Harap Ada Event Bisa Digelar di Bali Utara, Buleleng Belum Kecipratan KTT G20
“Sampai saat ini kami belum mendapatkan informasi ada destinasi dan penginapan yang akan dikunjungi delegasi. (Kadis Pariwisata Buleleng I Gede Dody Sukma Oktiva Askara).
SINGARAJA, NusaBali
Jelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group Twenty (G20) di Bali, belum berdampak sistematis bagi kepariwisataan di Buleleng. Karena, sejauh ini seluruh kegiatan dipusatkan di Bali Selatan. Pelaku usaha pariwisata pun masih berharap bisa kecipratan dampak G20, walaupun hanya side event atau acara sampingan.
Hingga Selasa (1/11) kemarin, belum ada tanda-tanda Buleleng akan dikunjungi delegasi G20 yang berjumlah sekitar 12.750 orang. Hal ini dinilai oleh pelaku wisata di Buleleng, belum berkeadilan pada pariwisata Bali pada umumnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Buleleng Dewa Ketut Suardipa mengatakan, sesuai dengan misi penyelenggaraan G20 di Bali untuk pemulihan bersama pasca pandemi Covid-19. Maka, kegiatan ini sangat diharapkan oleh para pelaku pariwisata. Stakeholder pariwisata di Buleleng pun berharap banyak, pertemuan dan kegiatan side event bisa dilaksanakan di Buleleng.
Seperti kegiatan dari Kementerian Lingkungan Hidup negara-negara anggota G20, di kawasan Taman Nasional Bali Barat beberapa bulan lalu. Selain itu, program literasi digital dari Kedutaan Besar Inggris di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Hanya saja, kegiatan yang sudah dilaksanakan itu belum membawa dampak signifikan.
PHRI juga berharap akan ada kunjungan delegasi pada acara World Tourism Day, beberapa bulan lalu, di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan. Menteri Pariwisata Sandiaga Uno saat itu sempat datang ke Desa Sudaji mengecek kesiapan desa wisata di Buleleng.
“Kami punya fasilitas, hotel bintang empat dan bintang lima ada, ballroom juga ada, meski tidak sebesar di Nusa Dua. Tapi untuk side event bisa. Kami sangat mendukung adanya G20 di Bali. Memang harapan kami kan berkeadilan. Sebab Bali itu bukan hanya di selatan saja,” kata Suardipa, Selasa (1/11) kemarin.
Dia berharap promosi pariwisata dalam G20, dapat memberikan dampak pariwisata di Buleleng ke depan. Promosi itu juga harus diikuti dengan persiapan event-event pariwisata, untuk menarik wisatawan datang ke Bali Utara.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng I Gede Dody Sukma Oktiva Askara, saat dihubungi terpisah, mengatakan Buleleng memang tidak masuk agenda G20 di Bali. Termasuk kunjungan ke sejumlah tempat wisata yang ada.
“Sampai saat ini kami belum mendapatkan informasi ada destinasi dan penginapan yang akan dikunjungi delegasi. Memang tidak ada diagendakan delegasi ini ke Buleleng,” ungkap Dody.
Meski demikian, Dispar Buleleng menegaskan seluruh Daya Tarik Wisata (DTW) yang ada di Buleleng siap untuk dikunjungi wisatawan. Seluruh pengelola DTW di Buleleng juga tetap bersiap siaga menyambut wisatawan, meskipun tidak dari delegasi G20.
Sebelumnya, tiga desa wisata di Buleleng sempat diusulkan oleh Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Bali, sebagai tujuan kunjungan delegasi G20. Ketiga desa wisata itu meliputi, Desa Wisata Sudaji yang baru-baru ini ditetapkan sebagai Juara II Desa Wisata Maju Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Selain itu, Desa Wisata Sambangan, Kecamatan Sukasada dan Desa Wisata Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng.*k23
Hingga Selasa (1/11) kemarin, belum ada tanda-tanda Buleleng akan dikunjungi delegasi G20 yang berjumlah sekitar 12.750 orang. Hal ini dinilai oleh pelaku wisata di Buleleng, belum berkeadilan pada pariwisata Bali pada umumnya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Buleleng Dewa Ketut Suardipa mengatakan, sesuai dengan misi penyelenggaraan G20 di Bali untuk pemulihan bersama pasca pandemi Covid-19. Maka, kegiatan ini sangat diharapkan oleh para pelaku pariwisata. Stakeholder pariwisata di Buleleng pun berharap banyak, pertemuan dan kegiatan side event bisa dilaksanakan di Buleleng.
Seperti kegiatan dari Kementerian Lingkungan Hidup negara-negara anggota G20, di kawasan Taman Nasional Bali Barat beberapa bulan lalu. Selain itu, program literasi digital dari Kedutaan Besar Inggris di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Hanya saja, kegiatan yang sudah dilaksanakan itu belum membawa dampak signifikan.
PHRI juga berharap akan ada kunjungan delegasi pada acara World Tourism Day, beberapa bulan lalu, di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan. Menteri Pariwisata Sandiaga Uno saat itu sempat datang ke Desa Sudaji mengecek kesiapan desa wisata di Buleleng.
“Kami punya fasilitas, hotel bintang empat dan bintang lima ada, ballroom juga ada, meski tidak sebesar di Nusa Dua. Tapi untuk side event bisa. Kami sangat mendukung adanya G20 di Bali. Memang harapan kami kan berkeadilan. Sebab Bali itu bukan hanya di selatan saja,” kata Suardipa, Selasa (1/11) kemarin.
Dia berharap promosi pariwisata dalam G20, dapat memberikan dampak pariwisata di Buleleng ke depan. Promosi itu juga harus diikuti dengan persiapan event-event pariwisata, untuk menarik wisatawan datang ke Bali Utara.
Kepala Dinas Pariwisata Buleleng I Gede Dody Sukma Oktiva Askara, saat dihubungi terpisah, mengatakan Buleleng memang tidak masuk agenda G20 di Bali. Termasuk kunjungan ke sejumlah tempat wisata yang ada.
“Sampai saat ini kami belum mendapatkan informasi ada destinasi dan penginapan yang akan dikunjungi delegasi. Memang tidak ada diagendakan delegasi ini ke Buleleng,” ungkap Dody.
Meski demikian, Dispar Buleleng menegaskan seluruh Daya Tarik Wisata (DTW) yang ada di Buleleng siap untuk dikunjungi wisatawan. Seluruh pengelola DTW di Buleleng juga tetap bersiap siaga menyambut wisatawan, meskipun tidak dari delegasi G20.
Sebelumnya, tiga desa wisata di Buleleng sempat diusulkan oleh Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Bali, sebagai tujuan kunjungan delegasi G20. Ketiga desa wisata itu meliputi, Desa Wisata Sudaji yang baru-baru ini ditetapkan sebagai Juara II Desa Wisata Maju Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Selain itu, Desa Wisata Sambangan, Kecamatan Sukasada dan Desa Wisata Munduk, Kecamatan Banjar, Buleleng.*k23
Komentar