Badung Bertekad Kembalikan Kejayaan Kakao
Dulu Primadona, Kini Kurang Terawat
MANGUPURA, NusaBali
Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung memberikan pelatihan budidaya kakao kepada puluhan petani kakao di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Petang, Minggu (23/10).
Badung bertekad ingin mengembalikan kejayaan produksi kakao di Gumi Keris. Keseriusan tersebut akan dimulai dengan langkah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) hingga membuat demplot dan pelatihan kepada petani.
Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana, mengatakan kakao atau lebih dikenal dengan buah coklat sempat menjadi primadona petani di Badung sekitar tahun 1995-an. Sebelum akhirnya meredup seiring munculnya hama busuk buah dan masuknya berbagai komoditas baru seperti jeruk, asparagus, kopi, dan vanili. Pelatihan budi daya kakao tersebut diikuti 30 orang petani yang memang sejak awal memiliki kebun kakao. Namun saat ini kurang dirawat dan umurnya tua.
“Dengan bergairahnya kembali pasar kakao internasional dan berkembangnya pabrik pengolahan coklat, kami mendorong petani kakao di Badung untuk bangkit kembali melalui pelatihan budidaya kakao,” ujar Wijana.
Dikatakan, permintaan pasar terhadap komoditas kakao terus meningkat. Berdasarkan hasil pendataan luas tanaman kakao di Badung saat ini sekitar 434 hektar. Namun sebagian besar tidak dirawat dan umurnya sudah di atas 25 tahun, sehingga produksinya rendah. “Untuk itu kami sudah merancang sejumlah strategi untuk membangkitkan kembali kejayaan tanaman kakao,” kata mantan Kabag Organisasi Setda Badung ini.
Wijana menambahkan, strategi kebangkitan produksi kakao ini diawali dengan kegiatan FGD untuk membedah permasalahan yang dihadapi petani kakao melibatkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali. Selain itu, juga menjalin kerja sama dengan Puslit Kopi dan Kakao Jember untuk melakukan penelitian dan survei kualitas kakao, serta penanganan pasca panen.
“Mulai tahun depan akan dilaksanakan kegiatan peremajaan tanaman kakao untuk mengganti tanaman kakao yang usianya sudah tua,” tegas Wijana.
Pihaknya juga akan membuat Demplot Kakao sebagai tempat edukasi dan standarisasi kualitas kakao. Petani juga sudah dilatih pengolahan pasca panen untuk membuat fermentasi kakao yang berkualitas agar sesuai dengan permintaan pasar. “Saat ini sudah ada beberapa pengusaha yang berminat menjalin kerja sama pemasaran kakao untuk diolah menjadi coklat maupun untuk diekspor,” kata mantan Camat Kuta Selatan ini. *ind
1
Komentar