Siswa Difabel Dapat Edukasi Cinta, Bangga, Paham Rupiah
DENPASAR, NusaBali
Ratusan siswa difabel antusias mengikuti kegiatan Edukasi Cinta, Bangga, Paham Rupiah, bertempat di SLB Negeri 1 Denpasar, Senin (31/10).
Mereka mendengarkan pemaparan sejumlah narasumber terkait penggunaan uang rupiah kertas baru.
Kegiatan tersebut digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali bersama dengan OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, perbankan di Bali, dan Forum Kasir Bali (Fosil).
Pada kesempatan tersebut siswa difabel yang hadir, kebanyakan difabel netra, diberi pemahaman mengenai uang rupiah kertas tahun emisi (TE) 2022 yang baru saja dikeluarkan BI. Uang rupiah kertas ini disebut jauh lebih ramah terhadap difabel khususnya difabel netra dibanding uang rupiah kertas tahun emisi 2016.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, menjelaskan, dari sisi ukuran uang rupiah kertas TE 2022 ukurannya lebih bervariasi. Jadi semakin kecil nilainya semakin kecil pula ukurannya. Dengan demikian bisa lebih mudah dikenali oleh difabel netra.
Sama seperti uang rupiah kertas TE 2016, uang rupiah kertas TE 2022 juga masih dilengkapi blind code (kode netra) berupa pasangan garis yang ada di setiap nilai pecahan. Garis tersebut akan terasa kasar apabila diraba. Pecahan Rp 1.000 terdapat tujuh pasang garis, pecahan Rp 2.000 terdapat enam pasang garis, pecahan Rp 5.000 terdapat lima pasang garis, pecahan Rp 10.000, terdapat empat pasang garis, pecahan Rp 20.000 terdapat tiga pasang garis, pecahan Rp 50.000 terdapat dua pasang garis, dan pecahan Rp 100.000 terdapat sepasang garis.
“Kita tidak membedakan, siswa SLB (difabel) juga kita berikan edukasi Cinta, Bangga, Paham Rupiah,” ujar Trisno Nugroho, di sela kegiatan.
Trisno Nugroho mengatakan, saat ini peredaran uang rupiah kertas TE 2022 sudah mulai dilakukan. Dia menyebut, uang rupiah kertas TE 2016 akan berakhir masa berlakunya tahun 2026 nanti. Masyarakat yang ingin menukarkan uang rupiah lamanya bisa mendatangi perbankan terdekat.
Pada kesempatan tersebut siswa difabel yang hadir, kebanyakan difabel netra, diberi pemahaman mengenai uang rupiah kertas tahun emisi (TE) 2022 yang baru saja dikeluarkan BI. Uang rupiah kertas ini disebut jauh lebih ramah terhadap difabel khususnya difabel netra dibanding uang rupiah kertas tahun emisi 2016.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, menjelaskan, dari sisi ukuran uang rupiah kertas TE 2022 ukurannya lebih bervariasi. Jadi semakin kecil nilainya semakin kecil pula ukurannya. Dengan demikian bisa lebih mudah dikenali oleh difabel netra.
Sama seperti uang rupiah kertas TE 2016, uang rupiah kertas TE 2022 juga masih dilengkapi blind code (kode netra) berupa pasangan garis yang ada di setiap nilai pecahan. Garis tersebut akan terasa kasar apabila diraba. Pecahan Rp 1.000 terdapat tujuh pasang garis, pecahan Rp 2.000 terdapat enam pasang garis, pecahan Rp 5.000 terdapat lima pasang garis, pecahan Rp 10.000, terdapat empat pasang garis, pecahan Rp 20.000 terdapat tiga pasang garis, pecahan Rp 50.000 terdapat dua pasang garis, dan pecahan Rp 100.000 terdapat sepasang garis.
“Kita tidak membedakan, siswa SLB (difabel) juga kita berikan edukasi Cinta, Bangga, Paham Rupiah,” ujar Trisno Nugroho, di sela kegiatan.
Trisno Nugroho mengatakan, saat ini peredaran uang rupiah kertas TE 2022 sudah mulai dilakukan. Dia menyebut, uang rupiah kertas TE 2016 akan berakhir masa berlakunya tahun 2026 nanti. Masyarakat yang ingin menukarkan uang rupiah lamanya bisa mendatangi perbankan terdekat.
Trisno Nugroho juga mengungkapkan, uang rupiah kertas baru memiliki penampilan yang lebih indah, tahan lama, dan aman. “Ada taglinenya, Intan, Indah, Tahan Lama, dan Aman,” sebutnya.
Kepala Sekolah SLBN 1 Denpasar Drs I Ketut Sumartawan MPhil SNE, mengucapkan terima kasih kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali dan seluruh pihak yang hadir memberikan pencerahan kepada para siswa maupun para guru SLB.
“Kami mendapatkan pencerahan bagaimana anak-anak bisa menggunakan uang, menghargai uang, memelihara uang,” ujarnya.
Dia mengakui jika sebagian siswa difabel (netra) masih kesulitan mengidentifikasi nilai uang rupiah kertas, terutama jika uang dalam kondisi sudah tidak layak. Mereka akhirnya harus meminta bantuan kepada rekan atau orang lain yang dipercaya yang ada di sebelahnya. “Kalau kondisi uang sudah lusuh mereka harus bertanya kepada orang yang dipercayai,” tandas Ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) SLB se-Bali ini. *cr78
Kepala Sekolah SLBN 1 Denpasar Drs I Ketut Sumartawan MPhil SNE, mengucapkan terima kasih kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali dan seluruh pihak yang hadir memberikan pencerahan kepada para siswa maupun para guru SLB.
“Kami mendapatkan pencerahan bagaimana anak-anak bisa menggunakan uang, menghargai uang, memelihara uang,” ujarnya.
Dia mengakui jika sebagian siswa difabel (netra) masih kesulitan mengidentifikasi nilai uang rupiah kertas, terutama jika uang dalam kondisi sudah tidak layak. Mereka akhirnya harus meminta bantuan kepada rekan atau orang lain yang dipercaya yang ada di sebelahnya. “Kalau kondisi uang sudah lusuh mereka harus bertanya kepada orang yang dipercayai,” tandas Ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) SLB se-Bali ini. *cr78
Komentar