Pamedek Tergelincir, Evakuasi 2,5 Jam
Seorang pamedek (umat sedharma yang tangkil sembahyang) tergelincir di ketinggian 2.400 meter dari permukaan laut (Dpl), usai menggelar upacara ritual Nuur Ida Batara Tirta dan Mulang Pakelem di puncak Gunung Agung, Karangasem pada Wraspati Wage Pujut, Kamis (4/5).
Musibah Usai Upacara Pakelem di Puncak Gunung Agung
AMLAPURA, NusaBali
Beruntung, korban I Gede Tanu, 65, pamedek asal Banjar Tanah Lengis, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem selamat dari maut dan berhasil dievakuasi selama 2,5 jam dalam kondisi terluka.
Sebelum musibah terjadi, korban I Gede Tanu menggelar ritual Nuur Ida Batara Tirtha dan Mulang Pakelem di puncak Gunung Agung, sehubungan akan dilaksanakann Karya Mamungkah lan Nubung Daging di Pura Pamaksan Pandan, Desa Ababi pada Buda Kliwon Pahang, Rabu (10/5) depan. Korban berangkat ke puncak Gunung Agung bersama rombongan berjumlah 152 orang, yang merupakan perwakilan dari 113 KK krama penyungsung Pura Pamaksan Pandan.
Rombongan krama penyungsung Pura Pamaksan Pandan ini berangkat dari Banjar Pikat, Desa Ababi, Rabu (3/5) malam sekitar pukul 22.00 Wita, dengan diangkut tiga kendaraan Truk, masing-masing DK 9516 SJ, DK 9502 SL, dan DK 9575 SM. Kemudian, mereka mendaki Gunung Agung dari jaba Pura Pasar Agung di Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Kamis dinihari sekitar pukul 01.00 Wita, setelah lebih dulu matur piuning di pura tersebut.
Setelah tirtha didapatkan, rombongan pamadek dari krama penyungsung Pura Pamaksan Pandan ini lanjut naik ke puncak Gunung Agung di ketinggian 3.141 Dpl, untuk menggelar menggelar upacara Mulang Pakelem. Korban Gede Tanu berjalan di barisan terdepan dalam rombongan ini. Usai prosesi Mulang Pakelem, Kamis subuh sekitar pukul 05.30 Wita mereka kembali turun dari puncak Gunung Agung.
Iring-iringan pemedek baru bergerak sekitar 1.000 meter, ketika korban I Gede Tanu yang berjalan di posisi terdepan tiba-tiba terpeleset jatuh, karena jalur licin akibat diguyur gerimis. Usai terjatuh, ayah dua anak dan satu cucu ini langsung terguling-guling ke bawah. Beruntung, tubuh Gede Tanu yang tergelincur ke bawah akhirnya terhenti setelah menabrak seorang wisatawan yang sedang mendaki ke puncak Gunung Agung.
Pramuwisata Gunung Agung, I Nengah Kariana, asal Banjar Junggul, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem yang kebetulan memandu dua wisatawan mendaki Gunung Agung, langsung memeriksa kondisi korban Gede Tanu. Saat diperiksa, korban dalam kondisi sadar, namun mengalami luka-luka bengkak di bagian kepala, pinggang, dan kaki kanan.
Selanjutnya, salah satu pamedek (dalam rombongan korban) yang kebetulan anggota Orari langsung menghubungi rekannya, I Wayan Suarta. Kemudian, Wayan Suarta berkoordinasi dengan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem dan Basarnas Pos SAR Karangasem untuk melakukan evakuasi. Pada akhirnya, petugas gabungan dari Basarnas Pos SAR Karangasem (berjumlah 8 orang), BPBD Karangasem (berjumlah 7 orang), Orari (berjumlah 9 orang), Polsek Selat (berjumlah 5 orang), dan petugas kesehatan (berjumlah 3 orang) datang mengevakuasi korban Gede Tanu.
Tim Gabungan tiba di lokasi TKP lereng Gunung Agung, Kamis pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Wakapolres Karangasem, Kompol AA Gede Mudita, juga ikut terjun bersama Kapolsek Selat AKP I Made Sudartawan, Camat Selat I Nengah Danu, dan Perbekel Amerta Bhuana (Kecamatan Selat) I Wayan Suara.
Namun, petugas sempat kesulitan melakukan evakuasi, karena belum ada tandu, di samping korban Gede Tanu sulit diangkat lantaran sekujur tubuhnya terasa sakit. Setelah petugas Basarnas Pos SAR Karangasem mengupayakan tandu, barulah korban Gede Tanu mulai dievakuasi siang sekitar pukul 11.00 Wita.
Selama proses evakuasi korban menuruni Gunung Agung yang berlangsung sekitar 2,5 jam hingga pukul 14.30 Wita, petugas gabungan sempat empat kali istirahat. “Kami sempat kesulitan mengevakuasi korban, karena jalannya licin, selain juga tandu hanya bisa dipikul oleh dua orang,” jelas Koordinator Rescue Basarnas Pos SAR Karangasem, I Gusti Ngurah Eka Wiadnyana.
Korban Gede Tanu kemarin siang langsung dibawa ke Puskesmas Selat, dengan diantar langsung petugas medis dr Ni Nyoman Srinadi MM. “Saya belum tahu seberapa parah luka yang diderita korban. Nantilah, setelah saya selesai mengeceknya,” jelas dr Srinadi. Hingga kemarin sore, korban Gede Tanu masih dirawat di Puskesmas Selat.
Sementara itu, adik korban, I Made Kerta, menyatakan Gede Tanu selama ini sering ngayah mendaki Gunung Agung terkait upacara ritual mulang pakelem. “Walau usianya sudah 65 tahun, kakak saya memiliki fisik yang kuat untuk mendaki,” jelas Made Kerta. * k16
AMLAPURA, NusaBali
Beruntung, korban I Gede Tanu, 65, pamedek asal Banjar Tanah Lengis, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem selamat dari maut dan berhasil dievakuasi selama 2,5 jam dalam kondisi terluka.
Sebelum musibah terjadi, korban I Gede Tanu menggelar ritual Nuur Ida Batara Tirtha dan Mulang Pakelem di puncak Gunung Agung, sehubungan akan dilaksanakann Karya Mamungkah lan Nubung Daging di Pura Pamaksan Pandan, Desa Ababi pada Buda Kliwon Pahang, Rabu (10/5) depan. Korban berangkat ke puncak Gunung Agung bersama rombongan berjumlah 152 orang, yang merupakan perwakilan dari 113 KK krama penyungsung Pura Pamaksan Pandan.
Rombongan krama penyungsung Pura Pamaksan Pandan ini berangkat dari Banjar Pikat, Desa Ababi, Rabu (3/5) malam sekitar pukul 22.00 Wita, dengan diangkut tiga kendaraan Truk, masing-masing DK 9516 SJ, DK 9502 SL, dan DK 9575 SM. Kemudian, mereka mendaki Gunung Agung dari jaba Pura Pasar Agung di Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Kamis dinihari sekitar pukul 01.00 Wita, setelah lebih dulu matur piuning di pura tersebut.
Setelah tirtha didapatkan, rombongan pamadek dari krama penyungsung Pura Pamaksan Pandan ini lanjut naik ke puncak Gunung Agung di ketinggian 3.141 Dpl, untuk menggelar menggelar upacara Mulang Pakelem. Korban Gede Tanu berjalan di barisan terdepan dalam rombongan ini. Usai prosesi Mulang Pakelem, Kamis subuh sekitar pukul 05.30 Wita mereka kembali turun dari puncak Gunung Agung.
Iring-iringan pemedek baru bergerak sekitar 1.000 meter, ketika korban I Gede Tanu yang berjalan di posisi terdepan tiba-tiba terpeleset jatuh, karena jalur licin akibat diguyur gerimis. Usai terjatuh, ayah dua anak dan satu cucu ini langsung terguling-guling ke bawah. Beruntung, tubuh Gede Tanu yang tergelincur ke bawah akhirnya terhenti setelah menabrak seorang wisatawan yang sedang mendaki ke puncak Gunung Agung.
Pramuwisata Gunung Agung, I Nengah Kariana, asal Banjar Junggul, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem yang kebetulan memandu dua wisatawan mendaki Gunung Agung, langsung memeriksa kondisi korban Gede Tanu. Saat diperiksa, korban dalam kondisi sadar, namun mengalami luka-luka bengkak di bagian kepala, pinggang, dan kaki kanan.
Selanjutnya, salah satu pamedek (dalam rombongan korban) yang kebetulan anggota Orari langsung menghubungi rekannya, I Wayan Suarta. Kemudian, Wayan Suarta berkoordinasi dengan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem dan Basarnas Pos SAR Karangasem untuk melakukan evakuasi. Pada akhirnya, petugas gabungan dari Basarnas Pos SAR Karangasem (berjumlah 8 orang), BPBD Karangasem (berjumlah 7 orang), Orari (berjumlah 9 orang), Polsek Selat (berjumlah 5 orang), dan petugas kesehatan (berjumlah 3 orang) datang mengevakuasi korban Gede Tanu.
Tim Gabungan tiba di lokasi TKP lereng Gunung Agung, Kamis pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Wakapolres Karangasem, Kompol AA Gede Mudita, juga ikut terjun bersama Kapolsek Selat AKP I Made Sudartawan, Camat Selat I Nengah Danu, dan Perbekel Amerta Bhuana (Kecamatan Selat) I Wayan Suara.
Namun, petugas sempat kesulitan melakukan evakuasi, karena belum ada tandu, di samping korban Gede Tanu sulit diangkat lantaran sekujur tubuhnya terasa sakit. Setelah petugas Basarnas Pos SAR Karangasem mengupayakan tandu, barulah korban Gede Tanu mulai dievakuasi siang sekitar pukul 11.00 Wita.
Selama proses evakuasi korban menuruni Gunung Agung yang berlangsung sekitar 2,5 jam hingga pukul 14.30 Wita, petugas gabungan sempat empat kali istirahat. “Kami sempat kesulitan mengevakuasi korban, karena jalannya licin, selain juga tandu hanya bisa dipikul oleh dua orang,” jelas Koordinator Rescue Basarnas Pos SAR Karangasem, I Gusti Ngurah Eka Wiadnyana.
Korban Gede Tanu kemarin siang langsung dibawa ke Puskesmas Selat, dengan diantar langsung petugas medis dr Ni Nyoman Srinadi MM. “Saya belum tahu seberapa parah luka yang diderita korban. Nantilah, setelah saya selesai mengeceknya,” jelas dr Srinadi. Hingga kemarin sore, korban Gede Tanu masih dirawat di Puskesmas Selat.
Sementara itu, adik korban, I Made Kerta, menyatakan Gede Tanu selama ini sering ngayah mendaki Gunung Agung terkait upacara ritual mulang pakelem. “Walau usianya sudah 65 tahun, kakak saya memiliki fisik yang kuat untuk mendaki,” jelas Made Kerta. * k16
1
Komentar