Desa Penyaringan hanyalah Jembatan Biluk Poh yang ada di Jalur Umum Denpasar-Gilimanuk. Sementara Jembatan Biluk Poh yang sempat tertutup dan diterjang material banjir, sementara diputuskan baru diperbolehkan untuk dilewati kendaraan roda dua.
Bupati Jembrana, I Nengah Tamba yang turun meninjau situasi di Jembatan Biluk Poh sejak pagi hingga sore kemarin mengatakan sementara ini yang diutamakan adalah menjamin kebutuhan pangan warga. Hal itu pun sudah disikapi BPBD bersama Dinas Sosial Jembrana.
"Kita prioritaskan hari ini adalah mengevakuasi warga terlebih dahulu. Warga yang kita utamakan untuk kebutuhan makan. Untuk kebutuhan makan, sudah dipersiapkan di setiap titik kejadian," ucap Bupati Tamba yang juga turun bersama Kepala BPBD Bali, I Made Rentin.
Untuk beberapa bantuan mendesak lainnya, kata Bupati Tamba, juga segera dikoordinasikan bersama pihak Pemprov ataupun Pusat. Begitu juga koordinasi dengan sejumlah asosiasi agar bisa membantu warga yang terkena musibah banjir bandang ini. "Bantuan juga akan segera turun. Kita perhatikan di semua titik pengungsian untuk kebutuhan apa saja yang diperlukan. Terutama kan pakaian layak pakai, selimut, dan lainnya yang menjadi kebutuhan dasar" ucap Bupati Tamba.
Disinggung mengenai langkah evaluasi terhadap banjir bandang yang sudah terjadi berulangkali, Bupati Tamba mengaku penyebab banjir ini diduga karena efek dari pengawen (perambah hutan untuk kebun) di wilayah hulu. Hal itu pun disinyalir dari kayu-kayu yang hanyut terbawa banjir adalah kayu hutan.
"Ini bukan karena ilegal logging. Tetapi kayu hutan yang hanyut ini adalah kayu-kayu hutan yang kita perkirakan karena pengawen. Sengaja dimatikan untuk dibuat kebun. Untuk masalah ini, kita segera koordinasi dengan Kesatuan Pengelola Hutan (KPH pada Dinas Kehutanan Provinsi Bali) untuk segera melakukan panggilan kepada pemegang izin pemanfaatan hutan," ucap Bupati asal Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini.
Bupati Tamba menambahkan terkait dikeluarkannya izin pemanfaatan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup di beberapa wilayah hutan, sudah ada komitmen untuk membatasi perambahan hutan. Untuk kawasan pemanfaatan hutan dibatasi dan para kelompok pengelola diwajibkan ikut serta menjaga hutan.
"Sebelumnya kita sudah ada komitmen. Namun kita juga akan dalami apakah ini adalah perambahan hutan baru atau yang dulu. Karena kalau dilihat kayu-kayu ini sudah pada mati dan jenis kayunya pun beda. Ini kayu-kayu yang tidak bisa dijual," pungkas Bupati Tamba. Sementara pasca banjir bandang, Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk mulai dibuka secara bertahap, setelah sempat ditutup karena Jembatan Biluk Poh di jalur tersebut diterjang banjir bandang dan tertutup material banjir. "Dibuka selektif untuk sepeda motor dan kendaraan kecil. Kalau kendaraan berat seperti truk belum berani melintasi jembatan," kata Kapolres Jembrana AKBP I Dewa Gde Juliana.
Pihaknya terus memantau kondisi jembatan di perbatasan Kelurahan Tegalcangkring dan Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo tersebut, dan tidak ragu-ragu akan menutup kembali jika dianggap berbahaya. Sebelumnya, banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Jembrana membuat arus lalu lintas Denpasar-Gilimanuk yang melewati kabupaten itu ditutup, karena salah satu jembatan diterjang banjir dan dipenuhi material lumpur dan kayu besar saat surut.
Tim gabungan dari sejumlah institusi bekerja keras sepanjang hari dengan alat berat, untuk menyingkirkan balok-balok kayu besar yang diduga terbawa air banjir dari hutan. Banjir bandang kali ini juga merendam ribuan rumah warga serta fasilitas umum di sejumlah lokasi di Kabupaten Jembrana. Sementara itu, kendaraan berat seperti truk arah Denpasar-Gilimanuk dan sebaliknya, dialihkan lewat Kabupaten Buleleng, karena jembatan di Kabupaten Jembrana yang diterjang banjir masih rawan untuk dilintasi kendaraan berat. *ode, ant
Dari informasi yang dihimpun NusaBali, banjir bandang di dua wilayah yang dibatasi Jembatan Biluk Poh ini terjadi pada, Minggu malam pukul 23.30 Wita. Air yang meluap dari Sungai Biluk Poh tersebut, naik secara bertahap mulai sekitar pukul 20.00 Wita.
Saat peristiwa banjir itu, tidak ada hujan di wilayah setempat. Namun luapan air terjadi karena banjir dari wilayah hulu yang akhirnya meluap hingga menyapu rumah ratusan warga di dua wilayah tersebut. "Di sini tidak ada hujan. Cuma banjir dari gunung (hulu) dan airnya terus naik sedikit demi sedikit. Karena saluran sungai di bawah jembatan tertutup kayu, akhirnya air naik. Kayu-kayu juga sampai naik ke jembatan," ujar I Made Ruki,62, warga Lingkungan Biluk Poh Kangin yang rumahnya hancur akibat banjir bandang tersebut.
Saat terjadi banjir bandang yang meluap ke pemukiman warga, untungnya tidak sampai menyebabkan korban jiwa maupun korban luka. Sebab, sebelum air naik ke pemukiman warga, mereka sudah dievakuasi ataupun mengungsi ke sejumlah rumah kerabat yang lebih aman. Hanya saja banjir memporak-porandakan rumah ratusan warga. Termasuk menyapu sejumlah kendaraan dan perabotan rumah tangga yang belum sempat dievakuasi warga.
"Kalau kendaraan sebagian besar sudah diselamatkan. Tetapi ada juga yang belum sempat dievakuasi sehingga hanyut. Kalau perabotan-perabotan termasuk baju, sebagian besar juga kena banjir. Ternak warga juga banyak yang hanyut," ujar Ruki yang sebelum kejadian banjir meluap hanya sempat mengevakuasi kendaraan dan surat-surat berharga saja.
Ruki dan beberapa warga lainnya mengaku kejadian banjir bandang di Sungai Biluk Poh ini juga sudah merupakan kejadian yang ketiga kali. Kejadian banjir bandang pertama terjadi pada tahun 1998. Kemudian banjir bandang kedua pada bulan Desember tahun 2018 lalu. "Dari tiga kali kejadian, ini yang paling parah. Kalau yang dulu tahun 2018, paling rumah saya hanya tertimbun. Tetapi sekarang ini bangunan rumah saya sampai hancur. Bahkan bangunan dapur saya hilang disapu banjir," ucap Ruki. Sementara dari pendataan aparat Lingkungan Biluk Poh Kangin, total ada sebanyak 71 KK yang rumahnya diterjang banjir bandang sehingga harus mengungsi.
Dari 71 KK itu, sebanyak 40 KK mengungsi ke posko pengungsian yang disiapkan di bangunan Bale Tempek 5 Kertasari dan bangunan Bale Subak Telepus di lingkungan setempat. "Sisanya (31 KK) ada yang mengungsi ke rumah saudara dan kerabatnya," ujar Kepala Lingkungan (Kaling) Biluk Poh Kangin I Komang Swabawa, Senin kemarin.
Di posko pengungsian tersebut, juga dibangun dapur umum. Begitu juga dijadikan posko penerimaan bantuan terhadap para warga terdampak. "Untuk kebutuhan makan warga, sementara masih aman. Tadi sudah ada bantuan nasi dari Dinas Sosial, BPBD (Badan Penaggulangan Bencana Daerah), dan beberapa donatur. Mungkin untuk besok (hari ini) baru kita mulai pakai dapur umum," ujar Swabawa.
Sedangkan dari pendataan aparat Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan, ada sebanyak 56 KK yang terdampak. Di Banjar Anyar Kelod juga dibangun posko pengungsian yang sekaligus dijadikan dapur umum dan posko penerimaan bantuan. "Sementara belum ada yang mengungsi di posko pengungsian. Semua mengungsi ke rumah keluarga dan kerabatnya. Tetapi kami tetap buatkan posko," ujar Kelian Banjar Anyar Kelod I Kade Winastra, Senin kemarin.
Terkait bantuan pangan untuk para warga terdampak di Lingkungan Biluk Poh Kangin maupun Banjar Anyar Kelod, dipastikan masih cukup aman. Hanya saja ada beberapa kebutuhan mendesak yang diperlukan. Seperti bantuan pakaian layak pakai, pampers untuk bayi, selimut, matras, peralatan mandi dan beberapa kebutuhan dasar lainya.
Selain menerjang ratusan rumah warga, banjir bandang di Sungai Biluk Poh itu juga diketahui memutus dua jembatan yang ada di utara Jembatan Biluk Poh. Salah satunya adalah jembatan penghubung Banjar Penyaringan dengan Banjar Anyar Kaja di Desa Penyaringan yang landasan bagian ujung jembatan ambruk tersapu banjir. Kedua, jembatan gantung untuk jalur alternatif kendaran roda dua yang menghubungkan wilayah Banjar Penyaringan, Desa Penyaringan, diketahui ludes tersapu banjir.
Sontak putusnya dua jembatan itu, memutus jalur alternatif di wilayah setempat. Satu-satunya akses yang masih tersisa untuk menghubungkan Kelurahan Tegal Cangkring-Desa Penyaringan hanyalah Jembatan Biluk Poh yang ada di Jalur Umum Denpasar-Gilimanuk. Sementara Jembatan Biluk Poh yang sempat tertutup dan diterjang material banjir, sementara diputuskan baru diperbolehkan untuk dilewati kendaraan roda dua.
Bupati Jembrana, I Nengah Tamba yang turun meninjau situasi di Jembatan Biluk Poh sejak pagi hingga sore kemarin mengatakan sementara ini yang diutamakan adalah menjamin kebutuhan pangan warga. Hal itu pun sudah disikapi BPBD bersama Dinas Sosial Jembrana.
"Kita prioritaskan hari ini adalah mengevakuasi warga terlebih dahulu. Warga yang kita utamakan untuk kebutuhan makan. Untuk kebutuhan makan, sudah dipersiapkan di setiap titik kejadian," ucap Bupati Tamba yang juga turun bersama Kepala BPBD Bali, I Made Rentin.
Untuk beberapa bantuan mendesak lainnya, kata Bupati Tamba, juga segera dikoordinasikan bersama pihak Pemprov ataupun Pusat. Begitu juga koordinasi dengan sejumlah asosiasi agar bisa membantu warga yang terkena musibah banjir bandang ini. "Bantuan juga akan segera turun. Kita perhatikan di semua titik pengungsian untuk kebutuhan apa saja yang diperlukan. Terutama kan pakaian layak pakai, selimut, dan lainnya yang menjadi kebutuhan dasar" ucap Bupati Tamba.
Disinggung mengenai langkah evaluasi terhadap banjir bandang yang sudah terjadi berulangkali, Bupati Tamba mengaku penyebab banjir ini diduga karena efek dari pengawen (perambah hutan untuk kebun) di wilayah hulu. Hal itu pun disinyalir dari kayu-kayu yang hanyut terbawa banjir adalah kayu hutan.
"Ini bukan karena ilegal logging. Tetapi kayu hutan yang hanyut ini adalah kayu-kayu hutan yang kita perkirakan karena pengawen. Sengaja dimatikan untuk dibuat kebun. Untuk masalah ini, kita segera koordinasi dengan Kesatuan Pengelola Hutan (KPH pada Dinas Kehutanan Provinsi Bali) untuk segera melakukan panggilan kepada pemegang izin pemanfaatan hutan," ucap Bupati asal Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini.
Bupati Tamba menambahkan terkait dikeluarkannya izin pemanfaatan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup di beberapa wilayah hutan, sudah ada komitmen untuk membatasi perambahan hutan. Untuk kawasan pemanfaatan hutan dibatasi dan para kelompok pengelola diwajibkan ikut serta menjaga hutan.
"Sebelumnya kita sudah ada komitmen. Namun kita juga akan dalami apakah ini adalah perambahan hutan baru atau yang dulu. Karena kalau dilihat kayu-kayu ini sudah pada mati dan jenis kayunya pun beda. Ini kayu-kayu yang tidak bisa dijual," pungkas Bupati Tamba. Sementara pasca banjir bandang, Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk mulai dibuka secara bertahap, setelah sempat ditutup karena Jembatan Biluk Poh di jalur tersebut diterjang banjir bandang dan tertutup material banjir. "Dibuka selektif untuk sepeda motor dan kendaraan kecil. Kalau kendaraan berat seperti truk belum berani melintasi jembatan," kata Kapolres Jembrana AKBP I Dewa Gde Juliana.
Pihaknya terus memantau kondisi jembatan di perbatasan Kelurahan Tegalcangkring dan Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo tersebut, dan tidak ragu-ragu akan menutup kembali jika dianggap berbahaya. Sebelumnya, banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Jembrana membuat arus lalu lintas Denpasar-Gilimanuk yang melewati kabupaten itu ditutup, karena salah satu jembatan diterjang banjir dan dipenuhi material lumpur dan kayu besar saat surut.
Tim gabungan dari sejumlah institusi bekerja keras sepanjang hari dengan alat berat, untuk menyingkirkan balok-balok kayu besar yang diduga terbawa air banjir dari hutan. Banjir bandang kali ini juga merendam ribuan rumah warga serta fasilitas umum di sejumlah lokasi di Kabupaten Jembrana. Sementara itu, kendaraan berat seperti truk arah Denpasar-Gilimanuk dan sebaliknya, dialihkan lewat Kabupaten Buleleng, karena jembatan di Kabupaten Jembrana yang diterjang banjir masih rawan untuk dilintasi kendaraan berat. *ode, ant
1
Komentar