Keluarga Korban Mendapat Tekanan Agar Menolak Adanya Autopsy, Banyak Dokter Enggan Ungkap soal Kanjuruhan
JAKARTA, NusaBali
Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Laode M Syarif membenarkan banyak dokter di rumah sakit Malang yang enggan memberikan keterangan penyebab kematian korban tragedi Kanjuruhan.
"Betul, ada keengganan dari dokter-dokter yang di sana untuk memberikan keterangan kematian mengapa ini meninggal. Ada rusuk yang patah, tangan yang terkilir, ada mata yang benar-benar merah, itu mereka belum berani memberikan kesaksian itu," kata Laode di DPP Perindo, Menteng, Jakarta Pusat, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Sabtu (29/10).
Laode menyebut salah satu alasan keengganan para dokter tersebut karena dibayangi dengan ruwetnya proses penyelidikan dan penyidikan, misalnya mereka harus dipanggil dan hadir sebagai saksi dan sebagainya. Ia juga menilai para dokter mendapat sejumlah tekanan.
“Walaupun banyak yang menduga bahwa nanti dipanggil jadi saksi, disusah-susahin, pokoknya ada semacam press ke para dokter itu," ungkap dia.
Akhirnya, lanjut Syarif, TGIPF meminta keterangan kematian kepada salah satu pensiunan dokter yang kemungkinan besar keterangan itu tidak valid. Namun, TGIPF telah melampirkan hasil keterangan tersebut ke tim penyidik.
"Terus terang saya agak kesal, dokter itu ada sumpahnya lho. Seharusnya dia berani memberikan keterangan, seperti itu," jelas Laode
Belum ada pernyataan dari pihak lain yang terkait soal pernyataan La Ode ini. CNN Indonesia masih berupaya menghubungi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terkait pernyataan La Ode ini.
Di sisi lain, Laode juga menyebut ada pihak yang merayu keluarga korban korban tragedi Kanjuruhan untuk menolak autopsi. Hal itu dikatakannya terkait rencana penggalian kuburan atau ekhumasi pada Sabtu (5/10), yang merupakan rangkaian dalam agenda autopsi.
"Banyak yang datang bawa bingkisan, bahkan diceramahin bahwa 'dia sudah tenang di alam sana, ngapain kita menggali lagi kuburnya', seperti itu," ucapnya, tanpa merinci pihak yang merayu itu.
"Sehingga menjadi merasa tertekan dan akhirnya disuruh bikin surat pernyataan untuk tidak ingin lagi autopsi dan sebenarnya mereka merasa tidak nyaman," lanjut mantan Wakil Ketua KPK itu.
Kendati demikian, La Ode berterima kasih lantaran berdasarkan keterangan yang diterima, Polda Jawa Timur bakal melakukan proses penggalian kubur terhadap dua jenazah korban tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (5/10) mendatang. Proses itu merupakan serangkaian dalam agenda autopsi.
Laode menyebut dua jenazah dengan jenis kelamin perempuan tersebut berasal dari keluarga yang sama. Proses ekshumasi akan dilakukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Pathuk RT 28/RW 8 Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Laode kemudian meminta aparat kepolisian lebih serius dalam melakukan proses ekshumasi dan autopsi untuk menemukan titik terang penyebab kematian pada korban Kanjuruhan ini. Ia menyebut, sudah sewajarnya polisi bergerak berdasarkan metode scientific crime investigation
"Polisi harus menggunakan segala cara yang ada untuk menginvestigasi itu, harusnya. Tapi kenapa seperti ada keengganan," ujar Laode. *
1
Komentar