Pascabanjir Tewaskan 2 Warga di Karangasem, Hanya 3 Sungai Dinormalisasi
Di sungai itu terjadi luapan air karena alur sungai tidak tertata karena terjadi penyempitan alur sungai.
AMLAPURA, NusaBali
Pemkab Karangasem melalui Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) hanya mampu menormalisasi tiga sungai, pascabanjir yang menelan 2 korban jiwa dan menghanyutkan belasan rumah, serta 63 KK mengungsi.
Padahal banyak sungai hancur, aliran airnya tidak terarah, dan menyebabkan kerusakan di sejumlah tempat.
"Kami hanya menganggarkan normalisasi tiga sungai dari perencanaan anggaran sebelum bencana banjir itu terjadi," jelas Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Karangasem I Made Wiguna dihubungi, di Amlapura, Selasa (25/10).
Tiga sungai yang dinormalisasi dengan anggaran di APBD Perubahan 2022, yakni Tukad Eling di Banjar Tunas Sari, Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu dengan biaya Rp 150 juta, Tukad Ketes di Banjar/Desa Bunutan, Kecamatan Abang dengan biaya Rp 150 juta, dan Tukad Buatan di Objek Wisata Candidasa, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, biaya Rp 100 juta. “Anggaran ini direncanakan sebelum bencana banjir," jelas I Made Wiguna.
Diakui, banyak sungai yang hancur hingga perlu dinormalisasi pascabanjir. Seperti, di Kecamatan Selat, Kecamatan Abang, Kecamatan Kubu, dan Kecamatan Bebandem. Banyak pohon-pohon tumbang di alur sungai belum dilakukan penataan, khawatir jika kembali hujan lebat turun, aliran air tidak terkontrol. Misalnya, di Sungai panti, menghubungkan Banjar Tukad Sabuh, Banjar Geriana Kauh di Desa Duda Utara tembus ke Banjar Bambang Biaung, Desa Duda, Kecamatan Selat. Di sungai itu terjadi luapan air karena alur sungai tidak tertata karena terjadi penyempitan alur sungai.
Begitu juga di Sungai Santhi, Banjar Santhi, Desa/Kecamatan Selat yang airnya meluap hingga menelan dua korban warga Banjar Santhi, begitu juga di sungai lainnya. Diupayakan, anggaran normalisasi sungai dianggarkan di APBD 2023.
Mantan anggota DPRD Karangasem I Nengah Suardana berharap agar pemerintah cepat tanggap melakukan normalisasi sungai agar banjir tidak terulang. "Saya berharap pemerintah cepat melakukan normalisasi, jangan sampai banjir keduakalinya terulang. Salah satunya, Sungai Panti, yang alurnya menyempit," harap I Nengah Suardana, yang asal Banjar Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat.*k16
Padahal banyak sungai hancur, aliran airnya tidak terarah, dan menyebabkan kerusakan di sejumlah tempat.
"Kami hanya menganggarkan normalisasi tiga sungai dari perencanaan anggaran sebelum bencana banjir itu terjadi," jelas Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Karangasem I Made Wiguna dihubungi, di Amlapura, Selasa (25/10).
Tiga sungai yang dinormalisasi dengan anggaran di APBD Perubahan 2022, yakni Tukad Eling di Banjar Tunas Sari, Desa Tianyar Timur, Kecamatan Kubu dengan biaya Rp 150 juta, Tukad Ketes di Banjar/Desa Bunutan, Kecamatan Abang dengan biaya Rp 150 juta, dan Tukad Buatan di Objek Wisata Candidasa, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, biaya Rp 100 juta. “Anggaran ini direncanakan sebelum bencana banjir," jelas I Made Wiguna.
Diakui, banyak sungai yang hancur hingga perlu dinormalisasi pascabanjir. Seperti, di Kecamatan Selat, Kecamatan Abang, Kecamatan Kubu, dan Kecamatan Bebandem. Banyak pohon-pohon tumbang di alur sungai belum dilakukan penataan, khawatir jika kembali hujan lebat turun, aliran air tidak terkontrol. Misalnya, di Sungai panti, menghubungkan Banjar Tukad Sabuh, Banjar Geriana Kauh di Desa Duda Utara tembus ke Banjar Bambang Biaung, Desa Duda, Kecamatan Selat. Di sungai itu terjadi luapan air karena alur sungai tidak tertata karena terjadi penyempitan alur sungai.
Begitu juga di Sungai Santhi, Banjar Santhi, Desa/Kecamatan Selat yang airnya meluap hingga menelan dua korban warga Banjar Santhi, begitu juga di sungai lainnya. Diupayakan, anggaran normalisasi sungai dianggarkan di APBD 2023.
Mantan anggota DPRD Karangasem I Nengah Suardana berharap agar pemerintah cepat tanggap melakukan normalisasi sungai agar banjir tidak terulang. "Saya berharap pemerintah cepat melakukan normalisasi, jangan sampai banjir keduakalinya terulang. Salah satunya, Sungai Panti, yang alurnya menyempit," harap I Nengah Suardana, yang asal Banjar Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat.*k16
1
Komentar