Dulu Raup Untung Besar, Kini Andalkan Eceran
Kisah Para Penjual Masker
DENPASAR, NusaBali
Pada awal virus COVID19 merebak di Indonesia khususnya Pulau Bali sejak awal tahun 2020, keberadaan masker medis bisa dibilang sangat langka. Bahkan banyak orang melakukan panic buying (penimbunan beberapa barang) yang berimbas kepada kelangkaan masker medis.
Namun seiring dengan pengumuman Presiden Joko Widodo dalam konferensi pers di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (17/5) lalu tentang pelonggaran penggunaan masker untuk masyarakat, berimbas kepada para pedagang penjual masker.
Dari pantauan NusaBali.com, masuk di tahun ketiga masa pandemi yang kini bertransisi menjadi endemi, mengakibatkan puluhan pedagang di sepanjang Jalan Raya Puputan Renon bisa dihitung dengan jari.
Hal ini dirasakan oleh salah satu pedagang bermobil, Kadek Sukarma yang mengatakan jika akhir-akhir ini penjualan masker sangat terasa penurunannya.
“Penjualan masker berkurang akibat yang memakai masker pun saat ini jarang,” ujar Kadek Sukarma saat ditemui ketika sedang berjualan, Sabtu (22/10) siang.
Lebih lanjut, ia menuturkan penurunan ini ia rasakan signifikan ketika pemerintah mengeluarkan pengumuman masa transisi pandemi ke endemi pada bulan Mei lalu. Tak Ayal, omzet yang ia dapatkan pun berkurang.
“Berjualan dari masuk pandemi tahun 2020, waktu itu penjualan masker sangat meningkat sekali. Sehari bisa menjual 10 atau lebih kotak masker,” paparnya.
Awalnya ia bisa mengantongi uang sebesar Rp 200 ribu per hari atau lebih, saat ini kata Kadek Sukarma mendapat Rp 100 ribu saja sulit.
“Paling tidak sekarang laku satu kotak masker saja, tetapi untuk yang masker eceran masih ada saja yang beli karena ada yang ingin ke Mall atau ke Bank kan masih harus menggunakan masker,” jelasnya.
Harganya yang ia patok pun tak sebanding dengan harga yang dulu ia jual. Saat awal pandemi ia menjual satu kotak masker medis dengan harga Rp 25 ribu – Rp 30 ribu sudah laku keras di pasaran. Kini, banyak konsumen yang menawar dagangannya.
“Sekarang saya jual Rp 20 ribu per kotak namun masih saja ada yang menawar. Kalau eceran saya jual Rp 5 ribu isi 5 pieces,” ujar pria asal Karangasem.
Nasib yang sama dialami pedagang asongan, Wayan Mayuni, 45, saat ditemui Jalan Puputan Renon Nomor 2. Mayuni yang sudah berjualan sejak tahun 2021 kini juga mengalami penurunan pendapatan.
“Dulu saya mendapat penghasilan Rp 100 ribu sekarang hanya dapat Rp 25 ribu saja itu pun tidak menentu,” ujar Mayuni, Sabtu (22/10) siang.
Masker yang ia jual dominan masker eceran yang sudah di bungkus menggunakan plastik transparan. Harga yang ditawarkan pun tidak mahal. Satu bungkus plastik masker (duckbill atau KF94) seharga Rp 5 ribu untuk 2 pieces.
“Yang jadi favorit orang itu biasanya KF94 atau duckbill yang berwarna hitam atau putih,” pungkasnya. Tidak hanya berimbas kepada pedagang masker di pinggir jalan. Toko Mooi Shop Klungkung yang berlokasi di Jalan Flamboyan Nomor 16 Klungkung, Bali juga mengalami hal yang sama sejak pertengahan tahun 2022. Perbandingan penjualan masker menurun hingga 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. *
Komentar