nusabali

Stok Kedelai Terbatas, Pemerintah Waspada

  • www.nusabali.com-stok-kedelai-terbatas-pemerintah-waspada

JAKARTA, NusaBali
Badan Pangan Nasional (BPN) atau Nasional Food Agency (NFA) mewaspadai kondisi ketahanan pangan dalam negeri, khususnya pada komoditas kedelai yang stoknya terbatas. Sebab, berdasarkan data BPN rata-rata stok kedelai mencapai 7 hari.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan BPN, I Gusti Ketut Astawa mengatakan, terbatasnya stok kedelai tentu akan berpengaruh terhadap para pengrajin tahu dan tempe. Lantaran, kedelai merupakan bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe.


"Posisi pangan kita, untuk kedelai 7 hari. Ini yang sangat perlu kita perhatikan. Kalau di daerah Jawa, daerah pengrajin tahu tempe, kedelai menjadi komoditas yang sangat diperlukan," ungkapnya dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sulawesi Selatan, seperti dilansir kompas.com, Senin (24/10).

Adapun semakin terbatasnya pasokan kedelai tentu akan berpengaruh pada nilai jual di pasaran. Menurutnya, harga kedelai saat ini mungkin sudah di kisaran Rp 14.000 per kilogram, padahal tren harga sebelumnya tak sebesar itu.

Oleh sebab itu, kata Astawa, BPN akan menata kembali cadangan pangan dalam negeri, termasuk di dalamnya mengatur kedelai, guna menjaga pasokannya dan stabilisasi harga. Maka dalam hal ini, peran Perum Bulog juga diperlukan untuk menjaga pasokan.

Saat ini tengah disusun Peraturan Presiden (Perpres) terkait cadangan pangan, di mana nantinya beras, jagung, dan kedelai menjadi komoditas utama yang akan ditata pengelolaannya. Bulog pun akan menguasai pengelolaan tiga komoditas itu untuk pengendalian harga.

Lewat beleid itu, Bulog dimungkinkan untuk mendapat penugasan memenuhi cadangan pangan, sekaligus sebagai off taker dari produksi kedelai dalam negeri maupun impor.

Saat ini Perpres tersebut hanya tinggal menunggu persetujuan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Astawa pun berharap ke depannya Bulog bisa kembali melakukan impor, khususnya pada kedelai guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pasalnya, Bulog memang memiliki kewenangan untuk melakukan impor sejumlah komoditas.

"(Harga kedelai) ini harus kita jaga dan tidak boleh dibiarkan. Oleh karena itu, ke depan kita berharap juga Bulog bisa menata kembali, mengembalikan kembali, dan mengimpor kembali," ungkapnya.

Kendati demikian, ia menekankan, peningkatan produksi kedelai dalam negeri juga perlu menjadi perhatian. Maka dalam hal ini, pemerintah perlu mendorong para pelaku di sektor pertanian untuk mau meningkatkan produksi dan memperkuat pasokan kedelai dalam negeri.

"Karena bagaimana pun kita tidak bisa juga bergantung dengan produksi luar negeri. Oleh karena itu dorongan-dorongan untuk produksi dalam negeri perlu kita kuatkan buat pengadaannya," jelas Astawa.

Stok komoditas lain Di sisi lain, dia juga mengungkapkan posisi stok komoditas pangan lainnya. Seperti stok beras yang tercatat 88 hari, jagung 52 hari, bawang merah 39 hari, cabai besar 12 hari, daging lembu 82 hari, ayam ras 62 hari, telur ayam ras 3 hari, gula konsumsi 149 hari, dan minyak goreng 77 hari.

Ia mengatakan, di tengah ancaman resesi global saat ini, maka penting untuk mewaspadai ketahanan pangan nasional. Sebab, meskipun Indonesia dikenal dengan kesuburan tanah dan kekayaan alamnya, namun kondisi sesungguhnya tak semua daerah memiliki pasokan komoditas pangan yang merata.

"Kalau kita bicara resesi pangan, mudah-mudahan tidak, namun kita wajib waspada. Kita tidak boleh terpaku dengan kalimat 'kayu dan batu jadi tanaman di Indonesia'. Jangan. Itu berbahaya, seolah-olah semua daerah kita subur, padahal kondisi riil di lapangan adalah ada daerah surplus, ada daerah defisit," papar dia. *

Komentar