RSUD Buleleng Diminta Lengkapi Alat Cuci Darah Anak
SINGARAJA, NusaBali
DPRD Buleleng mendorong RSUD Buleleng melakukan penelitian dan penyiapan alat penanganan penyakit gagal ginjal akut pada anak yang sedang mencuat saat ini.
RSUD Buleleng pun diharapkan mulai memikirkan untuk pengadaan alat cuci darah khusus untuk anak. Hal itu disampaikan Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Kamis (27/10). Kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak saat ini, merupakan isu dunia. Kasus yang muncul pun harus menjadi perhatian bersama, apalagi di Bali sudah ada 17 kasus yang terdeteksi, 11 diantaranya meninggal dunia.
“Ini menjadi perhatian besar kedepannya, Karena ini penyakit baru harus dipelajari. Dokter di rumah sakit juga harus mempersiapkan segala sesuatu, penanganannya seperti apa, kesiapan alat dan kebutuhan penanganan pasien dengan gagal ginjal akut,” ucap Supriatna.
Sekretaris DPC PDI Perjuangan Buleleng ini juga mengatakan, mestinya Pemkab Buleleng mulai memikirkan untuk pengadaan alat cuci darah di RSUD Buleleng. Hal ini untuk mengantisipasi perkembangan kasus baru yang menimpa anak-anak.
“Nanti pada pembahasan APBD 2023 akan kami diskusikan dengan Dinkes, RSUD dan Pemkab Buleleng untuk bisa menyiapkan beberapa alat cuci darah untuk anak,” imbuh Supriatna.
Sementara itu Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha, dikonfirmasi terpisah kemarin mengatakan untuk pengadaan alat cuci darah untuk anak di RSUD Buleleng, dinilai belum efektif dan efisien. Sebab penyakit yang diderita anak dan memerlukan cuci darah khusus masih sangat jarang. Tahun ini saja hanya tercatat 1 orang pasien anak yang sedang menjalani cuci darah.
“Kasusnya sangat jarang, tahun ini ada satu dan itu sudah kasus lama, bukan kasus baru. Saya rasa karena kasusnya jarang belum efektif untuk pengadaan. Sementara penanganannya dirujuk ke RSU Prof I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah (RSUP) Sanglah,” kata Arya Nugraha.
Penyediaan layanan cuci darah pada anak menurutnya tidak hanya persoalan penyiapan alat. Tetapi juga harus diikuti dengan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yakni dokter spesialis anak konsultan ginjal.
“Kalau alat bisa dimodifikasi. Kalau pasien remaja bisa dengan sarana yang sudah ada. Tetapi kalau yang balita belum bisa karena harus di-handle dokter spesialis anak konsultasi ginjal. Sehingga kalau sudah ada dokter spesifikasi khusus baru bisa dilakukan pelayanan,” terang pejabat asal Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar Buleleng ini. *k23
“Ini menjadi perhatian besar kedepannya, Karena ini penyakit baru harus dipelajari. Dokter di rumah sakit juga harus mempersiapkan segala sesuatu, penanganannya seperti apa, kesiapan alat dan kebutuhan penanganan pasien dengan gagal ginjal akut,” ucap Supriatna.
Sekretaris DPC PDI Perjuangan Buleleng ini juga mengatakan, mestinya Pemkab Buleleng mulai memikirkan untuk pengadaan alat cuci darah di RSUD Buleleng. Hal ini untuk mengantisipasi perkembangan kasus baru yang menimpa anak-anak.
“Nanti pada pembahasan APBD 2023 akan kami diskusikan dengan Dinkes, RSUD dan Pemkab Buleleng untuk bisa menyiapkan beberapa alat cuci darah untuk anak,” imbuh Supriatna.
Sementara itu Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha, dikonfirmasi terpisah kemarin mengatakan untuk pengadaan alat cuci darah untuk anak di RSUD Buleleng, dinilai belum efektif dan efisien. Sebab penyakit yang diderita anak dan memerlukan cuci darah khusus masih sangat jarang. Tahun ini saja hanya tercatat 1 orang pasien anak yang sedang menjalani cuci darah.
“Kasusnya sangat jarang, tahun ini ada satu dan itu sudah kasus lama, bukan kasus baru. Saya rasa karena kasusnya jarang belum efektif untuk pengadaan. Sementara penanganannya dirujuk ke RSU Prof I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah (RSUP) Sanglah,” kata Arya Nugraha.
Penyediaan layanan cuci darah pada anak menurutnya tidak hanya persoalan penyiapan alat. Tetapi juga harus diikuti dengan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yakni dokter spesialis anak konsultan ginjal.
“Kalau alat bisa dimodifikasi. Kalau pasien remaja bisa dengan sarana yang sudah ada. Tetapi kalau yang balita belum bisa karena harus di-handle dokter spesialis anak konsultasi ginjal. Sehingga kalau sudah ada dokter spesifikasi khusus baru bisa dilakukan pelayanan,” terang pejabat asal Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar Buleleng ini. *k23
1
Komentar