RS Masih Rawat Satu Pasien AKI
Tidak Ada Penambahan Kasus
dr Nilawati mengingatkan, ciri utama gejala AKI yang diketahui saat ini yakni berkurangnya kuantitas air seni (kencing).
DENPASAR, NusaBali
RSUP Prof dr I GNG Ngoerah (sebelumnya RSUP Sanglah) saat ini masih merawat satu pasien yang mengalami gangguan ginjal misterius atau Acute Kidney Injury (AKI). Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 17 tahun tersebut tidak memerlukan terapi cuci darah dan kondisinya saat ini relatif stabil dan terus mengalami perbaikan.
Setelah mengalami puncak kasus pada bulan Agustus dan awal September lalu, RSUP Prof Ngoerah pada bulan ini baru menerima satu orang pasien yaitu yang saat ini sedang menjalani perawatan. Pasien ini datang ke RSUP Sanglah pada Rabu (12/10) pekan lalu.
"12 Oktober ketika kita terima fungsi ginjalnya menurun sekitar 79 persen, tanggal 13 Oktober mulai meningkat 61 persen, tanggal 14 Oktober menjadi 54 persen, kemudian tanggal 15 Oktober 46 persen. Jadi ke arah perbaikan mohon doa semoga perkembangan pasien ini membaik," terang dr Gusti Ayu Nilawati, SpA (K), MARS, dari Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof Ngoerah, yang menangani langsung pasien kepada awak media di Ruang Humas RSUP Prof Ngoerah, Senin (17/10).
dr Nilawati menjelaskan, pasien AKI yang dirawat saat ini merupakan salah satu pasien rujukan dari salah satu rumah sakit di Bali. Sebelum dirawat di RSUP Prof Ngoerah, pasien sudah dirawat di dua rumah sakit lainnya yang berbeda.
Dijelaskan, gejala awal pasien sekitar tanggal 9 Oktober yakni demam yang naik turun, kemudian nyeri perut. Kemudian dirujuk ke rumah sakit berikutnya justru demamnya masih naik turun dan nyeri perutnya semakin bertambah, diikuti jumlah air seni berkurang dalam kurun waktu 12 jam.
dr Nilawati mengingatkan, ciri utama gejala AKI yang diketahui saat ini yakni berkurangnya kuantitas air seni (kencing). "Jadi pesannya kepada masyarakat bila ada anaknya sakit apapun gejalanya perhatikan kencingnya ya," ujar dr Nilawati.
dr Nilawati juga meyakinkan, meskipun AKI saat ini merupakan penyakit misterius lantaran belum diketahui penyebabnya pihaknya berkomitmen memberikan pengobatan yang terbaik kepada para pasien AKI.
Sementara itu Ketua Tim Dokter Anak RSUP Prof Ngoerah dr I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, SpA, mengatakan proses kajian mengenai penyakit gangguan ginjal misterius ini masih terus berlanjut. Pihak RSUP Prof Ngoerah sendiri telah mengirimkan laporan secara berkala kepada pihak Kementerian Kesehatan.
"Data-data itu tentunya di pusat akan mengolah. Berapa jenis kelamin, berapa umur yang dominan, ada nggak kaitan dengan umurnya, kaitan dengan gejala awalnya apa, dan ada juga sampel darah yang memang masih kita simpan juga," ungkap dr Sanjaya.
Ketua IDAI Provinsi Bali ini menambahkan spekulasi penyebab AKI yang banyak beredar saat ini belum bisa dijadikan pegangan masyarakat. Pihaknya berharap masyarakat bersabar karena proses penelitian masih berlangsung. Meski demikian dr Sanjaya tidak menampik jika gejala yang dialami pasien di Bali mirip dengan kasus di negara Gambia (Afrika). "Untuk gejala AKI-nya mirip, penyebabnya itu yang kita tidak tahu apakah ada kesamaan, masih kita proses," kata dr Sanjaya.
Seperti diberitakan sebelumnya RSUP Prof Ngoerah menerima rujukan 17 pasien dicurigai menderita gangguan ginjal misterius atau acute kidney injury (AKI) sejak Agustus 2022. Sebanyak 11 pasien pada akhirnya tidak dapat diselamatkan atau meninggal dunia karena datang sudah dalam keadaan kondisi parah. Pasien yang dominan berusia di bawah 6 tahun tersebut sebagian besar harus menjalani terapi cuci darah. *cr78
Setelah mengalami puncak kasus pada bulan Agustus dan awal September lalu, RSUP Prof Ngoerah pada bulan ini baru menerima satu orang pasien yaitu yang saat ini sedang menjalani perawatan. Pasien ini datang ke RSUP Sanglah pada Rabu (12/10) pekan lalu.
"12 Oktober ketika kita terima fungsi ginjalnya menurun sekitar 79 persen, tanggal 13 Oktober mulai meningkat 61 persen, tanggal 14 Oktober menjadi 54 persen, kemudian tanggal 15 Oktober 46 persen. Jadi ke arah perbaikan mohon doa semoga perkembangan pasien ini membaik," terang dr Gusti Ayu Nilawati, SpA (K), MARS, dari Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof Ngoerah, yang menangani langsung pasien kepada awak media di Ruang Humas RSUP Prof Ngoerah, Senin (17/10).
dr Nilawati menjelaskan, pasien AKI yang dirawat saat ini merupakan salah satu pasien rujukan dari salah satu rumah sakit di Bali. Sebelum dirawat di RSUP Prof Ngoerah, pasien sudah dirawat di dua rumah sakit lainnya yang berbeda.
Dijelaskan, gejala awal pasien sekitar tanggal 9 Oktober yakni demam yang naik turun, kemudian nyeri perut. Kemudian dirujuk ke rumah sakit berikutnya justru demamnya masih naik turun dan nyeri perutnya semakin bertambah, diikuti jumlah air seni berkurang dalam kurun waktu 12 jam.
dr Nilawati mengingatkan, ciri utama gejala AKI yang diketahui saat ini yakni berkurangnya kuantitas air seni (kencing). "Jadi pesannya kepada masyarakat bila ada anaknya sakit apapun gejalanya perhatikan kencingnya ya," ujar dr Nilawati.
dr Nilawati juga meyakinkan, meskipun AKI saat ini merupakan penyakit misterius lantaran belum diketahui penyebabnya pihaknya berkomitmen memberikan pengobatan yang terbaik kepada para pasien AKI.
Sementara itu Ketua Tim Dokter Anak RSUP Prof Ngoerah dr I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, SpA, mengatakan proses kajian mengenai penyakit gangguan ginjal misterius ini masih terus berlanjut. Pihak RSUP Prof Ngoerah sendiri telah mengirimkan laporan secara berkala kepada pihak Kementerian Kesehatan.
"Data-data itu tentunya di pusat akan mengolah. Berapa jenis kelamin, berapa umur yang dominan, ada nggak kaitan dengan umurnya, kaitan dengan gejala awalnya apa, dan ada juga sampel darah yang memang masih kita simpan juga," ungkap dr Sanjaya.
Ketua IDAI Provinsi Bali ini menambahkan spekulasi penyebab AKI yang banyak beredar saat ini belum bisa dijadikan pegangan masyarakat. Pihaknya berharap masyarakat bersabar karena proses penelitian masih berlangsung. Meski demikian dr Sanjaya tidak menampik jika gejala yang dialami pasien di Bali mirip dengan kasus di negara Gambia (Afrika). "Untuk gejala AKI-nya mirip, penyebabnya itu yang kita tidak tahu apakah ada kesamaan, masih kita proses," kata dr Sanjaya.
Seperti diberitakan sebelumnya RSUP Prof Ngoerah menerima rujukan 17 pasien dicurigai menderita gangguan ginjal misterius atau acute kidney injury (AKI) sejak Agustus 2022. Sebanyak 11 pasien pada akhirnya tidak dapat diselamatkan atau meninggal dunia karena datang sudah dalam keadaan kondisi parah. Pasien yang dominan berusia di bawah 6 tahun tersebut sebagian besar harus menjalani terapi cuci darah. *cr78
1
Komentar