Petani Buah Naga Tak Terpengaruh Perubahan Cuaca
GIANYAR, NusaBali
Tanaman buah naga memasuki musim berbuah mulai September hingga April. Meskipun rentang waktu ini sering diguyur hujan, panen buah naga tidak terpengaruh perubahan cuaca.
Petani buah naga, I Gede Wahyu, 45, mengatakan saat curah hujan tinggi, cenderung membuat PH tanah asam. Petani melakukan antisipasi dengan menebar kampur dolomit atau kapir pertanian.
Memasuki musim berbuah, Gede Wahyu memanfaatkan cahaya lampu untuk membantu penyerbukan. Dalam satu bulan, hasil buah naga organik mencapai 1 ton. Menurut Gede Dinor, hasil 1 ton per bulan belum bisa memenuhi permintaan pasar lokal. Harga buah naga Rp 15.000 per kilogram. Jika ada upacara keagamaan, naik mencapai Rp 20.000 per kilogram. “Sebelum musim buah, kami jual Rp 20.000 per kilogram. Saat musim buah harganya turun jadi Rp 15.000 per kilogram. Menurut saya wajar,” ujar petani yang akrab disapa Gede Dinor ini, Rabu (26/10).
Kebun buah naga organik dikelola oleh 9 kepala keluarga (KK) yang spesial mengembangkan buah naga organik. Pada lahan hampir 1 hektare, kelompok tani ini sudah memasang 550 titik lampu. Tujuannya agar tanaman buah naga mendapatkan penyinaran maksimal. Hal ini berpengaruh pada peningkatan hasil panen. Dengan bantuan penyinaran buatan, dalam sebulan kebun organik ini menghasilkan 1,5 ton sampai 2 ton buah naga. Agar hasilnya maksimal, buah naga perlu penyinaran selama 12 jam sehari.
Petani memasang ratusan lampu pijar kuning berkekuatan masing-masing 15 watt. “Kami pakai timer, mulai nyala pukul 18.00 Wita, padam pukul 23.00 Wita,” jelas Gede Dinor. Keunggulan buah naga organik yakni tekstur buah lebih padat, rasa buah segar perpaduan 80% manis dan 20% asam kecut, dan daya tahan buah organik lebih lama sekitar 10 hari tanpa masuk kulkas. “Buah naga biasanya tiga hari sudah busuk,” ungkap Gede Dinor.
Gede Dinor mengatakan, ada hitungan waktu untuk memetik buah naga. Patokannya awal pemasangan lampu. Tanaman yang mendapatkan penyinaran maksimal 12 jam per hari, idealnya berbunga setelah satu bulan. Campur tangan manusia diperlukan untuk proses penyerbukan. “Karena di malam hari tidak ada serangga, hanya mengandalkan tiupan angin,” jelas Gede Dinor. Tanaman buah naga yang dibantu penyerbukannya diyakini menghasilkan buah yang lebih besar dibandingkan penyerbukan alami.
Saat buah sudah bermunculan, Gede Dinor bersama anggota kelompok tani yang lain mulai berkeliling melakukan pemetikan. “Dua hari sekali kami panen secara kontinyu selama 10 hari. Beri jeda 10 hari, kembali panen. Akumulasi per bulan bisa dapat 1,5 ton sampai 2 ton buah naga,” jelas Gede Dinor. Pemasaran buah naga organik langsung ke toko buah kawasan Gianyar, Klungkung, Denpasar, dan Badung. Gede Dinor tetap fokus memenuhi pasar lokal meskipun adaa tawaran eksporet dari pengusaha Cina. *nvi
1
Komentar